BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Stabil Usai Reli Perdagangan

Bestprofit (14/5) – Harga minyak mentah dunia mulai menunjukkan stabilisasi setelah mencatatkan reli empat hari terbesar sejak Oktober tahun lalu. Lonjakan ini terjadi akibat kombinasi antara meningkatnya optimisme seputar hubungan dagang Amerika Serikat-Tiongkok dan retorika keras Presiden AS Donald Trump terhadap Iran. West Texas Intermediate (WTI) kini diperdagangkan di atas $63 per barel, setelah sebelumnya naik hampir 10% dalam empat sesi. Sementara itu, Brent, acuan internasional, ditutup mendekati level $67 per barel.

Lonjakan Harga Terbesar Sejak Oktober

Reli empat hari terakhir menandai pemulihan paling tajam sejak Oktober, mendorong harga minyak naik dari posisi terendah dalam empat tahun yang tercapai awal minggu lalu. Sentimen pasar bergeser tajam dari kekhawatiran resesi dan kelebihan pasokan ke arah antisipasi gangguan suplai yang bisa timbul akibat ketegangan geopolitik.

Reli ini merupakan reaksi pasar terhadap kombinasi beberapa faktor fundamental dan geopolitik. Lonjakan sebesar hampir 10% dalam waktu singkat menunjukkan betapa sensitifnya pasar energi terhadap perkembangan isu-isu global, khususnya yang menyangkut pasokan dari wilayah strategis seperti Timur Tengah.

Bestprofit | Minyak Turun Jelang Pembicaraan Dagang

Trump Desak Tekanan Maksimal ke Iran

Salah satu faktor terbesar yang mendorong kenaikan harga minyak baru-baru ini adalah pernyataan Presiden Donald Trump selama kunjungannya ke Arab Saudi. Dalam pidatonya, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat akan menerapkan “tekanan maksimum” terhadap ekspor minyak Iran jika tidak ada kemajuan dalam negosiasi terkait program nuklir negara tersebut.

Komentar Trump muncul setelah Departemen Luar Negeri AS mengumumkan sanksi terhadap jaringan yang membantu pengiriman minyak Iran ke Tiongkok. Langkah ini dianggap sebagai eskalasi dalam strategi Washington untuk menekan pendapatan minyak Iran, yang merupakan sumber utama pembiayaan negara tersebut.

Retorika hawkish Trump terhadap Iran meningkatkan kekhawatiran akan terganggunya pasokan global, terutama dari kawasan Teluk Persia yang menyumbang sebagian besar perdagangan minyak dunia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Iran dan Pasar Minyak Global

Iran, sebagai anggota OPEC, memiliki kapasitas produksi minyak yang signifikan. Meski sanksi AS telah memangkas sebagian besar ekspor minyaknya sejak 2018, tetap saja, potensi gangguan terhadap jalur pelayaran di Selat Hormuz atau serangan terhadap infrastruktur energi bisa memberikan dampak besar pada harga minyak global.

Investor kini mencermati apakah ketegangan ini akan berubah menjadi konflik terbuka atau hanya berakhir sebagai tekanan diplomatik. Ketidakpastian inilah yang menjadi bahan bakar volatilitas harga minyak, karena investor mencoba memprediksi seberapa besar dampak jangka pendek dan menengahnya terhadap pasokan global.

Peran Optimisme Dagang AS-Tiongkok

Selain geopolitik, lonjakan harga minyak juga didorong oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Harapan akan kesepakatan dagang yang lebih konstruktif memberikan angin segar bagi pasar global, termasuk energi.

Perbaikan hubungan dagang di antara dua ekonomi terbesar dunia meningkatkan ekspektasi akan pulihnya permintaan minyak. Pasalnya, ketegangan dagang selama dua tahun terakhir telah menekan aktivitas manufaktur dan permintaan energi secara global, terutama dari sektor transportasi dan industri.

Dengan terciptanya potensi kesepakatan dagang, investor berharap pertumbuhan global dapat membaik, yang secara langsung akan meningkatkan konsumsi minyak dunia.

