
Bestprofit | Dolar Menguat di Tengah Rumor Dagang
Bestprofit (28/4) – Dolar Amerika Serikat (USD) mencatat penguatan tipis pada Jumat, 25 April 2025, meskipun pasar global dibayangi oleh ketidakpastian terkait arah negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Isyarat yang saling bertentangan dari kedua negara adidaya ini memicu volatilitas di pasar keuangan, namun tidak cukup kuat untuk menggoyahkan dominasi Dolar, yang ditopang oleh sentimen risk-off dan prospek kebijakan moneter AS.
Bestprofit | Tarif dan Resesi Tekan Dolar AS
Indeks Dolar Menguat di Tengah Ketidakpastian
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama, naik sekitar 0,37% dan mendekati level 99,65 pada saat penulisan. Peningkatan ini mencerminkan ketahanan Dolar di tengah informasi yang membingungkan dari dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Investor tampak berhati-hati dalam menghadapi dua narasi yang berbeda: di satu sisi, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pembicaraan dengan Tiongkok terkait tarif sedang berlangsung. Di sisi lain, otoritas Beijing justru secara terbuka membantah adanya negosiasi aktif. Kontradiksi ini menciptakan ruang bagi spekulasi pasar dan mendorong investor untuk berlindung pada aset yang lebih aman, termasuk Dolar AS.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Sinyal Campuran dari AS dan Tiongkok Membingungkan Pasar
Pernyataan Trump tentang kemungkinan negosiasi tarif memberikan harapan sementara akan meredanya perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia. Ia menyebutkan bahwa diskusi sedang berlangsung dan menyoroti peluang adanya de-eskalasi dalam waktu dekat. Namun, hanya dalam hitungan jam, pernyataan tersebut dibantah secara tegas oleh pejabat Tiongkok, yang menyatakan tidak ada pembicaraan aktif mengenai penghapusan atau pelonggaran tarif.
Konflik antara pesan ini menunjukkan kompleksitas hubungan bilateral AS-Tiongkok, yang telah menjadi faktor utama ketidakpastian global selama beberapa tahun terakhir. Reaksi pasar mencerminkan kebingungan investor—antara menyambut positif peluang perundingan atau bersiap menghadapi perpanjangan tensi dagang.
Tiongkok Pertimbangkan Penghapusan Tarif Terbatas
Terlepas dari bantahan formal terkait negosiasi, laporan menyebut bahwa Tiongkok sedang mempertimbangkan penangguhan tarif atas beberapa barang impor dari AS, termasuk peralatan medis. Langkah ini dipandang sebagai sinyal niat baik, terutama dalam konteks kebutuhan domestik Tiongkok akan pasokan medis berkualitas tinggi dari luar negeri.
Namun demikian, otoritas Tiongkok tetap menolak untuk mengonfirmasi adanya komunikasi resmi dengan Washington. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendekatan Beijing masih sangat berhati-hati, mungkin menunggu sinyal yang lebih kuat dari AS atau kondisi domestik yang lebih kondusif untuk negosiasi.
Dolar Diuntungkan dari Ketidakpastian Global
Dalam lanskap yang dibayangi oleh ketidakpastian geopolitik, Dolar AS kembali mengambil peran sebagai mata uang safe haven. Aset-aset berisiko seperti saham dan komoditas sempat menunjukkan volatilitas, sementara investor mengalihkan fokus mereka ke aset yang dianggap lebih stabil. Hal ini menjelaskan mengapa Greenback tetap menguat meskipun tidak ada perkembangan besar dalam negosiasi dagang.
Penguatan ini juga tidak lepas dari persepsi pasar bahwa AS masih berada dalam posisi ekonomi yang relatif kuat dibandingkan banyak negara maju lainnya, terutama dengan laju inflasi yang cenderung stabil dan data ketenagakerjaan yang masih solid.
Fokus Pasar Beralih ke FOMC 7 Mei
Meskipun minggu ini tergolong ringan dari sisi data ekonomi, perhatian pasar kini tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada 7 Mei mendatang. Investor berharap mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga AS, yang menjadi salah satu penentu utama arah pergerakan Dolar.
Dalam pernyataan terbarunya, Presiden Federal Reserve Cleveland, Beth Hammack, menyatakan bahwa penurunan suku bunga pada bulan Juni masih menjadi opsi terbuka. Namun, keputusan tersebut akan sangat tergantung pada data ekonomi yang masuk selama beberapa pekan ke depan, termasuk laporan inflasi dan pertumbuhan upah.
Komentar tersebut membuka ruang bagi spekulasi pelonggaran moneter, meskipun pasar belum sepenuhnya yakin bahwa penurunan suku bunga akan segera terjadi. Ketidakpastian inilah yang membuat pertemuan FOMC bulan depan menjadi sangat krusial bagi pergerakan Dolar dan pasar keuangan secara keseluruhan.
Outlook Dolar: Bertahan atau Terkoreksi?
Meskipun Dolar menguat dalam jangka pendek, banyak analis memperingatkan potensi koreksi apabila arah kebijakan The Fed bergeser menuju pelonggaran yang lebih agresif. Dalam skenario di mana suku bunga mulai diturunkan pada paruh kedua 2025, maka daya tarik Dolar sebagai aset berimbal hasil tinggi bisa mulai berkurang, terutama jika dibandingkan dengan mata uang lain yang berada dalam fase pengetatan.
Namun, selama ketidakpastian global masih tinggi dan konflik dagang belum menemukan solusi permanen, Dolar kemungkinan akan tetap diminati sebagai aset aman. Keseimbangan antara ekspektasi suku bunga dan risiko geopolitik akan menjadi faktor penentu utama dalam menjaga arah pergerakan mata uang ini.
Kesimpulan: Dolar Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian
Hari Jumat menjadi hari yang penuh dinamika bagi pasar valuta asing, dengan Dolar AS menunjukkan ketahanan di tengah kabar simpang siur dari AS dan Tiongkok terkait negosiasi tarif. Meskipun tidak ada kejelasan mengenai langkah konkret dari kedua pihak, pasar memilih untuk bersikap defensif dengan memperkuat posisi di aset safe haven seperti Dolar.
Fokus kini beralih ke pertemuan FOMC yang akan datang, yang dapat menjadi titik balik dalam ekspektasi kebijakan moneter AS. Jika The Fed mengisyaratkan pelonggaran, maka penguatan Dolar bisa tertahan. Namun, untuk saat ini, Greenback tetap memimpin di antara mata uang utama dunia.