BPF Malang

Image

Bestprofit | Data Tenaga Kerja Tekan Dolar AS

Bestprofit (5/5) – Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS (USD) terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, mengalami pelemahan pada hari Jumat, 2 Mei 2025. Ini terjadi setelah DXY sempat bergerak singkat di atas level psikologis 100,00. Meskipun laporan Nonfarm Payrolls (NFP) menunjukkan hasil yang lebih kuat dari ekspektasi, Dolar AS justru tertekan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk interpretasi pasar yang cenderung dovish terhadap laporan tersebut serta perkembangan berita perdagangan global, khususnya yang melibatkan Tiongkok.

NFP Kuat Tapi Tidak Cukup Mengubah Ekspektasi

Laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa Nonfarm Payrolls bertambah sebanyak 177.000 pada bulan April. Angka ini melampaui konsensus pasar yang berada di kisaran 130.000, tetapi lebih rendah dari revisi bulan Maret yang mencapai 185.000. Dengan kata lain, meskipun data ini di atas ekspektasi, pasar menilainya tidak cukup kuat untuk mengubah arah kebijakan moneter Federal Reserve.

Tingkat pengangguran tetap berada di 4,2%, menandakan stabilitas di pasar tenaga kerja. Namun, data Penghasilan Rata-rata Per Jam tetap pada angka 3,8% year-on-year, tidak mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Ini mencerminkan tekanan inflasi dari sisi upah yang tidak meningkat, sehingga mendukung pandangan bahwa The Fed mungkin tidak perlu mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lama.

Selain itu, revisi ke bawah untuk data Februari dan Maret memangkas total penambahan pekerjaan sebanyak 58.000. Revisi ini cukup signifikan untuk menipiskan sentimen positif dari laporan NFP April.

Bestprofit | Perdagangan AS-Tiongkok Stagnan, Dolar Stabil

Fokus Beralih ke Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Meskipun data NFP menunjukkan ketahanan di sektor tenaga kerja, ekspektasi pasar tetap pada potensi pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat. Federal Reserve masih diperkirakan akan memangkas suku bunga pada bulan Juni, dengan probabilitas pelonggaran lebih dari 100 basis poin hingga akhir tahun 2025.

Ekspektasi ini semakin diperkuat oleh laporan ketenagakerjaan ADP awal pekan ini, yang menunjukkan pertambahan hanya 62.000 pekerja di sektor swasta—angka terendah sejak Juli 2024. Angka ini menjadi indikasi awal pelemahan pasar tenaga kerja yang dapat menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

PDB Negatif Tambah Tekanan ke Dolar

Faktor lain yang melemahkan Dolar AS adalah laporan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama tahun 2025, yang menunjukkan kontraksi sebesar 0,3% dalam basis tahunan. Ini adalah kejutan negatif bagi pasar, mengingat ekspektasi sebelumnya adalah pertumbuhan yang stabil atau positif.

Kontraksi ini dipicu oleh lonjakan impor serta pelemahan permintaan domestik, yang mencerminkan perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis menjelang ketidakpastian perdagangan dan suku bunga tinggi. Data ini memperkuat pandangan bahwa ekonomi AS sedang menuju perlambatan, bahkan resesi teknikal, sehingga menekan Dolar AS lebih jauh.

Sentimen Pasar Dipengaruhi Perkembangan Geopolitik dan Perdagangan

Di luar data ekonomi, perkembangan geopolitik dan perdagangan global juga ikut menekan nilai Dolar AS. Tiongkok dilaporkan terbuka untuk negosiasi tarif dengan pemerintahan AS, yang menciptakan harapan di pasar akan meredanya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Optimisme ini menyebabkan pelaku pasar beralih dari aset safe haven seperti Dolar ke aset yang lebih berisiko.

Selain itu, Amerika Serikat menandatangani kesepakatan kecil mengenai mineral dengan Ukraina. Meskipun kesepakatan ini tidak memiliki dampak ekonomi besar dan tidak mencakup komitmen pertahanan, langkah ini menunjukkan adanya pendekatan diplomatik yang bisa mengubah sentimen risiko global.

Dolar AS dan Perspektif Jangka Pendek

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, tekanan terhadap Dolar AS tampaknya bersifat struktural untuk jangka pendek. DXY yang gagal bertahan di atas level 100,00 menandakan lemahnya kekuatan beli terhadap Greenback meskipun ada dukungan dari data ekonomi yang secara sekilas tampak positif.

Investor dan analis kini memperkirakan bahwa laporan ketenagakerjaan April bisa jadi merupakan “ledakan terakhir” dari kekuatan pasar tenaga kerja sebelum pelemahan mulai tampak pada bulan Juni dan seterusnya. Hal ini akan semakin memperkuat narasi bahwa The Fed akan bergerak untuk memangkas suku bunga, terlebih jika inflasi terus melandai dan pertumbuhan ekonomi tetap tertekan.

Reaksi Pasar Keuangan

Pasar keuangan merespons laporan ini dengan penguatan pada ekuitas dan pelemahan Dolar. Imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun, mencerminkan turunnya ekspektasi suku bunga jangka panjang. Emas dan aset komoditas lainnya juga menguat sebagai respons terhadap potensi pelemahan USD.

Pasar valuta asing mencatat penguatan terhadap Dolar di hampir semua mata uang mayor. Euro, Yen Jepang, dan Poundsterling semuanya mengalami apresiasi terhadap Dolar, memperlihatkan bahwa pelemahan DXY bersifat luas dan bukan hanya akibat dari pergerakan satu mata uang.

Kesimpulan: Antisipasi dan Hati-hati Menjelang Juni

Secara keseluruhan, pelemahan Dolar AS pada awal Mei 2025 merupakan hasil dari kombinasi antara data ekonomi yang tidak sepenuhnya meyakinkan, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, serta dinamika geopolitik dan perdagangan global. Meskipun NFP mengalahkan ekspektasi, pasar lebih fokus pada tren makro jangka menengah yang menunjukkan sinyal perlambatan.

Investor dan pelaku pasar perlu berhati-hati menjelang pengumuman kebijakan The Fed bulan Juni, yang dapat menjadi titik balik penting bagi arah pasar global. Ketidakpastian tetap tinggi, dan pengambilan keputusan berdasarkan hanya satu laporan data bisa berisiko. Oleh karena itu, konsistensi data dalam beberapa minggu ke depan akan menjadi penentu arah DXY dan pasar keuangan secara keseluruhan.