
Bestprofit | Dolar AS Menguat Usai Kesepakatan Inggris
Bestprofit (9/5) – Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama, diperdagangkan mendekati angka psikologis 100,00 pada hari Kamis. Penguatan ini didorong oleh sejumlah data ekonomi domestik yang positif, serta ekspektasi perbedaan imbal hasil yang semakin melebar antara Amerika Serikat dan negara-negara mitranya.
Meskipun pengumuman kesepakatan dagang “utama” antara AS dan Inggris sempat memicu sentimen positif, pasar dengan cepat mengoreksi antusiasme tersebut ketika diketahui bahwa tarif utama tetap diberlakukan. Bersamaan dengan itu, ketidakpastian mengenai negosiasi dagang AS-Tiongkok dan kebijakan moneter global turut mempengaruhi dinamika pasar valuta asing.
Bestprofit | Data Tenaga Kerja Tekan Dolar AS
Kinerja Indeks Dolar AS dan Faktor Pendukungnya
Pada perdagangan Kamis pagi, Indeks Dolar AS bergerak naik dan mendekati 100,00 — level yang selama ini dianggap sebagai ambang batas penting psikologis. Penguatan ini sebagian besar disokong oleh data ekonomi AS yang melampaui ekspektasi analis.
Klaim pengangguran mingguan di AS turun menjadi 228.000, jauh di bawah perkiraan sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat, yang pada gilirannya mendukung narasi bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tetap tinggi di kisaran 4,345%, mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dan memperkuat daya tarik dolar di mata investor global.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Kesepakatan Dagang AS-Inggris: Harapan yang Cepat Memudar
Salah satu katalis utama yang mendorong pergerakan pasar minggu ini adalah pengumuman Presiden Donald Trump tentang kesepakatan dagang “utama” dengan Inggris. Pada awalnya, pasar menyambut positif berita tersebut, dengan harapan bahwa kesepakatan ini akan menghapus hambatan tarif dan membuka jalan bagi perdagangan yang lebih bebas pasca-Brexit.
Namun, ketika rincian kesepakatan terungkap, terlihat bahwa tarif utama, termasuk bea sebesar 10% pada sejumlah barang, tetap diberlakukan. Kekecewaan ini dengan cepat menekan sentimen pasar dan menimbulkan keraguan tentang efektivitas strategi dagang Trump.
Sebagai hasilnya, walaupun DXY tetap stabil, reli yang dipicu oleh pengumuman tersebut bersifat terbatas, mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar.
Ketegangan Dagang AS-Tiongkok: Harapan yang Diredam
Sementara itu, perhatian pasar juga tertuju pada potensi kemajuan dalam hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Meskipun pembicaraan awal dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini di Swiss, baik Washington maupun Beijing mengecilkan kemungkinan tercapainya terobosan besar dalam waktu dekat.
Presiden Trump tidak menunjukkan indikasi akan melonggarkan bea masuk sebesar 145% yang saat ini dikenakan pada banyak barang Tiongkok. Sebaliknya, Tiongkok mengambil sikap menunda negosiasi sambil menyerukan agar tarif-tarif tersebut dicabut sebagai syarat awal kemajuan pembicaraan.
Ketidakpastian ini memperkuat permintaan terhadap dolar AS sebagai aset safe haven, walaupun dalam konteks yang lebih luas, pasar juga memperhatikan potensi dampaknya terhadap pertumbuhan global.
Perbedaan Suku Bunga: Dolar Mendapat Dukungan
Salah satu pendorong teknikal lain dari kekuatan dolar minggu ini adalah keputusan Bank of England (BoE) untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%. Langkah ini memperbesar perbedaan suku bunga antara Inggris dan AS, yang saat ini mempertahankan suku bunga di kisaran lebih tinggi.
Dalam lingkungan global di mana sebagian bank sentral cenderung melonggarkan kebijakan mereka untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi, kebijakan moneter AS yang relatif ketat membuat dolar tetap menjadi instrumen investasi yang menarik.
Perbedaan imbal hasil (yield differential) ini sangat penting dalam mendorong aliran modal global ke aset berbasis dolar, khususnya obligasi Treasury, yang saat ini menawarkan imbal hasil kompetitif.
Data Ekonomi AS: Fondasi Penguatan Dolar
Selain klaim pengangguran yang menurun, indikator ekonomi AS lainnya juga menunjukkan stabilitas yang mendukung posisi dolar. Pasar tenaga kerja yang solid memberi keyakinan bahwa konsumsi domestik tetap kuat, dan bahwa ekonomi AS mampu bertahan dari tekanan eksternal, termasuk dari ketidakpastian global.
Dengan latar belakang ini, investor mengurangi ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga oleh The Fed dalam jangka pendek. Sikap “wait and see” dari bank sentral AS, dikombinasikan dengan kekuatan ekonomi domestik, memperkuat daya tarik dolar sebagai mata uang cadangan global.
Antisipasi Komunikasi FOMC dan Lelang Obligasi
Pasar saat ini juga menantikan komunikasi dari Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan minggu depan. Pernyataan dari pejabat The Fed akan sangat diperhatikan untuk mencari petunjuk arah kebijakan suku bunga ke depan.
Di samping itu, Departemen Keuangan AS akan melelang obligasi senilai $39 miliar, yang menjadi ujian terhadap permintaan pasar terhadap utang pemerintah AS. Jika permintaan tetap kuat, itu akan mendukung dolar karena menunjukkan kepercayaan global terhadap stabilitas ekonomi dan fiskal AS.
Sentimen Risiko dan Pergerakan Pasar Saham
Sementara mata uang dan obligasi menjadi fokus utama minggu ini, pasar ekuitas juga mencatatkan kinerja positif. Dow Jones Industrial Average naik lebih dari 1,6% seiring dengan meningkatnya harapan bahwa ketegangan perdagangan bisa diredakan dalam jangka menengah.
Kenaikan di pasar saham ini mencerminkan sentimen risiko yang membaik, yang biasanya cenderung mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti dolar. Namun, karena penguatan dolar minggu ini didorong oleh faktor fundamental yang kuat, tren naiknya tetap bertahan meskipun risiko global sedikit mereda.
Prospek Jangka Pendek: Dolar Masih Diuntungkan
Dalam waktu dekat, Dolar AS diperkirakan tetap mendapatkan dukungan selama kombinasi dari perbedaan suku bunga, ketidakpastian geopolitik, dan kekuatan ekonomi domestik bertahan. Meskipun mungkin terjadi koreksi teknikal jangka pendek, fondasi penguatan DXY tampaknya masih kokoh.
Namun, pasar juga akan sangat sensitif terhadap perkembangan dalam pembicaraan dagang AS-Tiongkok, pernyataan FOMC, dan data inflasi yang akan datang. Jika data-data tersebut mendukung narasi bahwa The Fed akan tetap hawkish, maka dolar bisa berlanjut menguat menuju level psikologis di atas 100,00.
Kesimpulan:
Kekuatan dolar AS minggu ini bukan hanya soal satu berita tunggal, tetapi hasil dari campuran data ekonomi solid, kebijakan moneter yang relatif ketat, dan ketidakpastian global yang terus membayangi. Meskipun kesepakatan dagang AS-Inggris gagal memberikan dorongan besar, dan harapan terhadap kemajuan dengan Tiongkok masih rendah, daya tahan ekonomi AS memberi alasan kuat bagi investor global untuk tetap memegang dolar. Dalam konteks saat ini, DXY kemungkinan akan tetap menjadi barometer sentimen global dalam beberapa minggu ke depan.