BPF Malang

Image

Bestprofit | Tarif dan Resesi Tekan Dolar AS

Bestprofit (25/4) – Dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada Kamis (24/4) seiring dengan mencuatnya ketidakpastian dari data ekonomi yang beragam, sinyal dovish dari Federal Reserve, dan pesan yang tidak jelas terkait tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Indeks Dolar AS (DXY), yang sempat menyentuh level mendekati 100,00 di awal sesi, berbalik arah dan melemah hingga ke 99,41, mencatat penurunan harian sebesar 0,37%.

Situasi ini mencerminkan sentimen pasar yang sedang gelisah, di tengah kondisi makro yang terus berubah dan minimnya kejelasan arah kebijakan fiskal serta moneter di Negeri Paman Sam.

Ketidakjelasan Tarif AS-Tiongkok Guncang Pasar

Pelemahan dolar sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump bersama Menteri Keuangan Scott Bessent menolak klaim bahwa AS sedang mempertimbangkan pemotongan tarif sepihak atas barang-barang asal Tiongkok. Meski Trump menyiratkan kemungkinan adanya kelonggaran tarif jika pembicaraan dagang kembali digelar, pihak Tiongkok menegaskan belum ada negosiasi yang sedang berlangsung.

Tiongkok bahkan secara tegas meminta penghapusan penuh atas tarif timbal balik sebelum diskusi dilanjutkan. Pernyataan ini memicu kekhawatiran bahwa ketegangan dagang bisa kembali memanas, membebani sentimen risiko global dan mendorong investor menjauhi aset berisiko.

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa konflik dagang belum berakhir. Justru, ketidakpastian arah kebijakan dagang semakin menebal, mempengaruhi arus modal dan memicu volatilitas di pasar mata uang.

Bestprofit | Dolar Melemah Usai Data Suram

Sinyal Dovish dari Federal Reserve Tambah Tekanan

Selain faktor eksternal, arah kebijakan moneter AS juga turut membebani pergerakan dolar. Beberapa pejabat Federal Reserve menyampaikan pandangan yang condong ke arah dovish. Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, menyatakan bahwa bank sentral harus berhati-hati dalam menilai kebijakan suku bunga, tetapi membuka kemungkinan penyesuaian suku bunga paling cepat pada bulan Juni.

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa Fed tengah mempertimbangkan pelonggaran moneter sebagai respons terhadap sinyal perlambatan ekonomi. Di sisi lain, Gubernur Christopher Waller memperingatkan bahwa ketidakpastian tarif telah membuat banyak perusahaan “lumpuh” dalam mengambil keputusan investasi, yang menunjukkan adanya dampak luas terhadap perekonomian nasional.

Peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat mengikis daya tarik dolar, karena imbal hasil (yield) yang lebih rendah membuat aset dalam mata uang USD menjadi kurang menarik dibandingkan alternatif lainnya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS: Pesan Campuran dari Indikator Penting

Sejumlah data ekonomi penting yang dirilis pada hari yang sama memberikan sinyal yang beragam dan mempersulit pembacaan arah ekonomi AS. Di satu sisi, pesanan barang tahan lama (Durable Goods Orders) melonjak 9,2% secara mengejutkan, dipicu oleh lonjakan tajam dalam pesanan pesawat. Namun, ketika pesanan inti—yang tidak termasuk sektor transportasi—tetap datar, itu menunjukkan bahwa permintaan konsumen dan dunia usaha di luar sektor aviasi masih stagnan.

Sementara itu, data tenaga kerja juga memberikan sinyal yang membingungkan. Klaim awal pengangguran naik menjadi 222 ribu, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi. Namun, klaim berkelanjutan justru turun ke level 1,841 juta, mengisyaratkan bahwa pasar tenaga kerja belum benar-benar melemah.

Ketidakkonsistenan dalam data-data ini memperumit gambaran ekonomi makro, memperkuat pandangan bahwa ekonomi AS berada di persimpangan jalan antara pemulihan dan potensi resesi.

Reaksi Pasar: Dolar Melemah, Saham dan Emas Cerminkan Ketidakpastian

Pelemahan dolar mencerminkan bagaimana pelaku pasar mulai mengkalibrasi ulang ekspektasi terhadap arah kebijakan ekonomi AS. Setelah sempat reli karena optimisme terkait pembicaraan dagang dan data ekonomi, saham AS memangkas keuntungannya karena investor kembali fokus pada risiko makro.

Sementara itu, emas tetap diperdagangkan di atas level $3.300 per ons, mempertahankan kenaikan dalam sesi sebelumnya. Harga emas mendapat dukungan dari pelemahan imbal hasil obligasi AS dan ekspektasi penurunan suku bunga. Sebagai aset safe haven, emas sering kali menjadi pilihan utama saat ketidakpastian meningkat, baik karena risiko geopolitik, ekonomi, maupun pasar keuangan.

Prospek Kebijakan The Fed: Fokus ke Juni

Pernyataan dari para pejabat Federal Reserve menyoroti betapa pentingnya pertemuan FOMC mendatang. Jika data ekonomi terus menunjukkan pelemahan dan konflik dagang kembali mengganggu sentimen bisnis, kemungkinan besar The Fed akan mengambil langkah pelonggaran kebijakan.

Beberapa analis pasar memperkirakan bahwa suku bunga bisa dipangkas pada pertemuan bulan Juni jika tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat. Prospek ini membuat investor menyesuaikan kembali posisi mereka, mengurangi eksposur terhadap dolar AS dan beralih ke aset yang lebih sensitif terhadap pelonggaran kebijakan seperti emas dan obligasi.

Implikasi Global: Ketidakpastian AS Menjadi Masalah Dunia

Kebijakan ekonomi dan perdagangan AS tidak hanya berdampak secara domestik, tetapi juga menimbulkan riak di seluruh dunia. Ketegangan dengan Tiongkok, arah suku bunga Fed, dan kekuatan dolar adalah variabel penting yang menentukan arus modal global, harga komoditas, dan nilai tukar di berbagai negara berkembang.

Negara-negara dengan ketergantungan tinggi pada ekspor ke AS atau eksposur tinggi terhadap utang dolar sangat rentan terhadap volatilitas ini. Oleh karena itu, ketidakpastian yang berkepanjangan dapat menyebabkan perlambatan ekonomi global yang lebih luas, terutama jika kebijakan fiskal dan moneter AS terus berfluktuasi.

Kesimpulan: Dolar Tertekan oleh Ketidakpastian Multi-Arah

Melemahnya dolar AS pada Kamis adalah cerminan dari kompleksitas situasi ekonomi dan geopolitik saat ini. Ketidakjelasan arah kebijakan tarif AS-Tiongkok, sinyal dovish dari The Fed, dan data ekonomi yang tidak konsisten membuat pasar terombang-ambing antara optimisme dan kehati-hatian.

Investor kini menanti kejelasan lebih lanjut—baik dari Washington maupun dari The Fed—sebelum mengambil langkah besar. Dalam waktu dekat, arah dolar kemungkinan akan tetap sensitif terhadap rilis data ekonomi dan komentar pejabat tinggi pemerintah serta bank sentral.

Satu hal yang pasti, volatilitas belum akan mereda. Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, aset safe haven seperti emas dan obligasi akan tetap menjadi sorotan utama bagi investor yang menghindari risiko.