BPF Malang

Image

Bestprofit | Dolar AS Stabil Setelah Data dan Tarif

Bestprofit (27/3) – Pada sesi perdagangan Rabu, Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai Dolar AS terhadap sekeranjang mata uang, bertahan di dekat zona 104,30. Posisi ini tercapai setelah serangkaian data ekonomi positif dan komentar hawkish (agresif) dari pejabat Federal Reserve (Fed) yang memberikan dukungan bagi Greenback. Meskipun demikian, indikator momentum menunjukkan peringatan bahwa kenaikan dolar AS masih rapuh dan bisa berisiko berbalik arah. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas Dolar AS, dinamika pasar yang mendorong pergerakannya, serta potensi risiko yang dihadapi oleh Greenback ke depan.

Bestprofit | Dolar AS Pertahankan Posisi di Awal Minggu

Data Ekonomi AS yang Lebih Kuat dari Perkiraan Mendukung Dolar

Salah satu faktor utama yang mendukung stabilitas Dolar AS pada sesi Rabu adalah hasil positif dari Pesanan Barang Tahan Lama AS untuk bulan Februari. Pesanan barang tahan lama, yang mengukur pesanan untuk barang-barang yang memiliki umur panjang seperti pesawat dan peralatan industri, melaporkan angka yang lebih baik dari yang diharapkan. Pada Februari, pesanan barang tahan lama tercatat mengalami kenaikan yang signifikan, memperkuat optimisme tentang kekuatan ekonomi AS. Bahkan data sebelumnya yang sempat direvisi naik semakin menambah keyakinan pasar bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi yang cukup kuat.

Kekuatan data ekonomi ini menjadi katalis utama bagi penguatan Dolar AS. Biasanya, jika data ekonomi AS lebih baik dari yang diharapkan, itu akan memberikan sentimen positif terhadap dolar, mengindikasikan bahwa ekonomi AS memiliki dasar yang lebih solid. Hal ini memicu permintaan untuk dolar AS sebagai aset safe-haven, serta meningkatkan harapan bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat dari Fed bisa terus berlanjut.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Retorika Agresif dari Pejabat Federal Reserve

Selain data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, pernyataan dari pejabat Federal Reserve juga memberikan dorongan positif bagi Dolar AS. Pejabat Fed, termasuk Neel Kashkari, yang menjabat sebagai Presiden Fed Minneapolis, menegaskan kembali bahwa meskipun ada beberapa kemajuan dalam mengurangi inflasi, pekerjaan Fed belum selesai. Kashkari memperingatkan bahwa tekanan inflasi masih perlu dikendalikan lebih lanjut, dan ia mengindikasikan bahwa Fed kemungkinan akan mempertahankan kebijakan moneter yang restriktif untuk waktu yang lebih lama.

Komentar seperti ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Fed akan terus menaikkan suku bunga atau mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama. Hal ini tentunya menguntungkan bagi Dolar AS, karena suku bunga yang lebih tinggi membuat dolar lebih menarik bagi investor yang mencari return lebih tinggi. Selain itu, penguatan dolar juga didorong oleh ekspektasi pasar bahwa Fed masih akan menjaga kebijakan moneter yang ketat, yang akan membatasi inflasi dan mendukung kestabilan ekonomi AS.

Pengumuman Tarif Tembaga oleh Presiden Trump

Selain faktor ekonomi domestik, faktor politik juga turut memberikan dampak pada pergerakan Dolar AS. Pada sesi Rabu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa tarif tembaga akan diterapkan lebih cepat dari yang diperkirakan pasar. Pengumuman ini memberikan dampak langsung pada pergerakan dolar, memperkuat Greenback seiring dengan ekspektasi pasar mengenai dampak ekonomi dari tarif tersebut.

