BPF Malang

Bestprofit (22/10) – Emas telah menjadi salah satu aset yang paling diperhatikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan lonjakan harga yang dramatis. Pada hari Senin, harga emas spot mencapai rekor tertinggi di $2.740,37 per ons, sebelum akhirnya berhenti sejenak di level $2.723,25. Kenaikan ini terjadi di tengah imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi dan penguatan dolar, yang keduanya memberikan tekanan pada harga emas.

---

Kunjungi juga : demo bpf, demo bestprofit futures

---

Penyebab Lonjakan Harga Emas

Lonjakan harga emas yang signifikan dapat diatributkan pada beberapa faktor utama. Salah satu di antaranya adalah pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya untuk memegang emas—yang tidak memberikan imbal hasil—menjadi lebih menarik dibandingkan aset lainnya. Selain itu, ketidakpastian politik, baik di dalam negeri AS menjelang pemilihan presiden maupun konflik di Timur Tengah, telah membuat emas menjadi pilihan investasi yang aman.

Ketidakpastian Politik Menjelang Pemilihan Umum

Mendekati pemilihan presiden AS, ketidakpastian politik semakin meningkat. Mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris terlibat dalam persaingan ketat untuk memenangkan negara bagian yang kompetitif. Ketidakpastian ini membuat investor mencari perlindungan di aset yang lebih stabil, seperti emas. Seperti yang diungkapkan oleh Daniel Pavilonis, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures, situasi geopolitik di Timur Tengah juga berkontribusi pada ketidakpastian ini, dengan pergerakan yang terjadi di balik layar antara Israel dan Iran.

Imbal Hasil Treasury dan Dolar yang Menguat

Selain ketidakpastian politik, faktor lain yang memengaruhi harga emas adalah imbal hasil Treasury AS yang meningkat. Imbal hasil 10 tahun mencapai level tertinggi dalam 12 minggu, sementara indeks dolar juga menguat. Kenaikan ini membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga mempengaruhi permintaan global.

Proyeksi Harga Emas ke Depan

Meskipun saat ini harga emas mengalami penurunan setelah mencapai rekor tertinggi, banyak analis tetap optimis tentang prospek harga emas ke depan. Giovanni Staunovo, seorang analis dari UBS, memperkirakan bahwa harga emas akan mencapai $2.900 per ons dalam waktu 12 bulan mendatang, didorong oleh kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.

Peluang Pemangkasan Suku Bunga

Menurut pedagang, ada peluang 87% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar seperempat basis poin pada bulan November. Jika ini terjadi, hal ini dapat mendorong harga emas lebih tinggi lagi, karena akan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Perbandingan dengan Aset Lain

Sementara emas menjadi pusat perhatian, pergerakan harga perak dan logam berharga lainnya juga menarik untuk dicermati. Harga perak spot stabil di $33,66 per ons, setelah mencapai level tertinggi sejak akhir tahun 2012. Daniel Pavilonis berkomentar bahwa mungkin kita akan melihat perak mulai naik dan mengejar emas dalam waktu dekat.

Pergerakan Logam Berharga Lainnya

Platinum juga menunjukkan kinerja yang positif, naik 0,7% menjadi $1.006,48 per ons. Sebaliknya, paladium mengalami penurunan sebesar 2,7%, turun menjadi $1.050,91. Variasi harga ini menunjukkan dinamika yang berbeda dalam pasar logam berharga, di mana setiap logam memiliki faktor pendorongnya sendiri.

Kesimpulan

Dengan semua faktor yang mempengaruhi harga emas, termasuk ketidakpastian politik, imbal hasil Treasury yang lebih tinggi, dan penguatan dolar, pasar emas tetap dalam kondisi yang menarik. Meskipun mengalami penurunan setelah mencapai rekor tertinggi, proyeksi jangka panjang tetap optimis, dengan analis melihat potensi kenaikan lebih lanjut. Investor perlu terus memantau situasi geopolitik dan kebijakan moneter yang akan datang untuk mengambil keputusan investasi yang tepat. Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian, tetap menjadi pilihan utama bagi banyak investor di saat-saat yang tidak pasti ini.