Bestprofit (28/11) – Harga emas kembali menguat pada hari Rabu, setelah sempat tertekan di sesi sebelumnya, mencapai level terendah lebih dari satu minggu. Penyebab utama kenaikan harga emas ini adalah pelemahan Dolar AS, yang meningkatkan daya tarik logam mulia bagi investor. Namun, kenaikan harga emas ini sedikit terkoreksi setelah rilis data ekonomi AS yang menunjukkan bahwa kemajuan dalam menurunkan inflasi telah terhenti. Data tersebut memberi sinyal bahwa Federal Reserve (Fed) AS mungkin akan lebih berhati-hati dalam melanjutkan kebijakan pemotongan suku bunga.
Harga Emas Kembali Menguat
Pada hari Rabu, harga emas spot tercatat naik 0,4%, mencapai $2.641,34 per ons, sementara harga emas berjangka AS naik 0,7% menjadi $2.640,60. Kenaikan ini mengikuti pelemahan Dolar AS yang terlihat sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan Dolar memberikan dampak positif terhadap emas, yang dihargai dalam Dolar, karena emas menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Namun, meskipun mengalami kenaikan, harga emas sempat memangkas sebagian kenaikan tersebut setelah data inflasi AS menunjukkan stagnasi dalam penurunan inflasi.
Data Inflasi AS yang Memberikan Dampak pada Harga Emas
Rilis data ekonomi yang menunjukkan peningkatan pengeluaran konsumen AS pada bulan Oktober turut memengaruhi pergerakan harga emas. Meskipun pengeluaran konsumen meningkat pesat, data menunjukkan bahwa kemajuan dalam menurunkan inflasi tampaknya terhenti dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini menambah kekhawatiran bahwa inflasi mungkin lebih tahan lama dari yang diharapkan, yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve ke depan.
Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, mengatakan bahwa koreksi kecil pada harga emas sebagian besar didorong oleh peningkatan pendapatan pribadi. Ketahanan konsumen meskipun inflasi tetap tinggi menunjukkan bahwa ekonomi AS memiliki kekuatan yang lebih besar, yang bisa membuat Federal Reserve lebih enggan untuk terus memangkas suku bunga secara agresif. Jika inflasi tidak menurun lebih lanjut, Fed mungkin akan mempertahankan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi lebih lama, yang bisa memberikan tekanan pada harga emas.
Reaksi Pasar terhadap Data Inflasi dan Dolar AS
Indeks Dolar AS merosot 0,8% pada hari Rabu, mencapai level terendah dalam dua minggu, yang membantu mengangkat harga emas. Ketika Dolar AS melemah, emas cenderung mengalami kenaikan karena logam mulia ini diperdagangkan dalam Dolar, sehingga membuatnya lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Pelemahan Dolar juga menunjukkan adanya ketidakpastian di pasar keuangan, yang meningkatkan permintaan untuk aset-aset safe haven seperti emas.
Namun, meskipun harga emas menguat pada Rabu, beberapa kekhawatiran tetap ada. Pasar kini memperkirakan peluang 70% untuk pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan Federal Reserve Desember mendatang. Meskipun demikian, ketidakpastian mengenai inflasi yang stagnan bisa membuat Fed menjadi lebih hati-hati, dan hal ini mungkin tidak memberikan dorongan yang cukup besar bagi harga emas dalam jangka panjang.
Prediksi Harga Emas di Tahun 2025
Meski ada volatilitas dalam pergerakan harga emas, beberapa analis memperkirakan harga emas bisa terus menguat pada tahun 2025. Menurut Phillip Streible, harga emas berpotensi mencapai $3.000 per ons dalam dua kuartal pertama tahun 2025, kecuali ada lonjakan inflasi tajam yang memaksa Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga kembali. Kenaikan suku bunga yang agresif tentu akan merugikan harga emas, karena biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih tinggi.
Namun, jika inflasi dapat dikendalikan dan suku bunga tetap rendah, emas berpotensi untuk bersinar. Logam mulia ini biasanya lebih diminati dalam lingkungan suku bunga rendah karena investor cenderung mencari aset yang lebih aman dan tidak terpengaruh oleh perubahan kebijakan moneter.
Penurunan Tajam Harga Emas Sebelumnya
Harga emas sempat mengalami penurunan tajam pada hari Senin, dengan harga emas turun sekitar $100 dalam satu hari. Penurunan ini merupakan yang terbesar dalam lebih dari lima bulan, yang disebabkan oleh berkurangnya permintaan untuk emas sebagai aset safe haven setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon yang didukung oleh Iran. Kabar ini menurunkan ketegangan geopolitik yang sebelumnya mendorong permintaan emas.
Namun, meskipun mengalami penurunan tajam, harga emas kembali pulih pada hari Rabu, menunjukkan bahwa permintaan untuk logam mulia ini masih cukup kuat meskipun ketegangan di Timur Tengah mereda.
Volatilitas Harga Emas di Masa Mendatang
Volatilitas harga emas diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu dekat, terutama menjelang pelantikan Donald Trump yang dapat membawa perubahan besar dalam kebijakan ekonomi AS dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang. Hamad Hussain, asisten ekonom iklim dan komoditas di Capital Economics, menyatakan bahwa pergerakan harga emas kemungkinan akan mengalami volatilitas lebih lanjut, terutama terkait dengan dinamika politik domestik AS dan perkembangan situasi di Timur Tengah.
Pergerakan harga emas yang sangat sensitif terhadap kebijakan politik dan ekonomi menunjukkan bahwa investor harus tetap berhati-hati dalam memprediksi arah pasar. Meskipun harga emas kembali menguat, ketidakpastian politik dan ekonomi tetap menjadi faktor risiko yang signifikan.
Harga Logam Mulia Lainnya
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan yang signifikan pada hari Rabu. Perak spot naik 1% menjadi $30,12 per ons, sementara harga platinum naik 0,4% menjadi $931,35 per ons. Di sisi lain, harga paladium mengalami penurunan sebesar 0,2%, menjadi $975,15 per ons. Fluktuasi harga logam-logam mulia ini menunjukkan bahwa meskipun emas tetap menjadi primadona, logam lainnya juga menarik perhatian investor, tergantung pada kondisi pasar dan permintaan.
Kesimpulan
Harga emas mengalami kenaikan pada hari Rabu setelah sempat jatuh ke level terendah lebih dari satu minggu. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh pelemahan Dolar AS, yang meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven. Namun, data inflasi AS yang stagnan memberikan koreksi pada kenaikan harga emas, karena investor mulai mempertimbangkan dampak kebijakan moneter Federal Reserve terhadap pergerakan harga emas.
Meskipun ada volatilitas yang besar, beberapa analis memperkirakan harga emas dapat mencapai $3.000 per ons pada tahun 2025, kecuali ada lonjakan inflasi yang tajam yang memaksa Fed untuk menaikkan suku bunga. Dalam jangka pendek, pergerakan harga emas akan dipengaruhi oleh kebijakan moneter, data inflasi, dan situasi geopolitik yang terus berkembang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!