BPF Malang

Image

Bestprofit | Harga Emas Naik Tajam

Bestprofit (17/4) – Harga emas mengalami kenaikan di sesi perdagangan Asia awal, dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven setelah pernyataan bernada waspada dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, emas kembali menunjukkan peran historisnya sebagai pelindung nilai dan instrumen diversifikasi portofolio.

Pernyataan Powell Memicu Kekhawatiran Investor

Pada pidatonya semalam, Jerome Powell memperingatkan risiko ekonomi yang masih mengintai perekonomian Amerika Serikat dan global. Ia menekankan bahwa meskipun inflasi mulai mereda, tekanan struktural seperti ketegangan geopolitik, volatilitas pasar tenaga kerja, dan potensi perlambatan ekonomi tetap menjadi ancaman nyata.

Pernyataan Powell tersebut memicu respons cepat dari pasar keuangan. Indeks saham melemah, imbal hasil obligasi jatuh, dan permintaan terhadap aset aman seperti emas langsung melonjak. Reaksi ini menunjukkan sensitivitas pasar terhadap arah kebijakan moneter dan kekhawatiran terhadap ketidakpastian makroekonomi.

Harga Emas Cetak Rekor Baru

Emas spot naik 0,3% menjadi $3.350,88 per troy ounce setelah sempat menyentuh rekor intraday tertinggi di $3.357,92 per ounce, menurut data dari platform ICE. Lonjakan ini memperpanjang reli harga emas yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.

Faktor-faktor pendorong kenaikan ini mencakup:

  • Kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur

  • Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS

  • Melemahnya dolar AS

  • Arus modal yang menghindari aset berisiko

Kenaikan harga emas ini juga didukung oleh meningkatnya permintaan dari investor institusional yang melihat emas sebagai lindung nilai terhadap potensi stagflasi.

Bestprofit | Harga Emas Naik, Imbal Hasil Turun

Safe-Haven Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Dalam situasi global yang tidak menentu, emas kembali menegaskan dirinya sebagai aset safe-haven utama. Quasar Elizundia, ahli strategi riset dari Pepperstone, dalam sebuah email mengatakan, “Prospek emas tetap konstruktif, didukung oleh campuran kuat faktor makroekonomi dan geopolitik yang memperkuat nilai intrinsiknya sebagai penyimpan nilai dan aset diversifikasi di masa yang tidak pasti.”

Emas secara historis telah menjadi pilihan utama saat pasar menghadapi krisis. Dengan meningkatnya tensi antara kekuatan global, konflik regional, dan tekanan fiskal di banyak negara, investor cenderung mengalihkan portofolionya ke aset yang dianggap aman dan likuid seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Proyeksi Harga Emas: Target Jangka Menengah hingga Panjang

Menurut Quasar Elizundia, jika kondisi saat ini berlanjut, harga emas diproyeksikan dapat mencapai target jangka menengah hingga panjang di kisaran $3.734 per ounce. Ini mengindikasikan potensi kenaikan lebih dari 10% dari level saat ini.

Beberapa skenario yang bisa mendorong harga emas lebih tinggi antara lain:

  • Penurunan suku bunga oleh The Fed pada semester kedua 2025

  • Melemahnya data tenaga kerja AS

  • Penurunan nilai dolar AS

  • Kenaikan permintaan fisik dari Tiongkok dan India

  • Ketegangan geopolitik yang meluas

Faktor Pendukung Lain: Permintaan Fisik dan Cadangan Bank Sentral

Selain faktor pasar finansial, permintaan fisik terhadap emas dari konsumen dan bank sentral juga berperan penting. Tiongkok dan India tetap menjadi konsumen utama emas dunia, baik untuk perhiasan maupun investasi.

Lebih dari itu, bank sentral di berbagai negara berkembang terus menambah cadangan emas mereka sebagai strategi diversifikasi cadangan devisa. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan sebagai bentuk proteksi terhadap inflasi global.

Data terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa pembelian emas oleh bank sentral global tetap kuat, mencerminkan keyakinan jangka panjang terhadap stabilitas logam mulia ini.

Dampak terhadap Investor Ritel dan Institusional

Kenaikan harga emas memberi dampak yang berbeda bagi berbagai tipe investor. Bagi investor ritel, tren ini membuka peluang untuk masuk ke aset emas fisik maupun derivatif seperti ETF berbasis emas. Sementara itu, bagi investor institusional seperti hedge fund dan manajer aset, pergerakan emas menjadi sinyal penting dalam pengelolaan portofolio strategis.

Banyak institusi kini menyesuaikan komposisi portofolio mereka dengan menambah eksposur ke aset safe-haven, termasuk emas dan obligasi pemerintah AS jangka panjang.

Risiko Koreksi Masih Ada

Meski tren harga emas menunjukkan kekuatan, para analis tetap memperingatkan risiko koreksi dalam jangka pendek. Beberapa faktor yang bisa menekan harga emas di antaranya adalah:

  • Pemulihan ekonomi global lebih cepat dari perkiraan

  • Data inflasi AS yang lebih tinggi yang bisa mendorong Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama

  • Penguatan dolar AS secara tiba-tiba

Dengan kata lain, meskipun tren jangka panjang cenderung naik, investor tetap perlu memperhatikan fluktuasi jangka pendek dan volatilitas pasar.

Kesimpulan: Emas Kembali Bersinar di Tengah Awan Ketidakpastian

Kenaikan harga emas saat ini mencerminkan kekhawatiran mendalam investor terhadap kondisi ekonomi global dan geopolitik yang tidak menentu. Dengan peringatan dari Ketua The Fed yang memperkuat ketakutan pasar, permintaan terhadap aset safe-haven melonjak, dan emas menjadi penerima manfaat utama.

Dengan prospek yang tetap kuat dan dukungan dari berbagai faktor fundamental dan teknikal, emas diperkirakan akan terus menarik minat dalam jangka menengah hingga panjang. Target harga $3.734 per ounce bukanlah hal yang tidak masuk akal jika ketidakpastian global berlanjut.

Bagi investor, saat ini bisa menjadi momen penting untuk menilai kembali peran emas dalam portofolio mereka — bukan hanya sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga sebagai strategi untuk menghadapi era volatilitas baru yang mungkin sedang kita hadapi.