BPF Malang

Image

Bestprofit | Emas Melemah, Data AS Ditunggu

Bestprofit (30/4) – Emas, yang selama ini menjadi andalan investor sebagai aset safe haven, mengalami tekanan pada hari Selasa, 29 April 2025. Harga emas spot turun hampir 1% seiring meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perkembangan ini mengubah dinamika pasar dan menggeser fokus investor ke data ekonomi utama yang akan dirilis dalam minggu ini. Lantas, bagaimana tren ini akan memengaruhi harga emas dalam jangka pendek hingga akhir tahun?

Meredanya Ketegangan AS-Tiongkok Menekan Permintaan Safe Haven

Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia, AS dan Tiongkok, yang sempat memicu lonjakan harga emas beberapa waktu lalu, kini mulai mereda. Hal ini membuat investor mulai keluar dari aset-aset safe haven seperti emas. Harga emas spot tercatat turun 0,8% menjadi $3.315,84 per ons pada pukul 14.22 ET (18.22 GMT), sementara emas berjangka AS ditutup 0,4% lebih rendah di $3.333,6 per ons.

David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, menyatakan bahwa pasar saat ini optimistis terhadap de-eskalasi perang dagang. Pemerintahan Presiden Donald Trump menunjukkan sinyal positif dengan rencana pengurangan tarif otomotif dan penyesuaian pajak terhadap suku cadang impor yang digunakan di mobil buatan AS.

Bestprofit | Emas Tertekan Redanya Ketegangan Dagang

Reaksi Pasar terhadap Langkah Politik dan Ekonomi

Langkah AS untuk mengurangi beban tarif impor, serta upaya Tiongkok dalam membebaskan sejumlah barang dari tarif balasan, memberikan angin segar bagi pasar global. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa beberapa mitra dagang utama telah memberikan proposal “sangat bagus” untuk menghindari konflik dagang lebih lanjut.

Tindakan ini dianggap sebagai upaya meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi konflik perdagangan yang sebelumnya mendorong harga emas ke level tertinggi sepanjang masa di $3.500,05 per ons. Saat ketidakpastian global berkurang, investor cenderung melepas aset safe haven dan kembali ke aset berisiko seperti saham atau obligasi yang lebih tinggi imbal hasilnya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Investor Beralih Fokus ke Data Ekonomi Penting

Meski tensi geopolitik mereda, fokus utama investor kini beralih ke data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini. Dua indikator penting adalah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada hari Rabu dan laporan penggajian nonpertanian (NFP) pada hari Jumat.

Data ini sangat krusial dalam memberikan gambaran tentang inflasi dan kondisi ketenagakerjaan di AS, dua faktor utama yang dipertimbangkan Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Jika data inflasi atau pekerjaan menunjukkan penguatan, pasar bisa mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut yang akan meningkatkan imbal hasil obligasi, dan pada akhirnya memberikan tekanan lebih pada emas.

Level-Level Penting Harga Emas: Apa yang Diharapkan Pasar?

Menurut Michael Matousek, kepala pedagang di U.S. Global Investors, pasar kemungkinan akan mengalami fluktuasi di sekitar level kunci $3.500 per ons dalam jangka pendek. Di level ini, investor biasanya mulai mengambil keuntungan dari lonjakan harga yang sebelumnya terjadi.

Namun, meskipun saat ini emas terkoreksi, prospek jangka menengah hingga akhir tahun masih menunjukkan potensi kenaikan. Matousek memperkirakan bahwa pada akhir kuartal, emas dapat kembali naik ke level $3.590 per ons, dan bisa mencapai $3.800 per ons pada akhir tahun, terutama jika terjadi perlambatan ekonomi global atau inflasi yang tak kunjung reda.

Dampak Terhadap Logam Mulia Lainnya

Tidak hanya emas yang terkena dampak dari sentimen pasar yang berubah. Harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan:

  • Perak spot turun 0,4% menjadi $33,02 per ons.

  • Platinum turun sekitar 1% menjadi $976,50 per ons.

  • Palladium turun 1,3% menjadi $936,41 per ons.

Penurunan ini mencerminkan pergeseran sementara minat investor dari logam mulia, yang biasanya diandalkan sebagai aset lindung nilai, menuju aset dengan risiko dan potensi imbal hasil yang lebih tinggi, seperti saham atau mata uang dengan yield tinggi.

Apakah Penurunan Harga Emas Akan Berlanjut?

Banyak analis percaya bahwa penurunan saat ini merupakan bagian dari koreksi teknikal yang wajar setelah reli besar dalam beberapa bulan terakhir. Sentimen pasar tetap rentan terhadap perubahan kondisi geopolitik dan ekonomi. Jika terjadi kembali eskalasi ketegangan dagang atau rilis data ekonomi yang mengecewakan, emas bisa kembali menjadi incaran utama.

Selain itu, ketidakpastian seputar arah kebijakan Federal Reserve — apakah akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama atau mulai melonggarkan kebijakan pada paruh kedua 2025 — menjadi faktor utama yang akan menentukan arah harga emas selanjutnya.

Strategi Investor: Bertahan atau Keluar?

Dalam kondisi seperti saat ini, investor disarankan untuk lebih berhati-hati dan mendiversifikasi portofolio. Emas tetap menjadi aset strategis untuk melindungi nilai, terutama dalam jangka panjang, namun pergerakan jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh data ekonomi dan kebijakan bank sentral.

Bagi investor konservatif, pelemahan harga emas bisa menjadi kesempatan untuk masuk kembali ke pasar dengan harga yang lebih rendah. Sementara bagi trader jangka pendek, penting untuk memperhatikan level teknikal seperti resistance di $3.500 dan support di sekitar $3.300 per ons.

Kesimpulan: Emas Masih Menarik, Tapi Waspadai Volatilitas

Penurunan harga emas hampir 1% pada hari Selasa mencerminkan pergeseran sentimen pasar yang lebih condong ke arah risiko seiring meredanya ketegangan dagang AS-Tiongkok. Meski demikian, ketidakpastian global belum sepenuhnya hilang, dan data ekonomi AS dalam beberapa hari ke depan akan menjadi penentu utama arah harga emas selanjutnya.

Investor disarankan untuk tetap waspada dan menyesuaikan strategi berdasarkan perkembangan ekonomi dan geopolitik terbaru. Dalam jangka panjang, emas masih memiliki potensi sebagai alat lindung nilai, terutama jika inflasi tetap tinggi atau ketidakpastian kembali meningkat.