Penerapan tarif baru ini memberikan dampak yang cukup signifikan, mengingat harga tembaga dan komoditas lainnya sering kali dipengaruhi oleh kebijakan tarif AS. Ketika pasar memperkirakan adanya pembatasan pada impor atau perdagangan internasional, seperti tarif tembaga yang diumumkan Trump, hal ini bisa menyebabkan volatilitas di pasar dan memberikan dukungan terhadap dolar AS sebagai aset yang dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian perdagangan global.

Dampak Geopolitik: Gencatan Senjata di Laut Hitam

Di tengah penguatan Dolar AS, sentimen risiko global juga memainkan peran penting dalam pergerakan pasar. Salah satu faktor yang memberikan sedikit penurunan awal pada DXY adalah potensi gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia di Laut Hitam. Ketegangan geopolitik antara kedua negara ini telah memberikan dampak yang signifikan pada pasar global, termasuk mempengaruhi pergerakan mata uang.

Ketika berita mengenai potensi gencatan senjata muncul, pasar menunjukkan adanya optimisme terkait deeskalasi ketegangan di kawasan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan awal pada Dolar AS, karena investor cenderung mencari aset dengan risiko lebih tinggi saat ketegangan geopolitik mereda. Namun, harapan tersebut cepat memudar ketika tuntutan Rusia untuk mencabut sanksi terhadap sektor pertanian dan perbankan sebagai imbalan atas kesepakatan gencatan senjata menunjukkan bahwa pembicaraan damai akan menghadapi hambatan besar. Ketidakpastian mengenai hasil negosiasi ini membuat sentimen risiko kembali tertekan, memberikan dukungan kembali bagi Dolar AS.

Ekspektasi Pasar terhadap Data PCE dan Kebijakan Suku Bunga

Pada minggu ini, pedagang dan pelaku pasar sangat memperhatikan rilis data inflasi yang penting bagi Federal Reserve, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti. PCE merupakan ukuran inflasi yang lebih luas dan menjadi acuan utama bagi Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter. Jika data PCE menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi atau meningkat, pasar mungkin akan mengharapkan Fed untuk melanjutkan kebijakan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi.

Di sisi lain, jika data PCE menunjukkan adanya pelambatan inflasi, hal ini bisa memperburuk prospek bagi Dolar AS, karena pasar akan memperkirakan kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih cepat dari Fed. Oleh karena itu, data PCE yang akan dirilis sangat penting dalam menentukan arah pergerakan Dolar AS dalam jangka pendek.

Sentimen Risiko dan Ketidakpastian Pasar

Di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan moneter, para pelaku pasar harus berhati-hati dalam menilai berita utama yang dapat mempengaruhi arah pergerakan pasar. Berita terkait tarif perdagangan, perundingan damai, atau langkah-langkah kebijakan Fed dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap sentimen pasar, yang pada gilirannya akan mempengaruhi stabilitas Dolar AS.

Para pedagang dengan cermat menilai sinyal-sinyal yang datang dari berita ekonomi dan politik, mencoba menyeimbangkan selera risiko mereka dengan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga yang lebih ketat dari Fed. Dolar AS akan tetap terpapar pada volatilitas pasar yang berasal dari faktor-faktor ini, yang memengaruhi persepsi tentang apakah dolar akan terus menguat atau jika ada potensi koreksi.

Prospek Dolar AS ke Depan

Secara keseluruhan, meskipun Dolar AS stabil di dekat zona 104,30, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pergerakan Greenback ke depan. Data ekonomi yang solid dan komentar dari pejabat Fed memberikan dukungan bagi dolar, tetapi indikator momentum yang lemah menunjukkan bahwa penguatan dolar mungkin masih rapuh. Selain itu, ketidakpastian geopolitik dan pergerakan tarif perdagangan juga bisa menambah volatilitas pada pasar.

Dolar AS tampaknya akan tetap berada dalam zona penguatan yang tidak pasti, dengan pasar mengawasi secara cermat data inflasi dan perkembangan geopolitik untuk menentukan arah selanjutnya.