BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Waspada Ukraina–Venezuela

Bestprofit (4/12) – Harga minyak dunia kembali bergerak naik tipis pada perdagangan terbaru, mempertahankan posisinya di zona hijau meski pasar diwarnai ketidakpastian geopolitik. Kabar mengenai peluang gencatan senjata di Ukraina serta meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela menjadi dua faktor utama yang memengaruhi sentimen pelaku pasar.

Minyak WTI berada di dekat $59 per barel, sementara Brent bertahan sedikit di atas $62 per barel, masing-masing melanjutkan penguatan tipis yang sudah terjadi pada sesi sebelumnya.

Bestprofit | Minyak Melemah di Tengah Konflik

1. Minyak Bertahan di Zona Hijau di Tengah Sentimen Hati-Hati

Pergerakan harga minyak dalam beberapa sesi terakhir memperlihatkan pola hati-hati. Pada perdagangan Rabu, WTI sempat naik sekitar 0,5%, memperkuat posisinya di kisaran $59 per barel.

Harga Brent, acuan global yang lebih sensitif terhadap dinamika geopolitik internasional, juga ditutup sedikit lebih tinggi, yakni tepat di atas $62 per barel. Penguatan ini menunjukkan bahwa meskipun pasar dibayangi potensi kelebihan pasokan di tahun mendatang, sentimen risiko geopolitik tetap memberikan dukungan signifikan.

Pelaku pasar saat ini terus menimbang dua faktor utama: perkembangan diplomatik antara Rusia dan Ukraina, serta ancaman aksi militer AS terhadap Venezuela. Keduanya memiliki potensi besar memengaruhi stabilitas pasokan minyak global dalam beberapa bulan ke depan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Prospek Gencatan Senjata Ukraina Menjadi Fokus Pasar

Salah satu faktor terpenting yang memengaruhi pergerakan harga minyak adalah peluang kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pertemuan antara utusan AS dan Presiden Rusia Vladimir Putin berlangsung “cukup baik”. Namun, ia juga mengakui bahwa hasil akhir perundingan masih belum jelas.

Bagi pasar minyak, isu ini sangat krusial. Jika pembicaraan damai mengarah pada pelonggaran sanksi terhadap Rusia, maka pasokan minyak Rusia ke pasar global bisa kembali meningkat. Hal ini berpotensi menekan harga minyak, terutama jika masuk pada saat pasar sudah berada dalam kondisi kelebihan pasokan.

Di sisi lain, ketidakpastian perundingan membuat pelaku pasar memilih menahan posisi. Tidak adanya kepastian mengenai hasil diplomasi tersebut menciptakan ruang bagi volatilitas harga, terutama jika terjadi perkembangan mendadak.

3. Ketegangan AS–Venezuela Menambah Premi Risiko

Sementara potensi perdamaian di Ukraina menciptakan peluang pelemahan harga minyak, kondisi berbeda justru datang dari Amerika Selatan. Presiden Trump kembali menegaskan bahwa Amerika Serikat akan segera mengambil tindakan militer untuk menghancurkan kartel narkoba di Venezuela.

Laporan menunjukkan bahwa pasukan AS mulai terkonsentrasi di sekitar kawasan tersebut. Situasi ini segera meningkatkan “risk premium” dalam harga minyak, karena Venezuela adalah salah satu negara otonom penghasil minyak terbesar di dunia. Setiap gangguan pada keadaan internal negara tersebut dapat berimbas langsung pada ekspor minyak mereka.

Ancaman operasi militer AS menciptakan tekanan ke arah pengurangan pasokan—sebuah faktor bullish yang mendorong harga minyak tetap bertahan di zona hijau, sekaligus mengurangi kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi kelebihan pasokan global tahun depan.

4. Kekhawatiran Oversupply Tetap Menghantui Pasar

Meski harga minyak mendapat dukungan dari sisi geopolitik, pasar tetap dibayangi oleh prospek kelebihan pasokan. Proyeksi awal menunjukkan bahwa produksi global dapat mencapai level rekor pada tahun depan. Kombinasi peningkatan produksi AS, stabilnya produksi Timur Tengah, serta meningkatnya kapasitas cadangan sejumlah negara berpotensi membuat pasokan melimpah.

