BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Stabil, Fokus ke Tarif dan Stok

Bestprofit (24/7) – Harga minyak mentah menunjukkan stabilisasi pada perdagangan terbaru setelah mengalami penurunan dalam empat sesi berturut-turut. Sentimen pasar mulai membaik seiring dengan harapan bahwa ketegangan perdagangan global dapat diredakan, sementara investor juga mencermati tingkat persediaan minyak dan potensi pasokan tambahan dari negara-negara produsen utama.

Pasar Minyak Bergerak Stabil Setelah Tekanan Bertubi-tubi

Minyak mentah Brent diperdagangkan di bawah $69 per barel setelah sebelumnya turun selama empat sesi. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) bertahan di atas $65 per barel. Pergerakan ini mencerminkan ketahanan pasar setelah tekanan kuat dari sisi permintaan dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh ketidakpastian perdagangan.

Stabilisasi harga minyak terjadi menjelang tenggat waktu perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah mitra dagang utama, termasuk Uni Eropa dan Jepang. Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan antara 15% hingga 50%, dengan tarif sebesar 15% telah ditetapkan untuk Jepang pada hari Rabu. Uni Eropa juga tengah merundingkan kesepakatan serupa.

Bestprofit | Minyak Stabil, Negosiasi Memanas

Harapan Perdagangan Menenangkan Pasar

Menurut Vishnu Varathan, Kepala Strategi Makro untuk Asia di Mizuho Bank Ltd., ada potensi penguatan harga minyak karena asumsi permintaan global tidak seburuk yang dikhawatirkan. “Mungkin ada sedikit peningkatan harga minyak mentah dari asumsi sisi permintaan yang tidak terlalu suram karena pasar merasa lega karena ancaman tarif terburuk telah dihindari,” ujar Varathan.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa “sorak sorai tarif” ini mungkin hanya menjadi jeda sementara sebelum tekanan baru muncul terhadap pertumbuhan global. Ketidakpastian jangka panjang mengenai arah kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap permintaan energi global masih membayangi pasar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penurunan Persediaan Minyak AS Bantu Dukung Harga

Di sisi fundamental, pasar juga memperoleh dukungan dari data persediaan minyak mentah nasional Amerika Serikat yang menunjukkan penurunan sebesar 3,2 juta barel pada pekan lalu. Meskipun demikian, level stok di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma – titik pengiriman untuk kontrak WTI – mengalami kenaikan untuk minggu ketiga berturut-turut.

Persediaan diesel AS, meskipun mengalami peningkatan, tetap berada pada tingkat musiman terendah sejak 1996. Hal ini menunjukkan ketatnya pasokan bahan bakar sulingan yang penting, khususnya selama bulan-bulan musim panas ketika permintaan transportasi meningkat tajam.

Pasar Diesel Global yang Ketat Menahan Pelemahan

Faktor lain yang memberikan penyangga bagi harga minyak adalah ketatnya pasar diesel global. Selama musim panas, permintaan untuk bahan bakar ini meningkat, terutama di belahan bumi utara. Ketatnya pasokan menyebabkan harga bahan bakar olahan tetap tinggi, meskipun terdapat kekhawatiran terhadap pelemahan ekonomi secara keseluruhan.

Namun, pasar juga harus memperhitungkan prospek peningkatan pasokan dari negara-negara anggota OPEC+ (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya). Koalisi ini tengah meningkatkan kuota produksinya, yang berpotensi mengimbangi kekurangan pasokan dari tempat lain.

Sanksi dan Politik Minyak: Faktor Geopolitik Tetap Relevan

Sanksi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat, khususnya Uni Eropa dan Amerika Serikat, terhadap Rusia dan Iran masih menjadi faktor risiko besar dalam pasar minyak. Uni Eropa baru-baru ini menetapkan pembatasan tambahan terhadap ekspor energi Rusia, yang berpotensi memengaruhi negara-negara pengimpor besar seperti India.

Selain itu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa pembelian minyak Rusia dan Iran oleh Tiongkok bisa menjadi bagian dari negosiasi perdagangan antara Washington dan Beijing yang dijadwalkan berlangsung minggu depan. Jika benar, hal ini dapat memperumit dinamika pasar minyak global, mengingat Tiongkok adalah salah satu konsumen terbesar minyak dunia.

Reaksi Pasar: Pergerakan Harga Minyak

Minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 0,4% menjadi $68,75 per barel pada pukul 8:03 pagi waktu Singapura. Sementara itu, minyak WTI untuk pengiriman September juga naik 0,4% menjadi $65,52 per barel. Pergerakan ini menunjukkan bahwa pasar sedang mencari keseimbangan antara faktor penekan dan pendukung harga.

Kenaikan kecil ini mencerminkan pergeseran sentimen yang masih rapuh. Di satu sisi, optimisme atas perbaikan hubungan dagang memberikan harapan pemulihan permintaan energi. Di sisi lain, risiko dari pasokan berlebih dan potensi perlambatan ekonomi global tetap menjadi hambatan signifikan.

OPEC+ dan Dilema Produksi

Peningkatan produksi oleh negara-negara anggota OPEC+ menjadi perhatian utama dalam beberapa bulan terakhir. Dengan pasar yang sudah rentan, masuknya pasokan tambahan dapat memperlemah posisi harga minyak jika permintaan tidak tumbuh sesuai harapan.

Namun, OPEC+ juga menghadapi dilema: mempertahankan harga yang terlalu tinggi dapat mendorong negara-negara konsumen mencari sumber energi alternatif atau mengurangi konsumsi. Sebaliknya, membanjiri pasar dengan minyak dapat menggerus pendapatan negara-negara produsen yang sangat bergantung pada ekspor minyak.

Ketidakpastian Tetap Menjadi Tema Utama

Secara keseluruhan, stabilisasi harga minyak mencerminkan kondisi pasar yang tengah menyeimbangkan berbagai faktor global yang saling bertentangan. Investor berada dalam posisi menunggu dan melihat—mengamati arah negosiasi perdagangan, kebijakan produksi dari OPEC+, serta data permintaan dan stok dari negara-negara konsumen utama.

Ketidakpastian global membuat pergerakan harga minyak rentan terhadap sentimen jangka pendek. Di tengah situasi ini, pernyataan dari pejabat tinggi, data stok mingguan, hingga perkembangan geopolitik dapat dengan cepat mengubah arah pasar.

Prospek Jangka Pendek dan Strategi Investor

Untuk jangka pendek, investor cenderung akan menyesuaikan strategi mereka dengan perkembangan berita perdagangan dan data persediaan. Harga minyak berpotensi menguat jika ada konfirmasi lebih lanjut bahwa kesepakatan dagang dapat dicapai, atau jika data permintaan global menunjukkan pemulihan.

Namun, jika negosiasi perdagangan kembali menemui jalan buntu, atau jika OPEC+ meningkatkan produksi lebih agresif dari yang diperkirakan, maka tekanan jual bisa kembali mendominasi pasar.

Bagi pelaku pasar, memahami interaksi antara kebijakan makro, geopolitik, dan fundamental pasokan-permintaan adalah kunci untuk menavigasi volatilitas harga minyak saat ini.