
Bestprofit | Emas Turun Di Bawah $2.900, Investor Khawatir Resesi
Bestprofit (11/3) – Pada awal minggu ini, harga emas (XAU) mengalami penurunan signifikan sebesar 0,70%, merosot ke bawah angka $2.900 per ons, mencatatkan harga pada level $2.890. Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran para investor tentang kemungkinan resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS), yang diperburuk oleh kebijakan perdagangan kontroversial yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan harga emas, situasi ekonomi AS, serta dampak kebijakan perdagangan Trump terhadap pasar global.
Harga Emas Tertekan oleh Sentimen Pasar yang Suram
Harga emas secara historis sering kali dianggap sebagai aset aman (safe haven) yang diminati oleh investor selama periode ketidakpastian ekonomi atau gejolak pasar. Namun, pada awal minggu ini, harga emas tertekan di tengah sentimen pasar yang suram akibat kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global, terutama yang berasal dari Amerika Serikat. Saat penurunan harga terjadi, pasangan mata uang XAU/USD diperdagangkan pada $2.890 setelah mencapai titik tertinggi harian di angka $2.918.
Wall Street, yang merupakan barometer penting dari kinerja pasar saham AS, juga mengalami penurunan tajam. Hal ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar saham, yang dipicu oleh kekhawatiran investor tentang ekonomi AS yang melambat. Dalam beberapa bulan terakhir, investor cemas bahwa ekonomi terbesar di dunia ini menghadapi tantangan berat, dengan laju pertumbuhan yang semakin melambat.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Meningkatnya Kekhawatiran Resesi Ekonomi AS
Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah ketidakpastian mengenai masa depan ekonomi AS. Resesi, yang terjadi ketika ekonomi mengalami kontraksi berturut-turut selama dua kuartal berturut-turut, kini semakin terlihat sebagai kemungkinan yang sangat nyata. Laporan ekonomi yang dirilis baru-baru ini menunjukkan adanya penurunan dalam sejumlah indikator utama, seperti produksi industri dan belanja konsumen. Selain itu, laporan data ketenagakerjaan juga menunjukkan tanda-tanda kelemahan di pasar tenaga kerja.
Pada saat yang sama, model Atlanta Federal Reserve GDP Now memprediksi bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal pertama tahun 2025 akan mengalami kontraksi sebesar -2,4%. Angka ini menjadi yang pertama kali tercatat dalam kategori negatif sejak pandemi COVID-19. Proyeksi tersebut memperburuk kekhawatiran bahwa ekonomi AS sedang menghadapi potensi stagflasi, yakni kondisi di mana inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan stagnasi ekonomi dan pengangguran yang tinggi.
Kebijakan Perdagangan Donald Trump dan Dampaknya pada Pasar
Penyebab utama lain yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Selama masa jabatannya, Trump telah mengambil langkah-langkah yang sangat kontroversial dalam kebijakan perdagangan internasional, termasuk perang tarif dengan berbagai negara, seperti China. Keputusan-keputusan ini telah menyebabkan ketegangan perdagangan global dan berdampak pada stabilitas pasar.
Pada hari Jumat lalu, Trump memberikan pernyataan dalam sebuah wawancara yang berfokus pada kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap perekonomian AS. Dalam wawancara tersebut, Trump berkata, “Ada masa transisi, karena apa yang kami lakukan sangat besar. Kami membawa kekayaan kembali ke Amerika. Itu hal yang besar, dan selalu ada masa; butuh sedikit waktu.” Meskipun pernyataan tersebut menunjukkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi AS, banyak analis dan investor yang meragukan efektivitas kebijakan tersebut dalam jangka pendek, mengingat ketegangan perdagangan yang masih berlangsung dan dampaknya terhadap perekonomian global.
Kebijakan perdagangan yang tidak pasti ini, yang lebih berfokus pada perlindungan industri domestik, telah meningkatkan ketegangan antara AS dan negara-negara mitra dagangnya. Beberapa pihak khawatir bahwa kebijakan tersebut dapat memperburuk kondisi ekonomi global, mengurangi pertumbuhan perdagangan internasional, dan menghambat aliran investasi ke pasar-pasar global. Hal ini tentu berpengaruh terhadap harga emas, yang sering kali dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.
Emas Sebagai Aset Keamanan di Tengah Stagflasi
Meskipun harga emas mengalami penurunan pada awal minggu ini, banyak investor tetap mempertimbangkan logam mulia tersebut sebagai salah satu aset yang paling aman selama masa ketidakpastian ekonomi. Dalam kondisi stagflasi, di mana inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi terhambat, investor cenderung beralih ke emas sebagai cara untuk melindungi kekayaan mereka.
Emas telah lama dikenal sebagai aset yang dapat bertahan terhadap inflasi. Dalam situasi di mana mata uang fiat seperti dolar AS melemah atau inflasi menggerus daya beli, harga emas cenderung naik. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun sementara waktu di bawah $2.900, masih ada peluang bagi logam mulia ini untuk kembali menguat seiring dengan perkembangan lebih lanjut di pasar global dan ekonomi AS.
Peran Suku Bunga dan Kebijakan Moneter Federal Reserve
Selain kebijakan perdagangan dan proyeksi resesi, kebijakan moneter yang diterapkan oleh Federal Reserve (The Fed) juga memiliki dampak signifikan terhadap harga emas. Sejak awal pandemi COVID-19, Federal Reserve telah menurunkan suku bunga acuan ke level yang sangat rendah dan melaksanakan kebijakan pelonggaran kuantitatif untuk mendukung ekonomi AS.
Namun, dengan meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi dan potensi resesi, banyak analis yang memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan mulai menaikkan suku bunga dalam waktu dekat untuk menahan tekanan inflasi. Kenaikan suku bunga dapat membuat emas menjadi kurang menarik karena biaya peluang untuk menyimpan emas (yang tidak memberikan hasil) menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya yang lebih menguntungkan. Ini bisa memperburuk tren penurunan harga emas dalam jangka pendek.
Kesimpulan: Ketidakpastian Ekonomi yang Terus Menghantui
Penurunan harga emas pada awal pekan ini menggambarkan bagaimana ketidakpastian ekonomi global, terutama yang berhubungan dengan resesi AS dan kebijakan perdagangan Trump, dapat memengaruhi pergerakan pasar logam mulia. Meskipun harga emas tertekan sementara, masih ada banyak faktor yang dapat memengaruhi pergerakan harga dalam jangka panjang, termasuk kebijakan moneter Federal Reserve, prospek ekonomi AS, serta ketegangan geopolitik yang melibatkan negara-negara besar.
Investor yang mencari perlindungan terhadap resesi dan inflasi masih dapat mempertimbangkan emas sebagai aset yang berharga. Namun, seperti biasa, volatilitas harga dan ketidakpastian pasar membuat keputusan investasi di pasar emas tetap memerlukan kehati-hatian. Sementara kekhawatiran mengenai stagflasi di AS meningkat, kita akan terus melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap data ekonomi yang akan datang dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah AS dan Federal Reserve.