BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Cetak Rugi Tiga Pekan

Bestprofit (14/11) – Harga minyak dunia kembali tertekan dan diproyeksikan mencatat kerugian mingguan ketiga berturut-turut, seiring munculnya lebih banyak tanda kelebihan pasokan di pasar global. Data terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan potensi surplus minyak yang mencapai rekor baru pada tahun mendatang. Hal ini mendorong sentimen bearish di pasar komoditas energi, sementara kekhawatiran geopolitik dan sanksi AS terhadap produsen Rusia hanya memberikan dukungan terbatas.

Di tengah dinamika tersebut, harga West Texas Intermediate (WTI) stabil di bawah $59 per barel, sementara Brent diperdagangkan mendekati $63 per barel. Koreksi harga dalam beberapa minggu terakhir semakin menyoroti ketimpangan fundamental antara suplai dan permintaan yang belum seimbang.

Artikel ini akan menguraikan faktor-faktor utama yang mendorong pelemahan harga minyak, mulai dari proyeksi surplus IEA, pemulihan produksi OPEC+, pelemahan permintaan global, hingga dampak sanksi AS terhadap perusahaan energi Rusia.

Bestprofit | Minyak Terjun: Era Surplus Kembali?

1. Tren Penurunan Mingguan: Tiga Pekan Berturut-turut Melemah

Pasar minyak global memasuki pekan ketiga penurunan harga, sebuah tren bearish yang mencerminkan perubahan signifikan dalam ekspektasi pasar terhadap kondisi pasokan dan permintaan.

WTI dan Brent Sama-Sama Tertekan

  • WTI turun lebih dari 1% minggu ini dan tetap stabil di bawah $59 per barel, posisi yang mencerminkan tekanan jual konsisten.

  • Brent, yang merupakan acuan global, ditutup mendekati $63 dan bahkan hanya naik tipis 0,5% pada Kamis sebagai bagian dari koreksi teknis.

Meski terdapat sedikit rebound harian, pergerakan mingguan menunjukkan kecenderungan melemah karena pasar memproses laporan terbaru dari lembaga energi global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Proyeksi IEA: Rekor Surplus Tahun Depan

Pemicu utama sentimen negatif datang dari Badan Energi Internasional (IEA) yang kembali menaikkan proyeksi kelebihan pasokan minyak global untuk tahun depan.

a. Pemulihan Pasokan OPEC+

IEA melaporkan bahwa OPEC+ terus meningkatkan produksi, sebuah kebijakan yang mulai menambah tekanan pada keseimbangan pasar. Banyak negara anggota OPEC+ mulai mengembalikan kuota produksi ke tingkat sebelum pemotongan, terutama dalam upaya menambah pendapatan fiskal mereka.

b. Permintaan Global yang Tetap Lemah

Selain faktor peningkatan pasokan, pertumbuhan permintaan global masih belum memenuhi ekspektasi. Perlambatan ekonomi di beberapa wilayah utama dunia — termasuk Tiongkok, Eropa, dan sebagian Amerika Latin — membuat konsumsi energi industri dan transportasi berjalan lambat.

c. Produksi Global Lampaui Permintaan

Dalam pernyataan sebelumnya, IEA mengungkapkan bahwa produksi minyak mentah global telah melampaui permintaan pada kuartal ketiga, sebuah revisi signifikan dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan. Perubahan pandangan ini menandakan adanya pergeseran struktural yang menekan harga.

Surplus yang diperbesar oleh IEA ini memicu kekhawatiran bahwa tahun depan pasar mungkin menghadapi salah satu kelebihan produksi terbesar dalam sejarah modern.

3. Dampak FundamentaI: Ketidakseimbangan Pasokan dan Permintaan

Ketidakseimbangan mendasar antara pasokan dan permintaan menciptakan masalah jangka pendek dan jangka panjang bagi pasar minyak global.

a. Inventori Berpotensi Meningkat

Jika surplus berlanjut, banyak negara dan perusahaan penyimpanan minyak kemungkinan akan melihat peningkatan inventori. Ini dapat membatasi kenaikan harga dalam jangka panjang, bahkan jika permintaan mulai pulih.

b. Tekanan pada Produsen

Produsen dengan biaya operasional tinggi, seperti negara-negara minor OPEC dan perusahaan minyak serpih (shale oil) di AS, mungkin menghadapi margin yang mengecil. Situasi ini bisa memaksa sebagian produsen untuk mengurangi produksi guna mempertahankan profitabilitas.

c. Dampak terhadap Investasi Energi

Lingkungan harga rendah biasanya mendorong perusahaan menunda proyek-proyek eksplorasi dan pengembangan lapangan baru, yang pada akhirnya dapat memengaruhi pasokan jangka panjang.

