BPF Malang

Image

Bestprofit | WTI Turun Setelah Henti Serangan Houthi di Laut Merah

Bestprofit (17/1) – Harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), mengalami sedikit penurunan pada hari Jumat, 17 Januari 2025, dan diperdagangkan sekitar $77,85 per barel. Penurunan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kesepakatan gencatan senjata yang terjadi di Gaza dan perkembangan terkait milisi Houthi di Laut Merah, serta dampak dari kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari Federal Reserve. Di sisi lain, permintaan minyak global diperkirakan akan meningkat, terutama didorong oleh aktivitas perjalanan di beberapa negara besar seperti India dan Tiongkok.

Dampak Gencatan Senjata dan Henti Serangan Houthi

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga minyak adalah situasi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya terkait dengan serangan Houthi di Laut Merah. Pada hari Kamis, pejabat keamanan maritim mengungkapkan bahwa mereka memperkirakan milisi Houthi akan segera menghentikan serangannya terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah. Hal ini terkait dengan tercapainya kesepakatan gencatan senjata dalam perang antara Israel dan kelompok militan Hamas di Gaza.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Menurut John Kilduff, mitra di Again Capital yang berbasis di New York, perkembangan terkait Houthi dan gencatan senjata di Gaza memberikan dampak positif terhadap stabilitas kawasan. “Perkembangan Houthi dan gencatan senjata di Gaza membantu kawasan itu tetap tenang, sehingga mengurangi sebagian premi keamanan dari harga minyak,” katanya. Harga minyak sering kali terpengaruh oleh ketegangan geopolitik, terutama di wilayah Timur Tengah, yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia. Ketika ada ancaman terhadap jalur pengiriman minyak atau ketidakstabilan di kawasan tersebut, harga minyak cenderung naik karena kekhawatiran pasokan terganggu. Oleh karena itu, berita tentang penghentian serangan Houthi ini memberikan sedikit ketenangan di pasar, yang menyebabkan penurunan premi risiko yang sebelumnya tercermin dalam harga minyak.

Kekuatan Dolar AS dan Kebijakan Moneter Federal Reserve

Faktor lain yang turut mempengaruhi harga minyak adalah perkembangan kebijakan moneter di AS, khususnya terkait dengan pendekatan hati-hati yang diambil oleh Federal Reserve (Fed). Pada hari Kamis, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa Penjualan Ritel AS meningkat pada bulan Desember, yang menunjukkan bahwa permintaan dalam perekonomian tetap kuat. Namun, meskipun ada indikasi ekonomi yang positif, Federal Reserve tampaknya akan tetap berhati-hati dalam memangkas suku bunga sepanjang tahun ini. Pendekatan Fed yang lebih konservatif ini kemungkinan akan memberikan dukungan bagi Greenback (dolar AS), karena pasar mengantisipasi bahwa Fed tidak akan mengubah kebijakan moneter secara signifikan dalam waktu dekat. Kekuatan dolar AS dapat berdampak negatif pada harga minyak karena mayoritas transaksi minyak internasional dilakukan dalam dolar. Ketika dolar menguat, harga minyak dalam dolar cenderung lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, yang dapat mengurangi permintaan dan menekan harga minyak. Oleh karena itu, ekspektasi pasar terhadap kebijakan Fed yang lebih hati-hati berpotensi menahan kenaikan harga minyak.

Proyeksi Konsumsi Minyak yang Meningkat

Di sisi lain, permintaan minyak diperkirakan akan mengalami kenaikan signifikan dalam waktu dekat. Analis memperkirakan konsumsi minyak global akan naik sebesar 1,4 juta barel per hari tahun ke tahun dalam beberapa minggu mendatang. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan aktivitas perjalanan di India, di mana sebuah festival besar sedang berlangsung, serta perjalanan untuk perayaan Tahun Baru Imlek di Tiongkok pada akhir Januari. India dan Tiongkok, dua negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, memiliki permintaan energi yang sangat besar. Selama musim perayaan, terutama di Tiongkok, terdapat lonjakan konsumsi energi karena peningkatan aktivitas transportasi dan perjalanan. Selain itu, India yang juga merupakan salah satu konsumen energi terbesar, mengalami peningkatan permintaan minyak seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang berlanjut. Peningkatan konsumsi ini dapat mendukung harga minyak meskipun ada faktor-faktor lain yang membebani pasar.

Pemulihan Ekonomi Tiongkok dan Pengaruhnya Terhadap Minyak

Tiongkok, sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, memiliki dampak besar terhadap harga minyak global. Oleh karena itu, pedagang minyak akan memantau dengan cermat rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok untuk kuartal keempat (Q4) 2024. Data ini, bersama dengan laporan Penjualan Ritel dan Produksi Industri, diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah pemulihan ekonomi negara tersebut. Jika ekonomi Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat, ini dapat memberikan dukungan bagi harga minyak karena Tiongkok akan meningkatkan permintaan energi, terutama untuk kebutuhan industri dan transportasi. Sektor industri di Tiongkok sangat bergantung pada pasokan energi, dan setiap tanda pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di negara tersebut dapat meningkatkan konsumsi minyak dan mendorong harga lebih tinggi. Tiongkok telah menunjukkan beberapa indikasi pemulihan, dengan sektor manufaktur yang terus berkembang dan permintaan energi yang stabil. Jika data PDB dan laporan lainnya menunjukkan momentum positif, maka harga minyak kemungkinan akan menerima dukungan tambahan dari sentimen positif ini.

Menghadapi Tantangan Pasar Minyak Global

Pasar minyak global saat ini sedang menghadapi sejumlah tantangan. Ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah, dapat mempengaruhi kestabilan pasokan minyak dan berpotensi menyebabkan lonjakan harga. Namun, dengan adanya kesepakatan gencatan senjata dan penurunan risiko serangan Houthi, ketidakpastian geopolitik mulai mereda. Di sisi lain, faktor ekonomi seperti kekuatan dolar AS dan kebijakan hati-hati dari Federal Reserve akan membatasi potensi kenaikan harga minyak dalam waktu dekat. Meskipun demikian, proyeksi peningkatan permintaan minyak dari negara-negara besar seperti India dan Tiongkok tetap menjadi faktor positif yang dapat mendukung harga.

Kesimpulan

Harga minyak WTI pada 17 Januari 2025 diperdagangkan di sekitar $77,85 per barel, dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Penurunan harga ini sebagian besar dipengaruhi oleh pengurangan premi risiko terkait ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah tercapainya gencatan senjata dan proyeksi penghentian serangan Houthi. Selain itu, kekuatan dolar AS dan kebijakan moneter Federal Reserve yang hati-hati juga memberikan tekanan pada harga minyak. Namun, proyeksi peningkatan konsumsi minyak yang didorong oleh aktivitas perjalanan di India dan Tiongkok memberikan potensi dukungan bagi harga minyak. Para pelaku pasar akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan data yang akan dirilis untuk menentukan arah harga minyak ke depannya.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!