BPF Malang

Image

Bestprofit | Dolar Melemah, Risiko Bangkit Usai Trump

Bestprofit (24/6) – Pada Selasa, 24 Juni, pasar keuangan global mengalami perubahan signifikan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Berita ini memberikan sentimen positif di pasar dan memicu reli risiko, menggerakkan beberapa mata uang, seperti dolar Australia (Aussie) dan dolar Selandia Baru (kiwi), untuk menguat. Sementara itu, dolar AS (greenback) mengalami penurunan setelah menguat minggu sebelumnya berkat permintaan terhadap aset safe haven. Artikel ini akan membahas bagaimana pengumuman gencatan senjata tersebut mempengaruhi pasar mata uang dan faktor-faktor lainnya yang memengaruhi pergerakan dolar dan mata uang lainnya.

Pengumuman Gencatan Senjata Israel-Iran: Dampaknya Terhadap Sentimen Risiko

Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk sebuah gencatan senjata yang lengkap dan total, dengan tujuan untuk mengakhiri konflik 12 hari antara kedua negara. Konflik ini sebelumnya mengancam untuk berkembang menjadi ketegangan militer yang lebih besar, namun kesepakatan gencatan senjata ini memberikan harapan bagi stabilitas geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Trump menyatakan bahwa gencatan senjata ini akan berlaku segera, dan hal tersebut mendapat konfirmasi dari pejabat Iran serta Qatar. Dalam laporan Channel 12 Israel, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga disebutkan telah sepakat untuk mendukung kesepakatan ini, dengan syarat Iran menghentikan serangannya.

Berita ini memicu reli risiko di pasar keuangan global. Investor yang sebelumnya khawatir tentang eskalasi ketegangan di Timur Tengah kini mulai merespons dengan optimisme, mengalihkan sebagian besar portofolio mereka dari aset safe haven ke aset yang lebih berisiko. Salah satu dampak langsung dari pengumuman tersebut adalah penguatan dolar Australia dan Selandia Baru, yang seringkali dianggap lebih sensitif terhadap risiko global.

Bestprofit | Dolar Naik, Ketegangan AS-Iran Berlanjut

Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank, menyatakan bahwa pengumuman ini jelas memberikan dampak positif terhadap sentimen risiko di pasar. “Ini jelas berita positif bagi sentimen risiko,” katanya. Meski demikian, Catril menambahkan bahwa investor masih perlu menunggu lebih banyak rincian mengenai gencatan senjata ini dan apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kesepakatan damai yang lebih permanen.

Menguatnya mata uang-mata uang berbasis komoditas ini mencerminkan peningkatan kepercayaan pasar terhadap stabilitas global, yang memungkinkan investor untuk kembali membeli mata uang yang lebih berisiko.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dolar AS Melemah: Faktor Penghambat Dolar

Sementara dolar Australia dan Selandia Baru menguat, dolar AS (greenback) justru mengalami penurunan setelah sebelumnya mendapat dukungan dari permintaan aset safe haven. Pada perdagangan Selasa pagi, dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama. Terhadap yen, misalnya, dolar turun 0,21% menjadi 145,79 yen. Begitu juga dengan euro yang menguat 0,21% menjadi $1,1602, dan sterling yang naik 0,18% menjadi $1,3551.

Penyebab utama pelemahan dolar AS adalah sentimen positif yang muncul setelah gencatan senjata, yang mengurangi ketegangan geopolitik dan mengurangi daya tarik dolar sebagai tempat berlindung. Ketegangan yang mereda di Timur Tengah menyebabkan investor merasa lebih nyaman untuk berinvestasi dalam aset yang lebih berisiko, mengalihkan modal mereka dari dolar AS ke mata uang lain yang lebih menguntungkan.

Pengaruh Kebijakan Federal Reserve terhadap Dolar

Selain faktor geopolitik, ada faktor lain yang turut memengaruhi pergerakan dolar AS, yakni kebijakan moneter dari Federal Reserve (Fed). Pada minggu ini, pasar juga dihadapkan pada komentar dovish dari beberapa pembuat kebijakan di Federal Reserve yang memperburuk prospek dolar AS. Michelle Bowman, seorang anggota Dewan Gubernur Fed, mengungkapkan bahwa bank sentral AS sebaiknya mempertimbangkan untuk segera memotong suku bunga dalam upaya mendukung perekonomian AS.

Komentar tersebut semakin memperburuk prospek dolar AS, yang sudah berada dalam tren pelemahan. Gubernur Fed Christopher Waller juga mengungkapkan bahwa dia terbuka untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga pada pertemuan berikutnya. Pasar pun mulai memperhitungkan kemungkinan pemotongan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, yang pada gilirannya memberikan dampak negatif terhadap nilai dolar.

Menurut Tony Sycamore, analis pasar di IG, “Tampaknya ada perpecahan yang meningkat di antara jajaran dewan Fed menjelang kesaksian Ketua Fed Powell.” Pasar kini memperkirakan sekitar 20% peluang Fed dapat menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan Juli, naik dari 14,5% yang tercatat sehari sebelumnya, menurut alat CME FedWatch.

Kesaksian Ketua Fed Jerome Powell dan Prospek Suku Bunga AS

Ketua Fed, Jerome Powell, dijadwalkan untuk memberikan kesaksian di depan Kongres AS pada Selasa dan Rabu. Fokus utama dari kesaksian ini adalah untuk memberikan gambaran lebih lanjut mengenai prospek suku bunga AS. Banyak investor yang berharap bahwa Powell akan memberikan petunjuk tentang kebijakan Fed ke depan, terutama terkait dengan kemungkinan penurunan suku bunga.

Jika Powell memberikan sinyal bahwa Fed akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, maka hal ini dapat memperburuk posisi dolar AS lebih lanjut. Suku bunga yang lebih rendah biasanya membuat dolar kurang menarik dibandingkan dengan mata uang lainnya, sehingga menurunkan permintaan terhadap dolar di pasar global.

Kesimpulan: Reaksi Pasar Terhadap Gencatan Senjata dan Prospek Ekonomi Global

Pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Iran memberikan sentimen positif di pasar global, yang tercermin dalam penguatan dolar Australia dan Selandia Baru serta pelemahan dolar AS. Meskipun berita ini meningkatkan sentimen risiko, faktor lain seperti kebijakan moneter dari Federal Reserve dan potensi penurunan suku bunga juga turut memengaruhi pergerakan dolar.

Peluang pemotongan suku bunga oleh Fed dan ketidakpastian yang mengelilingi kebijakan moneter AS menambah tekanan terhadap dolar. Sementara itu, pasar akan terus memperhatikan perkembangan lebih lanjut mengenai kesaksian Ketua Fed Jerome Powell untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS.

Dengan sentimen pasar yang bergantung pada faktor geopolitik dan ekonomi, dinamika pasar mata uang diperkirakan akan terus berubah, dan investor akan terus mengawasi setiap perkembangan baru yang dapat mempengaruhi keputusan mereka dalam berinvestasi.