BPF Malang

Image

Bestprofit | Emas Menguat, The Fed Pangkas Suku Bunga

Bestprofit (25/11) – Harga emas baru-baru ini menguat sekitar 1,7% dan bergerak ke kisaran harga US$4.134 per troy ons. Kenaikan harga emas ini dipicu oleh ekspektasi pasar yang semakin kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember 2023. Meningkatnya keyakinan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pernyataan dovish dari pejabat The Fed dan ketidakpastian ekonomi global yang menciptakan permintaan lebih untuk aset-aset aman seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegasan The Fed dalam Menurunkan Suku Bunga

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan suku bunga The Fed. Pada akhir tahun ini, para pelaku pasar memperkirakan ada peluang besar bahwa The Fed akan melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga. Pasar swap trader kini menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga di Desember mendekati 80%. Ini adalah sinyal bahwa pasar semakin yakin bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan diterapkan dalam waktu dekat.

Komentar dovish dari Gubernur The Fed, Christopher Waller, serta Presiden The Fed New York, John Williams, turut memperkuat ekspektasi ini. Keduanya memberikan pernyataan yang menunjukkan bahwa The Fed bisa melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter jika kondisi ekonomi mendukung. Hal ini penting karena ketika suku bunga diturunkan, emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi lebih menarik sebagai aset investasi. Emas biasanya menguat ketika suku bunga rendah karena investor mencari tempat yang lebih aman untuk menaruh uang mereka.

Emas Melemah Lagi, Apakah Ini Awal Tren Turun?

Ketidakpastian Ekonomi dan Dampaknya pada Pasar Logam Mulia

Selain keputusan suku bunga, ada beberapa faktor lain yang turut mendukung penguatan harga emas. Salah satunya adalah pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat dan tertundanya beberapa rilis data ekonomi penting akibat penutupan pemerintahan AS. Di tengah ketidakpastian ekonomi, investor cenderung beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas dan logam mulia lainnya, seperti perak, platinum, dan palladium. Ini adalah kondisi yang memicu aksi beli pada emas dan logam mulia lainnya.

Sebagai contoh, meski terjadi penundaan data ekonomi penting seperti penjualan ritel dan inflasi produsen untuk bulan September, serta klaim pengangguran yang biasanya menjadi indikator kondisi pasar tenaga kerja, ketidakpastian yang ada justru memperbesar permintaan untuk emas. Apalagi, kekhawatiran global mengenai ketegangan geopolitik dan ketidakpastian fiskal juga semakin mengangkat permintaan terhadap logam mulia.

Potensi Konsolidasi Harga Emas

Meskipun harga emas telah mencatatkan lonjakan signifikan sepanjang tahun ini, beberapa analis memperingatkan bahwa jalur pergerakan harga emas masih penuh ketidakpastian. Pasalnya, meskipun ada ekspektasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed Desember nanti, jalur kebijakan moneter The Fed ke depan masih sulit diprediksi. Beberapa anggota The Fed juga masih memiliki pandangan yang berbeda mengenai pemangkasan suku bunga lebih lanjut setelah The Fed melakukan pemangkasan pada bulan September dan Oktober.

Hal ini menambah kompleksitas prediksi arah pergerakan harga emas. Meskipun harga emas sempat mencetak rekor tertinggi di atas US$4.380 per ons pada bulan Oktober, kini harga emas cenderung berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways di sekitar level US$4.134. Konsolidasi harga emas ini memberikan gambaran bahwa pasar tengah mencari arah yang lebih jelas. Bagi para trader, fase ini bisa menjadi arena yang penuh volatilitas, di mana harga emas berpotensi bergerak dalam kisaran harga tertentu sebelum akhirnya menemukan arah baru.

Sentimen Risk-Off dan Katalis Geopolitik

Sentimen risk-off, yang mengacu pada kondisi ketika investor memilih aset yang lebih aman karena ketidakpastian ekonomi atau ketegangan geopolitik, juga turut memberikan dorongan bagi harga emas. Tahun 2023, dunia dihadapkan pada sejumlah ketegangan geopolitik yang mempengaruhi stabilitas pasar global. Konflik-konflik di Timur Tengah, kekhawatiran atas kebijakan ekonomi global, dan ketidakpastian politik di beberapa negara besar turut memperburuk sentimen pasar.

Kondisi ini mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset yang lebih stabil, dan emas adalah salah satu pilihan utama. Ketegangan geopolitik sering kali meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai safe haven asset karena sifatnya yang tidak terikat pada kebijakan moneter suatu negara tertentu. Selain itu, emas juga diuntungkan oleh kekhawatiran pasar tentang kemungkinan terjadinya resesi global atau pelambatan pertumbuhan ekonomi, yang semakin memperburuk prospek pasar saham dan instrumen berisiko lainnya.

Kinerja Logam Mulia Lainnya: Perak, Platinum, dan Palladium

Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga merasakan dampak dari ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter The Fed. Perak, platinum, dan palladium juga mengalami kenaikan harga yang signifikan sepanjang tahun ini. Seperti emas, logam-logam ini juga diuntungkan oleh sentimen risk-off, ketegangan geopolitik, dan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global.

Perak, sebagai logam yang sering dianggap sebagai “emas kedua,” mencatatkan kenaikan harga yang hampir setara dengan emas. Keuntungan perak juga didorong oleh permintaan industri, terutama dari sektor elektronik dan energi terbarukan. Begitu pula dengan platinum dan palladium, yang banyak digunakan dalam industri otomotif untuk katalis konverter. Ketegangan global yang melanda juga berdampak pada permintaan untuk logam-logam ini, karena para investor melihatnya sebagai instrumen yang dapat melindungi nilai kekayaan di tengah ketidakpastian.

Prospek Emas di Akhir 2023 dan 2024

Ke depan, prospek harga emas akan sangat bergantung pada keputusan The Fed mengenai suku bunga dan kondisi ekonomi global. Jika The Fed memangkas suku bunga pada bulan Desember, ini bisa memperkuat tren kenaikan harga emas, terutama jika ada data ekonomi yang lebih lemah atau ketidakpastian politik yang meningkat. Namun, jika kebijakan The Fed tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka emas berisiko mengalami koreksi harga.

Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, inflasi global, dan perkembangan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah harga emas. Sebagai logam yang memiliki daya tahan terhadap krisis ekonomi, emas diperkirakan akan tetap menjadi salah satu aset pilihan bagi investor yang mencari perlindungan nilai.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas masih berada dalam fase konsolidasi, potensi kenaikan harga yang lebih lanjut tetap terbuka, tergantung pada perkembangan ekonomi dan kebijakan The Fed di akhir tahun ini dan tahun depan.