4. Sanksi AS terhadap Rusia: Risiko Pasokan yang Membatasi Penurunan Harga

Di tengah tekanan bearish, risiko geopolitik dari sanksi AS terhadap produsen Rusia, seperti Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, memberikan sedikit penopang pada pasar.

a. Sanksi yang Segera Berlaku Sepenuhnya

Beberapa hari menjelang pengimplementasian penuh sanksi, ketegangan meningkat karena produsen dan pedagang melakukan persiapan untuk mengurangi eksposur. Sanksi ini berpotensi mengganggu sebagian suplai minyak Rusia ke pasar global.

b. Dampak pada Lukoil

Laporan menunjukkan bahwa bisnis perdagangan Lukoil telah mulai mengurangi jumlah karyawan sebagai respons terhadap pembatasan yang akan datang. Hal ini menandakan adanya gangguan nyata pada rantai distribusi dan operasi perdagangan.

c. Minat Carlyle Group

Reuters melaporkan bahwa Carlyle Group Inc. sedang menjajaki kemungkinan membeli beberapa aset luar negeri Lukoil. Langkah ini mengindikasikan bahwa investor besar melihat potensi peluang dalam ketidakpastian pasar energi Rusia.

Meski faktor geopolitik ini dapat mengurangi sebagian tekanan bearish, ketegangan tersebut tidak cukup kuat untuk menahan pelemahan harga yang dipicu oleh surplus global.

5. Reaksi Pasar dan Respons Investor

Investor energi kini berada dalam posisi yang lebih berhati-hati, memperhitungkan kemungkinan surplus berkepanjangan di tengah ketidakpastian makroekonomi.

a. Minat Risiko Terbatas

Dengan prospek ekonomi global yang masih lemah dan kebijakan moneter ketat di banyak negara, investor kini lebih selektif dalam mengambil risiko. Komoditas seperti minyak yang sensitif terhadap faktor makroekonomi cenderung bergerak volatil.

b. Spekulasi Jangka Pendek

Sebagian pelaku pasar memanfaatkan volatilitas untuk spekulasi jangka pendek, namun partisipasi investor institusional tetap rendah karena tantangan struktural di pasar.

c. Hedging oleh Produsen

Produsen besar mungkin meningkatkan aktivitas hedging untuk mengunci harga yang lebih stabil di masa depan, mengingat volatilitas yang meningkat dan prospek penurunan harga yang berkelanjutan.

6. Pergerakan Harga Terbaru

Data terbaru menunjukkan bahwa harga minyak menunjukkan sedikit kenaikan intraday, tetapi tidak cukup untuk membalikkan tren penurunan mingguan.

WTI (West Texas Intermediate)

  • Untuk pengiriman Desember

  • Naik 0,3% menjadi $58,87 per barel

  • Harga ini tercatat pada 07.23 pagi waktu Singapura

Brent

  • Untuk penyelesaian Januari

  • Menguat 0,5% menjadi $63,01 per barel

Kenaikan ini lebih mencerminkan rebound teknis setelah tekanan jual selama beberapa hari, bukan perubahan fundamental pasar.

7. Prospek Pasar Ke Depan

Melihat dinamika yang ada, ada dua skenario yang mungkin terjadi dalam jangka pendek:

a. Skenario Bearish (Lebih Mungkin)

  • Surplus terus membesar

  • Permintaan global tetap lemah

  • OPEC+ tidak melakukan pemotongan tambahan

Di bawah kondisi ini, WTI dapat turun lebih jauh menuju kisaran $56–$57, sementara Brent berpotensi menguji level $60.

b. Skenario Bullish (Lebih Terbatas)

  • Gangguan pasokan dari Rusia meningkat

  • Ketegangan geopolitik eskalatif

  • OPEC+ mengisyaratkan respons terhadap penurunan harga

Dalam skenario ini, harga bisa stabil atau sedikit naik, tetapi reli besar hampir tidak mungkin tanpa perbaikan permintaan.

Kesimpulan

Pasar minyak global berada dalam tekanan berat, dengan harga menuju kerugian mingguan ketiga akibat serangkaian tanda kelebihan pasokan. Proyeksi surplus rekor dari IEA, peningkatan produksi OPEC+, serta lemahnya permintaan global memberi tekanan kuat terhadap harga minyak.

Sementara itu, sanksi AS terhadap perusahaan energi Rusia memberikan beberapa risiko pasokan yang dapat membatasi penurunan lebih dalam, tetapi belum cukup untuk membalikkan tren bearish.

Dengan kondisi saat ini, investor harus memperhatikan perkembangan pasokan OPEC+, data permintaan global, serta dinamika geopolitik sebagai penentu arah harga minyak dalam beberapa pekan ke depan.