Bestprofit | Minyak Menguat, Fokus Ke Rusia-Ukraina
Bestprofit (28/11) – Harga minyak mengalami kenaikan pada Kamis (27/11), didorong oleh sentimen pasar yang mencerminkan harapan bahwa perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina bisa segera tercapai. Meskipun volume perdagangan relatif rendah karena libur Thanksgiving di AS, investor masih mengamati perkembangan situasi geopolitik dan prospek kebijakan ekonomi global, termasuk kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve pada bulan Desember.
Harga minyak mentah Brent berjangka tercatat naik 21 sen atau 0,2% menjadi $63,34 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) berjangka AS naik 45 sen atau 0,8% menjadi $59,10 per barel pada pukul 13.46 ET (18.46 GMT). Meski kenaikan ini terbilang kecil, sentimen positif tetap ada, terutama terkait harapan penyelesaian konflik Ukraina yang dapat meredakan ketegangan geopolitik global.
Bestprofit | Minyak Merosot, Ukraina Jadi Sorotan
Harapan Perdamaian Ukraina Menggerakkan Harga Minyak
Kenaikan harga minyak yang tercatat pada hari Kamis dipicu oleh harapan pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Perundingan yang sedang berlangsung di Jenewa mengundang perhatian global karena bisa memberikan solusi untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung lama dan menjadi salah satu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengungkapkan bahwa delegasi dari AS dan Ukraina akan bertemu untuk menyusun formula perdamaian yang dapat memberikan jaminan keamanan bagi Kyiv. Pembicaraan ini, yang mengacu pada rencana perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump, bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan mengakhiri permusuhan antara kedua negara.
Namun, meskipun ada sinyal positif, banyak yang tetap berhati-hati terhadap prospek kesepakatan ini. Hal ini disebabkan oleh konsesi teritorial yang diharapkan diminta dari pihak Ukraina, yang menambah ketidakpastian dalam perundingan tersebut.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Skeptisisme Terhadap Kesepakatan Perdamaian
Di balik harapan perdamaian, skeptisisme tetap mewarnai pergerakan pasar. Analis komoditas dari SEB, Ole Hvalbye, menyebutkan bahwa pasar berada di antara harapan dan keraguan mengenai upaya perdamaian yang baru ini. Meskipun ada perkembangan positif dalam perundingan, tidak ada jaminan bahwa kesepakatan yang dicapai akan memenuhi harapan semua pihak.
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri mengungkapkan bahwa garis besar rancangan perdamaian yang sedang dibahas oleh AS dan Ukraina dapat menjadi dasar untuk mengakhiri perang. Namun, dia juga menekankan bahwa jika pasukan Ukraina tidak mundur dari wilayah-wilayah yang dianggap penting oleh Rusia, pertempuran dapat berlanjut dengan kekerasan.
Ketegangan geopolitik ini menyebabkan volatilitas di pasar energi, terutama minyak. Barclays dalam catatannya menyatakan bahwa meskipun harapan gencatan senjata di Ukraina dapat meredakan kekhawatiran pasokan energi, volatilitas geopolitik tetap tinggi, dan potensi guncangan pasokan masih menjadi risiko besar.
Sanksi Baru AS Terhadap Rusia dan Dampaknya pada Pasokan Minyak
Ketegangan geopolitik yang berkelanjutan terkait perang Ukraina juga mempengaruhi pasokan energi global. AS terus memberlakukan sanksi terhadap Rusia, salah satu produsen minyak terbesar di dunia, yang berpotensi memperburuk ketegangan pasokan energi. Namun, harapan bahwa gencatan senjata atau kesepakatan perdamaian dapat tercapai telah menetralkan kekhawatiran pasar yang berkaitan dengan dampak lebih lanjut dari sanksi tersebut.
Meskipun sanksi AS terhadap Rusia tetap berlaku, pasar minyak menunjukkan reaksi yang lebih moderat, seiring dengan munculnya harapan terhadap upaya perdamaian yang bisa membuka jalur untuk pengurangan ketegangan dan normalisasi pasokan energi. Keputusan untuk menghentikan produksi atau melakukan pengurangan produksi lebih lanjut oleh Rusia akan sangat bergantung pada hasil perundingan ini.
OPEC+ dan Keputusan Produksi Minyak yang Mempengaruhi Harga
Selain faktor geopolitik, keputusan mengenai kebijakan produksi minyak yang diambil oleh OPEC+ juga turut memengaruhi harga minyak. OPEC+ diperkirakan akan mempertahankan tingkat produksi minyak tidak berubah pada pertemuan mereka yang dijadwalkan pada Minggu mendatang. Keputusan ini mencerminkan pendekatan kehati-hatian yang diambil oleh negara-negara penghasil minyak utama, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan pasar energi global.
Delapan negara OPEC+ yang telah meningkatkan produksi secara bertahap pada tahun 2025 diperkirakan akan mempertahankan kebijakan mereka untuk membekukan tingkat produksi pada kuartal pertama tahun 2026. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pasokan minyak global, sambil menghindari lonjakan harga yang tajam yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi.
Dalam konteks ini, OPEC+ memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan pasar minyak global, yang pada gilirannya mendukung harga minyak. Keputusan-keputusan ini juga akan sangat dipengaruhi oleh hasil pertemuan-pertemuan internasional mengenai perdamaian di Ukraina dan prospek ekonomi global.
Penurunan Suku Bunga AS: Dampaknya pada Permintaan Minyak
Di sisi lain, ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve AS pada bulan Desember turut memberi dukungan bagi harga minyak. Penurunan suku bunga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan energi dan minyak. Seiring dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, permintaan minyak dari sektor-sektor ekonomi global yang lebih luas, termasuk sektor industri dan transportasi, berpotensi meningkat.
Ketika suku bunga rendah, biaya pinjaman menjadi lebih murah, mendorong kegiatan ekonomi dan memperkuat permintaan untuk energi. Hal ini menjadi faktor pendukung yang positif bagi harga minyak, meskipun ada kekhawatiran terkait ketegangan geopolitik yang masih belum terpecahkan.
Prospek Jangka Pendek Harga Minyak
Kenaikan harga minyak pada Kamis (27/11) menunjukkan bahwa pasar optimis akan potensi resolusi konflik Ukraina, meskipun ada kekhawatiran dan keraguan. Perdagangan yang lebih sepi karena libur Thanksgiving di AS juga mempengaruhi volatilitas harga, namun sentimen positif mengenai potensi perdamaian tetap menguatkan harga minyak di pasar.
Namun, volatilitas tetap menjadi karakteristik pasar minyak, dengan risiko yang dapat datang dari sanksi internasional, kebijakan OPEC+, dan dinamika geopolitik lainnya. Meski demikian, jika perundingan perdamaian dapat membuahkan hasil yang positif, ini akan memberikan dorongan tambahan bagi stabilitas harga minyak dalam jangka pendek.
Kesimpulan: Harapan Perdamaian dan Kebijakan Ekonomi Global Mendukung Harga Minyak
Harga minyak mentah pada Kamis (27/11) naik tipis karena harapan akan tercapainya kesepakatan perdamaian antara Ukraina dan Rusia, serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Meskipun pasar masih skeptis mengenai hasil perundingan, ketegangan geopolitik yang mereda dapat memberikan momentum positif bagi pasar minyak.
Selain itu, keputusan OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan produksi mereka juga menjadi faktor yang menopang stabilitas harga minyak di tengah ketidakpastian global. Pasar minyak global diperkirakan akan tetap dipengaruhi oleh perkembangan dalam politik internasional, serta kebijakan ekonomi dari negara-negara penghasil minyak utama.















