BPF Malang

Best Profit (13/12) – Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menyentuh level terendahnya dalam hampir enam bulan pada hari Selasa (12/12), mengalami penurunan signifikan karena kekhawatiran akan permintaan yang terus berlanjut, meskipun risiko geopolitik meningkat setelah militan Yaman yang didukung Iran melakukan serangan terhadap kapal tanker di Laut Merah dengan rudal jelajah. Di sisi lain, inflasi AS juga tercatat turun pada bulan sebelumnya.

Tren Penurunan Harga Minyak Mentah WTI dan Brent

Minyak mentah WTI untuk pengiriman Januari tercatat turun sebesar US$2,71, mencapai angka US$68,61 per barel, merupakan level terendah sejak 27 Juni. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk bulan Februari, patokan global, turun sebesar US$2,91 menjadi US$73,12.

Baca Juga : Dinamika Pasar Minyak: Perkiraan dan Tantangan dalam Menghadapi Kekhawatiran Pasokan

Baca Juga : Emas Merosot Meski Dolar Melemah Pasca Data Inflasi AS Turun

Kekhawatiran atas Permintaan dan Faktor Ekonomi Global

Penurunan ini terjadi seiring kekhawatiran akan tertinggalnya permintaan minyak dari pasokan. Pengiriman minyak ke Tiongkok, sebagai importir terbesar, melambat, sementara negara-negara maju lainnya juga menghadapi pelemahan akibat tingginya suku bunga. Dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek, Badan Informasi Energi memproyeksikan peningkatan persediaan minyak global rata-rata sebesar 0,6 juta barel per hari pada tahun 2023. best profit

Dampak Serangan Terhadap Harga Minyak dan Pasar Global

Meskipun aksi-aksi yang mengancam kestabilan wilayah tersebut terjadi, pasar minyak terus menunjukkan tren penurunan. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait respons pasar terhadap risiko geopolitik yang semakin meningkat, dan seberapa besar dampaknya terhadap harga minyak dalam jangka pendek dan panjang.

Analisis Inflasi AS dan Implikasinya

Sementara itu, turunnya inflasi di AS pada bulan sebelumnya juga memberikan tekanan tambahan terhadap harga minyak. best profit