Kelebihan pasokan ini dapat menekan harga minyak dalam jangka menengah, terutama jika permintaan global tidak tumbuh sesuai proyeksi. Kelemahan permintaan dapat muncul dari beberapa faktor seperti perlambatan ekonomi, penurunan aktivitas industri, hingga perpindahan energi menuju alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Namun, untuk saat ini, kekhawatiran tersebut sedikit mereda berkat eskalasi ketegangan geopolitik yang membatasi ruang penurunan harga.

5. Data Persediaan Minyak AS Mengisyaratkan Peningkatan Pasokan

Dari sisi fundamental, laporan terbaru pemerintah AS menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah naik 574.000 barel dalam sepekan terakhir. Tidak hanya itu, stok bensin dan distilat juga meningkat, menunjukkan bahwa pasokan domestik sedang dalam fase akumulasi.

Kenaikan persediaan ini seharusnya memberikan tekanan pada harga minyak, karena meningkatnya cadangan mencerminkan melemahnya permintaan atau bertambahnya suplai. Namun, pasar tidak merespons secara signifikan karena dominasi faktor geopolitik yang lebih menentukan arah pergerakan harga.

Harga WTI kontrak Januari diperdagangkan stabil di $59,01 per barel pada pukul 07.33 pagi waktu Singapura. Sementara itu, kontrak Brent Februari mencatat kenaikan sekitar 0,4% ke $62,67 per barel pada perdagangan hari Rabu.

6. Sentimen Pasar: Antara Optimisme dan Kehati-Hatian

Konsensus pasar saat ini menunjukkan kondisi yang bercabang. Di satu sisi, pelaku pasar melihat sejumlah faktor bullish:

  • Ketegangan geopolitik yang bisa menghambat pasokan minyak

  • Prospek melemahnya dolar AS

  • Potensi percepatan ekonomi global jika ada resolusi konflik internasional

Di sisi lain, terdapat juga faktor bearish yang tak bisa diabaikan:

  • Potensi oversupply tahun depan

  • Kenaikan inventaris minyak AS

  • Kekhawatiran perlambatan permintaan akibat tantangan ekonomi global

Kedua sisi ini menciptakan pasar yang bergerak dalam rentang harga sempit namun tetap volatil.

7. Prospek Harga Minyak dalam Jangka Pendek dan Menengah

Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan akan terus dipengaruhi oleh berita-berita geopolitik. Potensi gencatan senjata di Ukraina, bila terjadi, dapat menekan harga minyak karena kemungkinan masuknya kembali pasokan Rusia ke pasar global.

Sebaliknya, eskalasi ketegangan di Venezuela dapat memberikan dorongan bullish signifikan, terutama jika operasi militer mengganggu produksi dan ekspor minyak negara tersebut.

Untuk jangka menengah, perhatian akan tertuju pada:

  • Perkembangan produksi minyak AS

  • Regulator energi OPEC+ dan kebijakan produksi mereka

  • Perkiraan permintaan global dari negara-negara besar seperti Tiongkok dan India

Jika oversupply terbukti terjadi pada 2025, harga minyak mungkin menghadapi tekanan kuat kecuali terdapat gangguan pasokan yang besar.

Kesimpulan

Harga minyak dunia saat ini bergerak naik tipis, mempertahankan posisinya di zona hijau di tengah dinamika geopolitik yang kompleks. Prospek gencatan senjata Ukraina memberikan harapan bagi stabilisasi pasokan global, namun di saat yang sama, ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela meningkatkan premi risiko yang menahan harga agar tidak jatuh.

Dengan kenaikan inventaris minyak AS dan kekhawatiran oversupply di tahun mendatang, pasar minyak berada pada titik keseimbangan yang rapuh. Dalam waktu dekat, berita geopolitik akan tetap menjadi penggerak utama pasar, sementara faktor fundamental akan semakin berperan seiring mendekatnya tahun baru.