BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Turun, Sentimen Negatif

Bestprofit (28/7) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan perdagangan hari Jumat (25 Juli), mencatat penurunan mingguan terbesar dalam tiga minggu terakhir. Para pelaku pasar tertekan oleh kekhawatiran akan pelemahan ekonomi global, khususnya dari Amerika Serikat dan Tiongkok, serta meningkatnya tanda-tanda kelebihan pasokan minyak. Meskipun demikian, ekspektasi kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa menjadi penahan bagi penurunan harga yang lebih tajam.

Harga Brent dan WTI Turun ke Level Terendah Tiga Minggu

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 74 sen, atau 1,1%, menjadi $68,44 per barel. Sementara itu, minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), turun lebih tajam sebesar 87 sen, atau 1,3%, ke level $65,16 per barel.

Ini merupakan penutupan terendah Brent sejak 4 Juli dan bagi WTI sejak 30 Juni. Secara mingguan, Brent mencatat penurunan sekitar 1%, sementara WTI mengalami koreksi lebih dalam, yakni sekitar 3%. Penurunan ini mencerminkan meningkatnya kehati-hatian investor terhadap prospek permintaan minyak dalam jangka pendek.

Bestprofit | Minyak Stabil, Negosiasi Memanas

Kekhawatiran Ekonomi Global Membayangi Pasar Energi

Sentimen negatif di pasar energi dipicu oleh munculnya sinyal pelemahan dari dua ekonomi terbesar dunia — Amerika Serikat dan Tiongkok. Di AS, data menunjukkan bahwa pesanan baru untuk barang modal buatan lokal secara tak terduga turun pada bulan Juni. Meskipun pengiriman barang meningkat secara moderat, data tersebut menunjukkan bahwa belanja bisnis melambat secara signifikan pada kuartal kedua 2025.

Pelemahan dalam belanja modal ini menandakan adanya kehati-hatian di kalangan pelaku industri, dan dapat menjadi pertanda bahwa permintaan energi industri mungkin akan ikut melambat dalam waktu dekat.

Sementara itu, di Tiongkok, Kementerian Keuangan melaporkan bahwa pendapatan fiskal nasional turun sebesar 0,3% dalam enam bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini mempertahankan tren penurunan yang telah terlihat sejak awal tahun. Sebagai konsumen energi terbesar kedua di dunia, perlambatan ekonomi Tiongkok bisa berdampak langsung terhadap permintaan minyak global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Peningkatan Pasokan Tambah Tekanan Harga

Selain faktor makroekonomi, pasar juga dihadapkan pada kekhawatiran terhadap peningkatan pasokan minyak mentah. Beberapa laporan menunjukkan bahwa negara-negara produsen utama, termasuk AS dan anggota OPEC+, terus meningkatkan produksi, meskipun permintaan belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang kuat.

Peningkatan produksi ini bisa memperburuk ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, mendorong harga minyak jatuh lebih dalam jika tidak diimbangi oleh pertumbuhan konsumsi yang signifikan. Data mingguan dari Energy Information Administration (EIA) juga menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS tetap tinggi.

Optimisme Perdagangan Jadi Penyangga Kerugian

Meskipun tekanan dari sisi ekonomi dan pasokan meningkat, harga minyak tidak jatuh lebih dalam berkat optimisme terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dijadwalkan akan bertemu Presiden AS Donald Trump di Skotlandia pada akhir pekan ini, dalam upaya untuk menyepakati kerangka kerja perdagangan baru.

Para pejabat Uni Eropa menyatakan harapan bahwa perjanjian ini dapat dirampungkan dalam beberapa hari ke depan. Jika kesepakatan ini berhasil dicapai, maka bisa memberikan dorongan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah, serta mendukung permintaan energi dalam jangka menengah.

Zona Euro Tangguh, ECB Tahan Spekulasi Pelonggaran

Di tengah ketidakpastian global, zona euro menunjukkan ketahanan ekonomi yang relatif stabil. Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa kawasan ini masih mampu mempertahankan pertumbuhan di tengah tekanan eksternal, terutama dari konflik perdagangan global.

Namun, Bank Sentral Eropa (ECB) tampaknya mencoba meredam ekspektasi pasar bahwa mereka akan menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat. Langkah ini bisa dipahami sebagai sinyal bahwa ECB lebih berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan dan menghindari potensi inflasi yang berlebihan.

The Fed Di Bawah Tekanan, Suku Bunga Bisa Turun

Di sisi lain, tekanan terhadap bank sentral AS — Federal Reserve — terus meningkat. Presiden Donald Trump mengatakan bahwa ia telah mengadakan pertemuan yang baik dengan Ketua Fed Jerome Powell dan mendapatkan kesan bahwa pemangkasan suku bunga mungkin akan terjadi.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena membuat biaya pinjaman lebih murah bagi konsumen dan bisnis. Dalam konteks pasar energi, hal ini bisa mendukung peningkatan konsumsi bahan bakar dan energi lainnya, yang pada gilirannya mendukung harga minyak.

Namun, pasar masih menunggu kepastian lebih lanjut dari pertemuan The Fed yang dijadwalkan pekan depan. Jika bank sentral memang memberikan sinyal dovish atau menurunkan suku bunga, maka harga minyak bisa mendapatkan dukungan tambahan.

Tiongkok Tetap Jadi Faktor Risiko Utama

Tiongkok tetap menjadi elemen penting dalam dinamika harga minyak global. Perlambatan ekonomi Negeri Tirai Bambu, yang tercermin dari penurunan pendapatan fiskal dan aktivitas industri, bisa menjadi faktor penekan permintaan minyak yang signifikan. Sementara itu, ketidakpastian terkait kebijakan stimulus fiskal dan moneter dari pemerintah pusat membuat pasar tetap waspada.

Sebagai importir minyak terbesar dunia, setiap sinyal pelemahan ekonomi dari Tiongkok akan berpotensi langsung menekan ekspektasi permintaan global. Karena itu, perhatian investor akan tetap tertuju pada data ekonomi dari negara ini dalam beberapa pekan mendatang.

Kesimpulan: Pasar Minyak Hadapi Tekanan Ganda

Harga minyak saat ini berada di persimpangan antara tekanan ekonomi makro dan ekspektasi pemulihan lewat kebijakan dan kesepakatan dagang. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di AS dan Tiongkok, ditambah dengan potensi kelebihan pasokan, mendorong harga ke level terendah tiga minggu.

Namun, optimisme terhadap kesepakatan perdagangan antara AS dan Uni Eropa, serta kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed, memberikan sedikit harapan bahwa permintaan minyak bisa kembali pulih.

Dalam jangka pendek, harga minyak masih berpotensi volatile dan dipengaruhi oleh berita-berita seputar pertemuan politik dan kebijakan ekonomi global. Pelaku pasar disarankan untuk mencermati perkembangan pertemuan antara Trump dan von der Leyen, pernyataan The Fed, serta data ekonomi lanjutan dari Tiongkok untuk menentukan arah pasar minyak selanjutnya.