Inflasi AS dan Dampaknya pada Harga Energi

Faktor lain yang turut menambah sentimen positif adalah data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan. Dengan tekanan harga yang terkendali, pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan atau bahkan memangkas suku bunga, sehingga mendukung aktivitas ekonomi dan konsumsi energi.

Harga minyak sering kali berkorelasi dengan kondisi moneter global. Saat suku bunga rendah dan inflasi stabil, permintaan energi cenderung meningkat karena biaya pinjaman lebih murah dan konsumsi domestik lebih tinggi.

Ini memberikan dasar yang kuat bagi harga minyak untuk bergerak lebih tinggi, setidaknya dalam jangka pendek.

Data Persediaan Minyak AS Jadi Katalis Selanjutnya

Meski reli harga cukup signifikan, pasar tetap menghadapi tekanan dari sisi pasokan. American Petroleum Institute (API) baru-baru ini melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik sebesar 4,29 juta barel pada minggu lalu. Jika data ini dikonfirmasi oleh laporan resmi Energy Information Administration (EIA) pada Rabu mendatang, maka itu akan menjadi kenaikan terbesar sejak Maret.

Kenaikan stok minyak ini bisa menjadi hambatan bagi kelanjutan reli harga, karena mengindikasikan bahwa permintaan domestik AS belum cukup kuat untuk menyerap produksi dalam negeri yang tinggi.

Investor saat ini menanti rilis data resmi EIA sebagai konfirmasi arah harga minyak dalam beberapa hari ke depan. Jika persediaan terbukti melonjak, harga bisa kembali mengalami koreksi setelah reli empat hari terakhir.

Harga Minyak Masih Turun Lebih dari 10% Tahun Ini

Meskipun terjadi lonjakan signifikan dalam beberapa hari terakhir, secara keseluruhan harga minyak masih mencatatkan penurunan lebih dari 10% sejak awal tahun. Ini mencerminkan ketidakstabilan pasar dan banyaknya faktor yang saling bertentangan yang mempengaruhi harga.

Tantangan utama tahun ini mencakup kekhawatiran resesi global, ketegangan geopolitik, perubahan arah kebijakan moneter, hingga pertumbuhan produksi dari negara-negara non-OPEC seperti Amerika Serikat dan Brasil.

Prospek Pasar Minyak dalam Waktu Dekat

Ke depan, pergerakan harga minyak sangat mungkin dipengaruhi oleh:

  1. Situasi geopolitik Timur Tengah, khususnya hubungan AS-Iran.

  2. Kebijakan OPEC+, yang bisa saja mempertimbangkan pemangkasan produksi lebih lanjut jika harga kembali melemah.

  3. Perkembangan ekonomi Tiongkok dan AS, sebagai indikator permintaan energi global.

  4. Data persediaan mingguan minyak AS, yang menjadi acuan utama bagi pelaku pasar jangka pendek.

Dengan berbagai ketidakpastian tersebut, volatilitas di pasar minyak diperkirakan tetap tinggi. Investor dan analis kini lebih berhati-hati dalam mengambil posisi, menunggu sinyal yang lebih kuat dari faktor fundamental dan geopolitik.

Kesimpulan: Keseimbangan Antara Risiko dan Harapan

Kenaikan harga minyak dalam empat hari terakhir mencerminkan pergeseran sentimen dari pesimisme ke optimisme, berkat kombinasi harapan akan membaiknya permintaan global dan potensi gangguan pasokan dari Iran. Namun, tekanan dari sisi persediaan tetap menjadi faktor penyeimbang yang harus diperhitungkan.

Dengan kondisi pasar yang masih rapuh dan penuh ketidakpastian, stabilitas harga minyak sangat tergantung pada arah kebijakan politik dan ekonomi global dalam beberapa minggu ke depan. Untuk sementara ini, harga minyak menunjukkan tanda-tanda kekuatan, tetapi investor tetap harus waspada terhadap potensi pembalikan arah jika faktor risiko kembali mendominasi.