
Bestprofit | Emas Loyo, Dolar Perkasa
Bestprofit (28/4) – Harga emas mengalami penurunan signifikan pada hari Jumat, 25 April 2025, sebesar hampir 2%, menandai koreksi mingguan seiring dengan menguatnya dolar AS dan sinyal positif dari hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Penurunan ini cukup mencolok, mengingat emas sempat mencetak rekor tertinggi beberapa minggu sebelumnya di tengah ketidakpastian geopolitik global.
Dolar AS Menguat, Menekan Harga Emas
Salah satu faktor utama di balik penurunan harga emas pekan ini adalah penguatan dolar AS. Mata uang dolar menguat dan mencatatkan kenaikan mingguan pertamanya sejak Maret. Dolar yang lebih kuat membuat emas—yang dihargai dalam mata uang tersebut—menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menurunkan permintaan.
Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan terhadap harga emas spot, yang turun 1,7% menjadi $3.292,99 per ons pada pukul 01.39 EDT (17.39 GMT), setelah sempat anjlok hingga 2% di awal sesi perdagangan. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup 1,5% lebih rendah pada $3.298,40 per ons. Secara mingguan, harga emas tercatat turun sebesar 1,2%.
Bestprofit | Harga Emas Naik, Fokus ke Perdagangan
Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok
Faktor penting lain yang berkontribusi terhadap penurunan harga emas adalah perkembangan positif dalam hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Beijing dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membebaskan beberapa barang impor dari AS dari tarif 125% yang sebelumnya diberlakukan. Pemerintah Tiongkok bahkan meminta pelaku bisnis untuk mengidentifikasi produk mana yang bisa mendapatkan pengecualian tarif.
Sinyal de-eskalasi dari Presiden AS Donald Trump awal pekan ini juga memperkuat sentimen positif. Trump menyatakan bahwa pembicaraan langsung antara kedua negara telah berlangsung, yang memberikan harapan bahwa perang dagang yang telah memanas selama beberapa tahun terakhir mungkin akan segera berakhir.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Daniel Ghali, seorang ahli strategi komoditas di TD Securities, mengatakan bahwa berita terkait tarif ini memiliki dampak langsung terhadap harga emas. “Penurunan tarif yang tampak jelas berdampak negatif pada harga emas,” ujarnya. Namun, ia juga mencatat bahwa belum terjadi likuidasi besar-besaran dari investor, menunjukkan masih adanya optimisme terhadap prospek jangka panjang logam mulia tersebut.
Emas: Aset Aman di Tengah Ketidakpastian
Meskipun harga emas mengalami tekanan dalam jangka pendek, posisinya sebagai aset lindung nilai (safe haven) masih kuat. Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak lebih dari 25%, didorong oleh kekhawatiran seputar perlambatan ekonomi global, inflasi, dan ketegangan geopolitik—terutama antara AS dan Tiongkok.
Rekor tertinggi emas tercatat pada level $3.500,05 per ons, mencerminkan besarnya permintaan dari investor dan bank sentral yang mencari keamanan di tengah ketidakpastian. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menegaskan bahwa kekhawatiran terhadap perang dagang adalah alasan utama di balik lonjakan harga emas sebelumnya. “Namun, mungkin masih butuh waktu sebelum kita melihat kemajuan yang sebenarnya, dan kekhawatiran tersebut belum sepenuhnya hilang,” katanya.
Pergerakan Logam Mulia Lainnya
Tak hanya emas, beberapa logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan harga yang menarik. Perak spot turun sebesar 1,6% menjadi $33,03 per ons, meskipun secara mingguan logam ini tetap mencatatkan kenaikan untuk minggu ketiga berturut-turut—sebuah indikator kuat bahwa minat investor terhadap logam mulia tidak sepenuhnya memudar.
Sementara itu, platinum turun 0,5% menjadi $965,53 per ons, dan paladium mengalami penurunan yang lebih tajam sebesar 1,8% menjadi $936,89 per ons. Meskipun tidak setenar emas, pergerakan harga logam-logam ini mencerminkan dinamika pasar yang serupa, terutama dalam kaitannya dengan permintaan industri dan pergeseran sentimen investor.
Proyeksi Jangka Menengah dan Panjang: Masih Potensial?
Meski mengalami tekanan dalam jangka pendek, banyak analis masih melihat prospek yang kuat untuk harga emas dalam jangka menengah dan panjang. Inflasi global yang masih tinggi, ketidakpastian geopolitik yang belum sepenuhnya mereda, dan potensi perlambatan ekonomi AS serta Eropa menjadi faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga emas ke depan.
Selain itu, bank sentral di berbagai negara, terutama di Asia dan Timur Tengah, terus meningkatkan cadangan emas mereka. Langkah ini memperkuat permintaan jangka panjang dan bisa memberikan penyangga terhadap fluktuasi harga yang disebabkan oleh faktor jangka pendek seperti penguatan dolar atau kebijakan perdagangan.
Kesimpulan: Penurunan Sementara atau Awal Koreksi Besar?
Penurunan harga emas pada 25 April 2025 merupakan respons pasar terhadap sejumlah sentimen positif—penguatan dolar dan meredanya tensi dagang AS-Tiongkok. Namun, secara fundamental, daya tarik emas sebagai aset aman tetap kuat, terutama di tengah risiko global yang belum sepenuhnya terselesaikan.
Meski ada kemungkinan bahwa harga emas bisa mengalami konsolidasi atau koreksi lebih lanjut dalam waktu dekat, banyak analis tetap yakin bahwa tren jangka panjangnya masih positif. Bagi investor, kondisi ini bisa menjadi peluang untuk membeli saat harga rendah sebelum harga kembali naik di masa depan.