BPF Malang

Image

Bestprofit | Emas Naik Usai Peringatan Fed

Bestprofit (8/5) – Harga emas mencatat kenaikan pada awal perdagangan Asia setelah peringatan dari Federal Reserve (The Fed) mengenai ketidakpastian ekonomi akibat tarif perdagangan. Logam mulia ini memang dikenal sebagai aset safe haven yang cenderung meningkat nilainya selama periode gejolak ekonomi dan politik. Namun, para analis memperkirakan bahwa potensi kenaikan harga emas bisa terbatas, tergantung pada hasil pertemuan penting antara pejabat Amerika Serikat dan Tiongkok.

The Fed Peringatkan Risiko Ekonomi Akibat Tarif Perdagangan

Federal Reserve menyampaikan kekhawatirannya terkait dampak dari tarif perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian yang konkret. Menurut The Fed, penerapan tarif impor secara berkelanjutan bisa menekan aktivitas bisnis dan belanja konsumen, dua pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi AS.

Peringatan ini memicu lonjakan permintaan terhadap aset-aset yang dianggap aman, termasuk emas. Dalam perdagangan awal Asia, harga emas spot naik sebesar 0,2% menjadi $3.373,34 per ounce, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi global yang semakin tidak pasti.

Bestprofit | Emas Melemah Usai Reli

Emas: Safe Haven di Tengah Ketidakpastian

Emas selama ini dikenal sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Ketika pasar saham bergejolak dan nilai mata uang melemah, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke logam mulia yang relatif stabil. Dalam konteks saat ini, konflik dagang dan sinyal pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral besar dunia menambah daya tarik emas di mata investor global.

Selain itu, dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dan prospek pelonggaran moneter lebih lanjut, biaya peluang untuk menyimpan emas menjadi lebih rendah. Hal ini mendorong peningkatan permintaan fisik maupun investasi dalam bentuk emas, baik melalui pembelian langsung maupun melalui instrumen derivatif seperti ETF berbasis emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pertemuan AS-Tiongkok: Faktor Pembatas Kenaikan Harga Emas

Meskipun harga emas mengalami kenaikan, analis memperingatkan bahwa potensi lonjakan lebih lanjut bisa terbatas dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh harapan bahwa pertemuan antara pejabat Amerika Serikat dan Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung di Swiss pada hari Kamis dapat meredakan ketegangan perdagangan. Jika hasil pertemuan tersebut menunjukkan adanya kemajuan dalam negosiasi dagang, maka ketidakpastian yang mendorong kenaikan harga emas dapat mereda.

Reaksi pasar terhadap perkembangan diplomatik semacam ini bisa sangat cepat dan signifikan. Jika perundingan menunjukkan sinyal positif, investor bisa mulai mengalihkan portofolio mereka dari aset safe haven ke aset berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham dan obligasi korporasi. Akibatnya, harga emas berisiko mengalami koreksi.

Pandangan BofA Global Research: Harga Emas Bisa Capai $3.000/oz, Tapi Tidak Lebih dari $3.500/oz

Dalam sebuah catatan riset terbaru, tim Komoditas Global dari Bank of America (BofA) Global Research mengungkapkan bahwa model penawaran dan permintaan mereka menunjukkan bahwa harga emas dapat diperdagangkan dengan nyaman di atas $3.000 per ounce. Namun, mereka juga menambahkan bahwa harga emas kemungkinan tidak akan melampaui level $3.500 per ounce dalam waktu dekat, kecuali terjadi peningkatan ketegangan geopolitik atau perlambatan ekonomi global yang signifikan.

Alasan di balik prediksi ini adalah bahwa harga emas sangat dipengaruhi oleh permintaan investasi, yang sangat tergantung pada ekspektasi terhadap inflasi, suku bunga, dan risiko pasar global. Jika ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok dapat dikendalikan, dan ekonomi global menunjukkan tanda-tanda pemulihan, maka daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai bisa berkurang.

Kondisi Makroekonomi dan Kebijakan Moneter Jadi Penentu

Selain faktor geopolitik, kondisi makroekonomi dan arah kebijakan moneter global juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah harga emas. Saat ini, bank sentral di seluruh dunia sedang menghadapi dilema antara memerangi inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. The Fed, misalnya, telah mengambil pendekatan hati-hati dalam menetapkan suku bunga, mempertimbangkan dampak dari kebijakan fiskal dan ketidakpastian global.

Jika inflasi tetap tinggi namun pertumbuhan ekonomi melambat, maka emas kemungkinan besar akan tetap menjadi pilihan utama investor. Di sisi lain, jika inflasi berhasil dikendalikan dan ekonomi menunjukkan pemulihan yang kuat, maka investor mungkin akan lebih berani mengambil risiko dan meninggalkan aset safe haven.

Permintaan Fisik dan Investasi Terus Meningkat

Selain permintaan spekulatif, permintaan fisik terhadap emas juga meningkat, terutama di negara-negara seperti Tiongkok dan India yang merupakan konsumen emas terbesar di dunia. Di sisi lain, bank sentral dari negara-negara berkembang juga terus menambah cadangan emas mereka sebagai upaya diversifikasi dan penguatan stabilitas moneter.

Data terbaru juga menunjukkan peningkatan aliran dana ke Exchange Traded Funds (ETF) berbasis emas. Hal ini menandakan bahwa investor institusional masih melihat emas sebagai instrumen lindung nilai yang penting dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.

Kesimpulan: Emas Tetap Menarik, Tapi Waspadai Volatilitas Jangka Pendek

Harga emas menunjukkan performa positif di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global yang tertekan oleh perang dagang dan kebijakan tarif. Sebagai aset safe haven, emas terus diminati investor yang mencari perlindungan terhadap volatilitas pasar dan potensi pelambatan ekonomi.

Namun, investor perlu memperhatikan perkembangan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok, serta arah kebijakan moneter bank sentral besar dunia. Kedua faktor ini akan sangat memengaruhi sentimen pasar dan menentukan apakah harga emas akan terus naik atau justru terkoreksi.

Dalam jangka menengah hingga panjang, prospek emas tetap positif, terutama jika ketidakpastian ekonomi dan geopolitik terus berlanjut. Namun dalam jangka pendek, volatilitas tetap tinggi dan investor perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi berdasarkan berita dan spekulasi pasar.