BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Naik Usai Aksi OPEC dan Konflik Ukraina

Bestprofit (2/12) – Harga minyak global kembali menguat pada perdagangan Senin (1/12), naik lebih dari 1% di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, gangguan pasokan dari Rusia, serta keputusan OPEC untuk mempertahankan tingkat produksi untuk kuartal pertama 2026. Kombinasi faktor fundamental dan politik ini menempatkan pasar minyak dalam kondisi sensitif, dengan investor mencermati potensi gangguan pasokan global.

Bestprofit | Minyak Menguat, Fokus Ke Rusia-Ukraina

Kenaikan Harga Minyak: Brent dan WTI Kompak Menguat

Harga minyak mentah acuan dunia mencatatkan kenaikan signifikan:

  • Brent ditutup pada $63,17 per barel, naik 79 sen atau 1,27%.

  • West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada $59,32 per barel, naik 77 sen atau 1,32%.

Kenaikan ini mencerminkan respons pasar terhadap beragam sentimen positif bagi harga minyak, mulai dari risiko pasokan akibat konflik, hingga komitmen produksi dari negara-negara OPEC.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Serangan Drone Ukraina Memicu Kekhawatiran Gangguan Pasokan Rusia

Salah satu faktor utama yang mendorong penguatan harga minyak adalah meningkatnya intensitas serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia. Serangan tersebut ditujukan pada aset-aset strategis, termasuk armada bayangan (shadow fleet) Rusia yang digunakan untuk mengangkut minyak ke pasar global.

John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, menegaskan bahwa pasar masih sangat sensitif terhadap potensi hilangnya pasokan minyak Rusia.

“Pasar sangat gelisah saat ini karena kemungkinan hilangnya pasokan minyak mentah Rusia,” ujarnya. “Mereka mengamati dengan saksama apakah kesepakatan Rusia–Ukraina ini akan melenceng.”

Situasi di Laut Hitam semakin memanas setelah Ukraina juga menyerang dua kapal tanker yang menuju Novorossiysk, salah satu pusat ekspor energi terbesar Rusia. Langkah ini meningkatkan risiko gangguan logistik dan menambah volatilitas harga minyak global.

Gangguan pada Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) Tambah Ketegangan

Di tengah meningkatnya risiko geopolitik, pasar semakin terguncang oleh laporan bahwa salah satu dari tiga titik tambatan Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) mengalami kerusakan. Pipa CPC mengangkut sekitar 1% dari total pasokan minyak global, menjadikannya infrastruktur strategis yang sangat krusial.

Kerusakan ini menyebabkan penghentian sementara operasi pada titik tambatan tersebut. Namun, Chevron—salah satu pemegang saham utama CPC—mengonfirmasi bahwa pemuatan masih berlanjut.

Meski demikian, analis UBS Giovanni Staunovo menyebut bahwa serangan terhadap terminal ekspor CPC telah memberikan tekanan ke atas pada harga minyak.

Kondisi ini menambah daftar panjang ancaman terhadap kestabilan pasokan minyak dunia, terutama di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Penutupan Wilayah Udara Venezuela oleh AS: Dampak Terhadap Pasar Terbatas

Selain konflik Rusia–Ukraina, pasar juga memantau langkah Amerika Serikat menutup wilayah udara Venezuela. Namun menurut Kilduff, dampaknya terhadap pasokan global tidak terlalu signifikan.

“Saya rasa tidak ada yang terlalu khawatir dengan hilangnya pasokan dari Venezuela,” kata Kilduff.

Venezuela memang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, tetapi output negara tersebut telah menurun selama beberapa tahun terakhir akibat sanksi internasional, infrastruktur yang menua, serta ketidakstabilan politik. Dengan demikian, gangguan dari Venezuela tidak menjadi fokus utama pasar dibandingkan risiko pasokan dari Rusia.

