BPF Malang

Bestprofit (2/10) – Harga minyak global mengalami lonjakan signifikan setelah Iran meluncurkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel. Kejadian ini memicu respons tegas dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang berjanji untuk memberikan pembalasan. Ketegangan ini meningkatkan risiko terhadap pasokan minyak mentah dari kawasan Timur Tengah, yang merupakan salah satu pusat utama produksi minyak dunia.

Latar Belakang Serangan

Serangan rudal yang dilakukan oleh Iran menjadi titik balik dalam konflik yang berkepanjangan di kawasan tersebut. Ini terjadi di tengah situasi yang sudah tegang akibat perang yang sedang berlangsung di Gaza dan konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas, yang didukung oleh Teheran. Meskipun Israel dan Iran telah terlibat dalam ketegangan selama hampir setahun, serangan terbaru ini membawa dampak yang lebih besar terhadap pasar minyak global.

---

Kunjungi juga : demo bpf, demo bestprofit futures

---

Respons Pasar Terhadap Ketegangan

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat mencapai $71 per barel dalam perdagangan Asia setelah ditutup 2,4% lebih tinggi pada hari Selasa. Sementara itu, harga minyak mentah acuan global Brent juga mengalami kenaikan, ditutup 2,5% lebih tinggi. Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor mulai memperhitungkan premi risiko baru terkait dengan ketidakstabilan di Timur Tengah, yang menyuplai sekitar sepertiga dari total pasokan minyak dunia. ANZ Group Holdings mencatat bahwa setiap kenaikan harga minyak yang berkelanjutan akan sangat bergantung pada tindakan balasan yang diambil oleh Israel. Apabila Israel memutuskan untuk menyerang kembali, baik terhadap militer Iran maupun infrastruktur minyaknya, maka harga minyak dapat mengalami lonjakan yang lebih signifikan.

Ketegangan yang Meningkat

Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah pembunuhan kepala Hizbullah, Hassan Nasrallah, minggu lalu. Serangan udara Israel di pusat kota Beirut dan operasi militer yang disebut sebagai “serangan darat yang ditargetkan” di Lebanon menunjukkan bahwa situasi semakin memanas. Hizbullah, yang juga didukung oleh Teheran, semakin terlibat dalam konflik ini, dan tindakan ini menambah ketidakpastian di kawasan tersebut. Setelah serangan rudal, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa tindakan negaranya telah berakhir, kecuali jika Israel “memutuskan untuk mengundang pembalasan lebih lanjut.” Di sisi lain, Netanyahu menegaskan bahwa Iran telah melakukan kesalahan besar dan akan membayarnya. Situasi ini menciptakan ketegangan yang berpotensi mengganggu produksi dan distribusi minyak di kawasan.

Proyeksi Harga Minyak

Sampai saat ini, harga WTI diperdagangkan 1,6% lebih tinggi pada $70,95 per barel, sementara Brent ditutup pada $73,56 per barel. Lonjakan harga ini mencerminkan respons pasar terhadap ancaman nyata yang dapat mempengaruhi pasokan minyak global. Investor sangat memperhatikan setiap perkembangan, terutama yang berkaitan dengan potensi gangguan dalam produksi minyak. Ketidakpastian yang terus berlanjut akan membuat pasar tetap volatil. Dalam situasi seperti ini, sangat penting bagi investor untuk mengikuti berita dan perkembangan terbaru yang dapat memengaruhi harga minyak. Jika ketegangan antara Israel dan Iran meningkat lebih jauh, harga minyak bisa mencapai level yang lebih tinggi.

Kesimpulan

Lonjakan harga minyak yang terjadi saat ini merupakan refleksi dari ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Ketidakpastian ini menyebabkan investor memperhitungkan risiko yang lebih besar, yang berpotensi mengganggu pasokan minyak global. Dengan situasi yang terus berkembang, sangat penting untuk terus memantau perkembangan ini agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Tindakan balasan dari Israel dan respons internasional terhadap situasi ini akan sangat menentukan arah harga minyak ke depan. Setiap peristiwa di Timur Tengah dapat berdampak langsung pada pasar energi global, dan investor perlu waspada terhadap perubahan ini.