BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Melemah di Tengah Konflik

Bestprofit (3/12) – Harga minyak mengalami penurunan signifikan pada awal pekan ini seiring pasar terus menghadapi ketidakpastian geopolitik dan tanda-tanda meningkatnya pasokan global. Prospek berakhirnya perang di Ukraina setelah adanya perundingan tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan Rusia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sentimen pasar. Namun, ketegangan yang masih berlangsung, termasuk serangan terhadap aset energi Rusia, tetap memberikan tekanan kompleks terhadap harga minyak.

West Texas Intermediate (WTI) kembali turun dan diperdagangkan di bawah $58 per barel, melemah 1,2% pada sesi Selasa. Sementara itu, minyak mentah Brent bertahan mendekati $62 per barel, mencerminkan dinamika pasar yang bergejolak di tengah harapan perdamaian namun juga kecemasan geopolitik yang belum mereda.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Harapan Perdamaian Ukraina Menekan Harga Minyak

Salah satu faktor utama yang menekan harga minyak adalah berkembangnya prospek perdamaian di Ukraina setelah pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff dan Jared Kushner. Kremlin menggambarkan pertemuan tersebut sebagai diskusi yang “sangat bermanfaat”, meskipun belum menghasilkan kesepakatan final mengenai rencana penghentian perang.

Bagi pasar minyak, potensi berakhirnya konflik Ukraina merupakan sinyal bearish. Pasalnya, perang tersebut telah menjadi salah satu pendorong utama volatilitas dan premi risiko dalam pasar energi sejak 2022. Perang membuat pasokan energi global terganggu, terutama dari Rusia—salah satu eksportir minyak terbesar dunia. Jika konflik mereda, ekspektasinya adalah meningkatnya stabilitas pasokan global yang dapat menekan harga lebih lanjut.

Namun demikian, pasar tetap berhati-hati. Tidak adanya kesepakatan konkret dan masih adanya perbedaan pandangan antara kedua negara menjaga ketidakpastian tetap tinggi.

Bestprofit | Minyak Naik Usai Aksi OPEC dan Konflik Ukraina

Serangan Terhadap Aset Energi Rusia: Sumber Ketegangan Baru

Di tengah upaya diplomasi, serangan terhadap kapal tanker atau aset energi Rusia kembali terjadi. Meski detail penyerangan belum sepenuhnya jelas, insiden tersebut meningkatkan kecemasan pasar atas potensi gangguan pasokan yang lebih luas.

Presiden Putin mengatakan bahwa Moskow dapat mempertimbangkan tindakan balasan, termasuk menyerang kapal-kapal milik negara-negara yang mendukung Ukraina jika serangan terhadap armada Rusia terus berlanjut. Pernyataan keras ini disampaikan kepada saluran TV pemerintah Rossiya 24, menegaskan bahwa risiko eskalasi tetap tinggi.

Dari perspektif pasar minyak, ancaman balasan semacam ini meningkatkan premi risiko geopolitik. Ketika pasokan global berpotensi terancam, harga biasanya mendapat dukungan. Namun dalam situasi kali ini, dukungan tersebut tidak cukup kuat untuk mengimbangi sentimen bearish dari prospek perdamaian dan meningkatnya surplus minyak global.

Ketegangan AS–Venezuela Ikut Memicu Ketidakpastian

Selain dinamika AS–Rusia, pasar juga menghadapi potensi ketegangan baru antara Amerika Serikat dan Venezuela. Presiden Donald Trump dikabarkan mengisyaratkan bahwa Pentagon akan segera mengambil tindakan lebih agresif terhadap kartel narkoba, termasuk kemungkinan serangan darat.

Langkah ini dapat berdampak pada pasar minyak global mengingat Venezuela merupakan salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Meskipun produksi minyak negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir menurun drastis akibat krisis ekonomi, instabilitas tambahan berpotensi mengganggu operasi yang tersisa, menambah ketidakpastian pasokan global.

Retorika keras dari AS ini menjadi salah satu faktor risiko yang mempengaruhi harga, meskipun belum cukup kuat untuk membalikkan tren penurunan yang sedang terjadi.

Surplus Pasokan Global Terus Meningkat

Selain faktor geopolitik, tekanan besar juga datang dari kondisi fundamental pasar minyak dunia. Tanda-tanda meningkatnya pasokan membuat harga cenderung bergerak turun.

Sebuah laporan industri menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS meningkat sekitar 2,5 juta barel dalam sepekan terakhir. Persediaan bensin juga tercatat naik, menandakan bahwa permintaan yang biasanya menjadi pendorong pasar pada akhir tahun masih belum pulih secara signifikan.

Data resmi yang akan dirilis pada Rabu malam diperkirakan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi pasokan di AS. Namun jika data tersebut mendukung laporan industri, pasar berpotensi mengalami tekanan lanjutan karena kekhawatiran pasokan berlebih yang semakin besar.

WTI dan Brent Berada di Titik Lemah: Sentimen Masih Bearish

WTI yang kini berada di bawah $58 per barel mencerminkan lemahnya minat beli dalam beberapa hari terakhir. Investor tampaknya lebih memilih menunggu kepastian kondisi geopolitik dan data fundamental sebelum mengambil posisi baru.

Sementara itu, minyak Brent yang menutup perdagangan mendekati $62 juga menunjukkan pola yang sama. Meski sedikit lebih stabil dibandingkan WTI, Brent tetap berada dalam tren pelemahan sebagai respons terhadap kombinasi faktor bearish yang terus meningkat.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa pasar telah menilai potensi berakhirnya perang Ukraina sebagai katalis negatif yang jauh lebih kuat dibandingkan ketidakpastian geopolitik lainnya. Hal ini menandakan bahwa pasar cenderung lebih fokus pada prospek peningkatan suplai global dibandingkan risiko gangguan pasokan dalam jangka pendek.

Geopolitik vs. Fundamental: Pertarungan Sentimen di Pasar Minyak

Situasi pasar saat ini mencerminkan benturan antara dua kekuatan utama:

1. Faktor Bearish (Penekan Harga)

  • Prospek berakhirnya perang Ukraina

  • Surplus pasokan minyak global

  • Stok AS yang meningkat

  • Permintaan global yang cenderung stagnan

2. Faktor Bullish (Pendukung Harga)

  • Serangan terhadap kapal dan aset energi Rusia

  • Ancaman Rusia untuk membalas

  • Potensi ketegangan baru AS–Venezuela

Sejauh ini, faktor bearish tampaknya lebih mendominasi, membuat harga minyak terus tertekan. Namun volatilitas tetap tinggi, sehingga setiap perkembangan geopolitik baru dapat memicu perubahan arah harga secara cepat.

Kesimpulan: Prospek Harga Minyak Masih Lemah, tetapi Risiko Tetap Tinggi

Harga minyak terus turun dipengaruhi kombinasi antara prospek perdamaian Ukraina dan meningkatnya pasokan global. Sementara itu, faktor geopolitik seperti serangan terhadap aset energi Rusia dan ketegangan antara AS–Venezuela memberikan sedikit penopang, tetapi belum cukup kuat untuk membalikkan tren bearish.

Pelaku pasar saat ini berfokus pada dua hal utama:

  1. Perkembangan diplomasi AS–Rusia, yang dapat mengubah arah pasar secara signifikan.

  2. Data resmi stok minyak AS, yang akan menentukan apakah surplus semakin melebar.

Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, volatilitas harga minyak diperkirakan tetap besar dalam beberapa hari mendatang.