
Bestprofit | Dolar Melemah Usai Data Suram
Bestprofit (24/4) – Indeks Dolar AS (DXY) kembali melemah pada Rabu (23 April 2025), gagal mempertahankan kenaikan intraday yang sempat mendekati level 100,00. Ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan AS, sikap ambigu Presiden Donald Trump, serta data ekonomi yang mengecewakan menjadi penyebab utama tekanan terhadap greenback. Dengan DXY kini berada di kisaran 99,50, pasar kembali diwarnai kegelisahan dan volatilitas.
Lonjakan DXY di Asia Tak Bertahan Lama
Pada sesi perdagangan Asia, Dolar AS sempat menguat tajam dan nyaris menyentuh level psikologis 100,00. Namun, lonjakan ini cepat menguap setelah serangkaian komentar dari pejabat tinggi AS mulai menyebar di pasar. Salah satunya datang dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyatakan bahwa tidak ada negosiasi tarif besar yang akan terjadi dalam waktu dekat dan semua pembicaraan akan tetap berada di bawah level kepala negara, yaitu Trump dan Xi Jinping.
Pernyataan tersebut langsung memudarkan optimisme pasar bahwa hubungan dagang AS-China akan segera membaik. Akibatnya, sentimen terhadap dolar AS berubah menjadi lebih hati-hati.
Bestprofit | Dolar AS Stagnan di Tengah Libur Pasar
Beige Book Fed Tunjukkan Aktivitas Ekonomi yang Lesu
Menambah tekanan pada Dolar, laporan Beige Book Federal Reserve yang dirilis hari yang sama menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi secara keseluruhan tetap datar, bahkan di beberapa distrik terlihat tanda-tanda perlambatan.
Beberapa poin utama dari laporan Beige Book meliputi:
-
Belanja konsumen menunjukkan hasil beragam, dengan sebagian besar distrik melaporkan pertumbuhan yang stagnan.
-
Pasar tenaga kerja mulai melemah, dengan banyak wilayah melaporkan stagnasi atau bahkan penurunan dalam tingkat ketenagakerjaan.
-
Pertumbuhan upah melambat, meskipun ketersediaan tenaga kerja sedikit membaik.
-
Biaya input meningkat, didorong oleh tarif, dan perusahaan banyak yang harus membebankan biaya tambahan kepada konsumen, menyempitkan margin keuntungan.
PMI Global Menunjukkan Pelemahan Momentum Ekonomi
Selain laporan dari Fed, data makroekonomi dari S&P Global juga mengonfirmasi melemahnya momentum ekonomi AS. PMI Gabungan flash untuk bulan April turun dari 53,5 menjadi 51,2, mencerminkan perlambatan dalam aktivitas bisnis secara keseluruhan.
-
PMI Manufaktur naik tipis ke 50,7, menunjukkan ekspansi ringan di sektor pabrik.
-
PMI Jasa turun signifikan dari 54,4 menjadi 51,4, menandakan penurunan permintaan di sektor jasa, yang merupakan kontributor utama bagi ekonomi AS.
Menurut Chris Williamson dari S&P Global, laporan ini mencerminkan “perlambatan nyata dalam momentum pertumbuhan,” sementara tekanan inflasi tetap tinggi, menciptakan dilema bagi Federal Reserve dalam menyeimbangkan kebijakan suku bunga.
Trump Kirim Pesan Campur Aduk Tentang Tarif
Dalam situasi ketidakpastian ini, pernyataan Presiden Donald Trump justru semakin memperkeruh keadaan. Awalnya, Trump memberi sinyal positif dengan mengatakan bahwa ia bersedia menurunkan tarif sebagai insentif jika pembicaraan dengan China dilanjutkan. Namun, kemudian ia menghindari memberikan kerangka waktu yang jelas, dan sikapnya kembali menjadi ambigu.
Menurut analis pasar, “kebisingan tarif” ini membuat investor bingung, karena pasar tidak mendapatkan kejelasan arah dari kebijakan perdagangan AS. Sentimen yang sebelumnya membaik karena sinyal rekonsiliasi, kini kembali memudar akibat kurangnya kejelasan strategi jangka panjang dari Gedung Putih.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Wall Street Bereaksi Negatif
Pasar saham AS, khususnya indeks S&P 500, sempat mencetak keuntungan intraday sebelum berbalik arah setelah pernyataan Scott Bessent. Ketika ekspektasi akan adanya kemajuan nyata dalam negosiasi tarif pupus, para investor langsung mengambil langkah hati-hati, menyebabkan pasar saham terkoreksi.
Di sisi lain, Indeks Dolar AS mencoba memangkas kerugian, namun tetap tertahan di sekitar 99,50, mencerminkan ketidakpastian investor terhadap prospek ekonomi dan kebijakan moneter ke depan.
Tarif dan Pemotongan Pajak: Kombinasi yang Tak Menentu
Analis dari Standard Chartered memperingatkan bahwa pendapatan dari tarif tidak akan cukup untuk mendanai pemotongan pajak yang sedang diusulkan pemerintahan Trump. Jika skema pemotongan pajak tetap dijalankan tanpa kompensasi yang memadai, maka defisit fiskal AS akan membengkak, yang pada gilirannya bisa mendorong kenaikan suku bunga jangka panjang, menekan dolar dalam jangka menengah.
Ketidakjelasan fiskal ini semakin memperburuk persepsi pasar terhadap keberlanjutan pertumbuhan ekonomi AS, serta efektivitas kebijakan pemerintah dalam menangani perlambatan global.
Ketidakpastian Kebijakan Picu Kewaspadaan Investor
Kombinasi dari data ekonomi yang melemah, ambiguitas kebijakan tarif, dan laporan Beige Book yang suram menyebabkan investor global mulai menata ulang strategi mereka. Banyak yang kini beralih ke aset yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah AS, emas, atau mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss.
Sementara itu, Dolar AS yang sebelumnya tampak kuat, kini kehilangan sebagian daya tariknya karena kebingungan pasar terhadap arah kebijakan yang akan diambil oleh Trump dan Federal Reserve.
Kesimpulan: Dolar dalam Persimpangan Kebijakan dan Ekonomi
Pelemahan Dolar AS pada Rabu ini mencerminkan masuknya ekonomi AS ke fase yang lebih tidak pasti, baik dari sisi data fundamental maupun arah kebijakan. Ketidakmampuan DXY untuk menembus dan bertahan di atas level 100 menunjukkan kurangnya keyakinan pasar terhadap stabilitas ekonomi dan politik AS saat ini.
Dengan data PMI yang mengecewakan, sikap campur aduk pemerintahan terkait tarif, serta sinyal pelemahan ekonomi dari Beige Book Fed, pasar kemungkinan akan tetap volatile dalam beberapa pekan ke depan. Dolar bisa kembali menguat jika Fed memberikan kejelasan arah kebijakan moneter atau jika hubungan dagang AS-China benar-benar menunjukkan perbaikan konkret.
Namun, untuk saat ini, level 99,50 tampaknya akan menjadi titik keseimbangan sementara bagi greenback, sambil menunggu perkembangan selanjutnya dari Gedung Putih dan data ekonomi tambahan yang lebih meyakinkan.