BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Tenang, Fokus ke AS-Iran

Bestprofit (15/4) – Harga minyak mentah cenderung stabil setelah sesi perdagangan yang lesu pada hari Senin, dengan para pelaku pasar fokus pada perkembangan geopolitik yang bisa berdampak langsung pada pasokan dan permintaan energi global. West Texas Intermediate (WTI) bertahan di dekat $62 per barel, sementara Brent diperdagangkan sedikit di bawah $65 per barel.

Kondisi ini menandakan kembalinya ketenangan pasar setelah minggu sebelumnya yang dipenuhi ketidakpastian akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat dan kekhawatiran akan potensi pelonggaran sanksi terhadap Iran. Meski pasar menunjukkan stabilitas jangka pendek, awan ketidakpastian jangka panjang masih membayangi pasar minyak global.

Bestprofit | Minyak Turun Karena Kebijakan Tarif AS

Sentimen Pasar: Stabilitas Setelah Gejolak

Hari Senin memberikan sedikit kelegaan bagi pasar energi dan keuangan secara umum. Saham dan obligasi di Wall Street menguat setelah minggu yang penuh tekanan akibat eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Ketegangan ini telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang prospek pertumbuhan ekonomi global.

Kondisi pasar minyak mencerminkan sikap “wait and see” para pelaku, dengan fokus utama tertuju pada pernyataan pemerintah AS dan kebijakan luar negeri terkait minyak Iran. Perdagangan yang cenderung datar menunjukkan bahwa investor memilih untuk menahan diri daripada mengambil risiko berlebihan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perang Dagang AS-Tiongkok: Ancaman Permintaan Global

Penurunan harga minyak mentah sekitar $10 dalam sebulan terakhir sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran terhadap resesi global. Ketegangan antara AS dan Tiongkok – dua konsumen minyak terbesar dunia – membuat pasar khawatir bahwa permintaan terhadap energi akan menurun drastis.

Tarif tambahan yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap barang-barang Tiongkok dinilai bisa memperlambat perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi kedua negara. Dengan aktivitas ekonomi yang melambat, kebutuhan akan bahan bakar dan energi secara otomatis ikut menurun.

Analis dari berbagai lembaga keuangan dan riset pasar telah memangkas prospek permintaan minyak global untuk paruh kedua tahun ini, dan hal ini memperkuat tekanan terhadap harga. Dalam jangka pendek, kekhawatiran ini menjadi hambatan utama bagi kenaikan harga minyak.

Peluang Kembalinya Minyak Iran ke Pasar

Di sisi pasokan, pasar juga mencermati kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap Iran. Pemerintah AS sebelumnya telah memberikan indikasi bahwa mereka mungkin mempertimbangkan untuk membuka kembali saluran perdagangan minyak dengan Iran, setidaknya dalam kapasitas terbatas.

Jika Iran kembali ke pasar secara signifikan, hal ini akan menambah pasokan global secara substansial. Iran, yang merupakan salah satu produsen minyak utama dunia, memiliki kapasitas produksi besar yang sebagian besar terhambat oleh sanksi ekonomi AS sejak 2018.

Kembalinya minyak Iran ke pasar global tentu akan memberikan tekanan tambahan pada harga, terutama di tengah permintaan yang lesu. Hal ini juga memicu kekhawatiran akan ketidakseimbangan pasokan-permintaan, yang bisa memperdalam tren penurunan harga.

OPEC+ Mengejutkan Pasar dengan Rencana Produksi

Menambah ketidakpastian di pasar, aliansi OPEC+ — yang mencakup negara-negara produsen utama seperti Arab Saudi dan Rusia — secara mengejutkan mengumumkan niat mereka untuk meningkatkan produksi lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap kemungkinan kekurangan pasokan jangka pendek dan juga sebagai upaya mempertahankan pangsa pasar. Namun, dengan permintaan yang sedang melemah, keputusan OPEC+ ini justru menambah kekhawatiran akan kelebihan pasokan dalam beberapa bulan ke depan.

Beberapa analis mempertanyakan waktu keputusan ini, karena peningkatan pasokan pada saat permintaan sedang dalam tekanan bisa mempercepat penurunan harga dan memicu volatilitas yang lebih besar di pasar energi global.

Reaksi Pasar: Harga Stabil, Tapi Rentan

Meskipun ada tekanan dari berbagai sisi, harga minyak tidak menunjukkan penurunan tajam dalam sesi terakhir. Ini menunjukkan bahwa pasar masih menimbang berbagai skenario yang mungkin terjadi, dan belum ada konsensus arah yang jelas.

West Texas Intermediate bertahan di kisaran $62 per barel, sementara Brent tetap sedikit di bawah $65. Level ini dianggap sebagai batas psikologis oleh banyak pelaku pasar. Jika harga menembus batas bawah ini, bisa memicu aksi jual lanjutan. Sebaliknya, jika ada katalis positif — seperti resolusi perang dagang atau keputusan OPEC+ yang lebih mendukung harga — harga bisa pulih kembali.

Prospek Jangka Pendek: Konsolidasi Sebelum Arah Baru

Dalam jangka pendek, pasar minyak kemungkinan akan bergerak dalam pola konsolidasi. Artinya, harga akan berfluktuasi dalam kisaran sempit sambil menunggu arah yang lebih jelas dari sisi fundamental maupun geopolitik.

“Pasar minyak sedang berada dalam fase menunggu,” ujar seorang analis energi senior. “Ada banyak ketidakpastian, dan investor tidak mau mengambil posisi besar sebelum mendapat kejelasan tentang kebijakan AS, respons Tiongkok, serta arah kebijakan OPEC+.”

Faktor Tambahan yang Diperhatikan Pasar

Selain perang dagang dan kebijakan Iran, beberapa faktor lain juga turut menjadi perhatian pelaku pasar:

  1. Data Ekonomi Global – Indikator ekonomi dari AS, Tiongkok, dan Uni Eropa akan sangat memengaruhi sentimen pasar energi.

  2. Persediaan Minyak AS – Laporan mingguan dari Administrasi Informasi Energi (EIA) akan menjadi acuan penting bagi pergerakan harga dalam jangka pendek.

  3. Musim Permintaan Tinggi – Musim panas di belahan bumi utara biasanya disertai peningkatan konsumsi bahan bakar, terutama untuk transportasi. Namun apakah tren ini tetap berlaku di tengah ketidakpastian ekonomi, masih menjadi tanda tanya.

Kesimpulan: Stabil Tapi Penuh Ketidakpastian

Harga minyak yang stabil setelah sesi yang lesu mencerminkan pasar yang berhati-hati dan tidak ingin mengambil risiko besar dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian. Perang dagang AS-Tiongkok, kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap Iran, dan kebijakan OPEC+ merupakan tiga faktor utama yang menentukan arah harga minyak dalam waktu dekat.

Meskipun harga terlihat stabil, tekanan dari sisi permintaan dan potensi peningkatan pasokan membuat harga sangat rentan terhadap guncangan eksternal. Investor disarankan untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan global secara saksama sebelum mengambil keputusan investasi di sektor energi.