OPEC Pertahankan Produksi: Sikap Stabil yang Mendukung Harga

Dalam keputusan yang dinantikan pelaku pasar, OPEC dan sekutunya (OPEC+) memilih untuk tidak mengubah tingkat produksi minyak untuk kuartal pertama 2026. Keputusan ini menunjukkan bahwa OPEC lebih memilih stabilitas daripada ekspansi, terutama di tengah kekhawatiran akan kelebihan pasokan dan melimpahnya stok minyak global.

Keputusan ini mematahkan spekulasi bahwa OPEC mungkin akan meningkatkan produksi guna merebut kembali pangsa pasar yang hilang. Justru, OPEC menegaskan kembali pendekatannya yang lebih berhati-hati, menjaga pasokan tetap ketat untuk menopang harga.

Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, menyoroti bahwa kombinasi antara serangan Ukraina dan komitmen produksi OPEC menjadi alasan kuat di balik kenaikan harga minyak pada sesi perdagangan pagi di New York.

“Serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap armada bayangan Rusia serta komitmen OPEC untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini membuat pasar berada dalam kondisi optimis,” tulis Flynn.

Permintaan Global Tetap Tinggi Meski Sentimen Negatif Terus Bergema

Sementara pasokan menghadapi tekanan, sisi permintaan menunjukkan ketahanan. Phil Flynn mencatat bahwa permintaan minyak global terus meningkat, meskipun terdapat narasi negatif tentang perlambatan ekonomi dunia.

Kondisi ini memberikan dasar yang kuat bagi kenaikan harga minyak. Selama konsumsi global tetap solid, bahkan gangguan pasokan skala kecil pun bisa memicu lonjakan harga.

Menurut berbagai analis, faktor permintaan menjadi kunci penting dalam menjaga harga minyak tetap stabil pada kisaran saat ini. Pertumbuhan permintaan di Asia—terutama dari India dan Tiongkok—menjadi pendorong utama di tengah lemahnya permintaan dari pasar Barat.

Ukraina Tingkatkan Operasi Militer di Laut Hitam: Eskalasi Berkelanjutan

Serangan Ukraina terhadap kapal tanker dan terminal energi Rusia menandakan strategi militer baru yang semakin agresif. Laut Hitam kini menjadi arena strategis dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.

Dengan Rusia sangat bergantung pada jalur ekspor energi ini, operasi militer Ukraina tidak hanya berdampak pada konteks geopolitik tetapi juga langsung memengaruhi pasar energi global.

Para analis memperkirakan bahwa selama konflik belum mereda, risiko gangguan pasokan dari kawasan tersebut akan terus membayangi pasar.

Dinamika Pasar: Antara Risiko dan Optimisme

Kenaikan harga minyak pada awal Desember mencerminkan campuran sentimen pasar yang kompleks: di satu sisi terdapat ketidakpastian pasokan akibat konflik dan gangguan infrastruktur; di sisi lain terdapat optimisme mengenai permintaan global serta stabilitas kebijakan OPEC.

Beberapa faktor utama yang mendukung kenaikan harga:

  • Risiko kehilangan pasokan dari Rusia

  • Kerusakan terminal CPC

  • Serangan militer di Laut Hitam

  • Keputusan OPEC mempertahankan produksi

  • Permintaan global yang tetap kuat

Namun pasar tetap waspada terhadap potensi perkembangan mendadak yang dapat memicu volatilitas.

Kesimpulan: Harga Minyak Masih Berada dalam Tren Penguatan

Dengan dinamika geopolitik yang terus berkembang, harga minyak kemungkinan besar akan tetap berada dalam tren penguatan jangka pendek. Faktor-faktor seperti konflik Rusia–Ukraina, tekanan pada infrastruktur energi, dan kebijakan OPEC akan terus menjadi penggerak utama pergerakan harga.

Selama permintaan global tetap tangguh, sentimen pasar terhadap minyak kemungkinan akan condong ke arah bullish. Namun, investor tetap harus berhati-hati terhadap risiko geopolitik yang dapat berubah sewaktu-waktu dan memicu volatilitas ekstrem di pasar energi.