BPF Malang

Image

Bestprofit | Emas Turun, Trump Redakan Ketegangan Fed

Bestprofit (23/4) – Harga emas mengalami tekanan signifikan pada awal sesi Asia hari Rabu, menyusul komentar Presiden AS Donald Trump dan dinamika geopolitik yang tengah berkembang. Logam mulia tersebut turun lebih dari 1% dan diperdagangkan pada level $3.333 per ons, setelah sebelumnya berada di kisaran $3.420. Penurunan harga ini mencerminkan kombinasi faktor fundamental dan psikologis yang memengaruhi pasar global.

Trump Tidak Akan Pecat Powell: Dampak pada Sentimen Pasar

Pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan bahwa ia tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell menjadi pemicu utama fluktuasi harga emas. Trump menyatakan, “Pers memberitakan banyak hal. Tidak, saya tidak berniat memecatnya. Saya ingin melihatnya sedikit lebih aktif dalam hal idenya untuk menurunkan suku bunga.”

Pernyataan ini diinterpretasikan pasar sebagai sinyal bahwa kebijakan moneter AS akan tetap berada dalam kendali Powell, yang dikenal berhati-hati dan bergantung pada data. Meskipun Trump mendesak agar suku bunga diturunkan, ketegangan sebelumnya antara Presiden dan The Fed menimbulkan kekhawatiran akan potensi intervensi politik dalam kebijakan moneter. Dengan klarifikasi ini, ketidakpastian sebagian mereda, sehingga minat investor terhadap aset aman seperti emas pun berkurang.

Bestprofit | Emas Melejit, Lewati $3.400 per Ounce

Sinyal De-eskalasi dengan China Meningkatkan Selera Risiko

Selain komentar Trump, pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebutkan adanya tanda-tanda de-eskalasi ketegangan dagang dengan China turut meningkatkan optimisme pasar. Ketika risiko geopolitik mereda, aset safe haven seperti emas biasanya kehilangan sebagian daya tariknya, karena investor beralih ke instrumen berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Sejak pernyataan tersebut, harga emas anjlok dari $3.420 menjadi $3.370, mencerminkan pergeseran sentimen pasar ke arah aset berisiko. Namun, sebagian analis memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berubah dengan cepat, mengingat ketidakpastian seputar arah kebijakan AS masih tinggi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Ekonomi Global Masih Membayangi

Meskipun ada sinyal positif dari sisi geopolitik, faktor-faktor fundamental lain tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Ketidakpastian terkait arah perekonomian global dan dinamika inflasi membuat investor tetap mencari lindung nilai, dan emas adalah salah satu pilihan utama.

Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataan terbarunya mengakui kemungkinan skenario stagflasi — kondisi ekonomi di mana pertumbuhan melambat tetapi inflasi tetap tinggi. Powell mengatakan, “Kita mungkin menemukan diri kita dalam skenario yang menantang di mana tujuan mandat ganda kita sedang bersitegang.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan suku bunga, dan tetap fokus pada data ekonomi yang masuk. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap arah suku bunga di masa depan, yang pada gilirannya mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Aliran Dana ke ETF Emas Tetap Kuat

Meskipun harga emas mengalami koreksi jangka pendek, aliran dana ke instrumen investasi emas tetap menunjukkan tren naik. Menurut World Gold Council (WGC), ETF emas fisik global mencatat arus masuk sebesar US$8,6 miliar pada bulan Maret saja. Secara keseluruhan, arus masuk sepanjang kuartal pertama 2025 mencapai US$21 miliar (226 ton), menjadikannya kuartal tertinggi kedua setelah Q2 2020.

Data ini mencerminkan kepercayaan investor jangka panjang terhadap emas di tengah volatilitas pasar saham dan ketidakpastian kebijakan moneter. Arus dana ini juga menjadi indikator bahwa meskipun harga turun, permintaan riil terhadap emas tetap tinggi.

Perkembangan Pasar Obligasi: Imbal Hasil Menurun

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun dua basis poin menjadi 4,395%, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap obligasi pemerintah yang lebih aman. Imbal hasil riil AS — yang disesuaikan dengan inflasi — juga turun dua basis poin menjadi 2,175%, seperti yang tercermin pada Sekuritas Inflasi Terlindungi (TIPS).

Penurunan imbal hasil ini biasanya menjadi katalis positif bagi harga emas, karena menurunnya opportunity cost dalam memegang emas (yang tidak memberikan bunga). Namun, kali ini penurunan harga emas disebabkan oleh kombinasi faktor jangka pendek seperti komentar politik dan meningkatnya optimisme pasar.

Prospek Suku Bunga: Pasar Mengantisipasi Pemotongan

Para pelaku pasar uang saat ini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 91 basis poin pada akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama kemungkinan dimulai pada bulan Juli. Ekspektasi ini memberi sinyal bahwa tekanan ekonomi kemungkinan akan memaksa The Fed melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pemotongan suku bunga biasanya mendukung harga emas, karena melemahnya dolar AS dan menurunnya imbal hasil investasi alternatif. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif bagi logam mulia ini.

Agenda Ekonomi AS: Faktor Penentu Berikutnya

Minggu ini, kalender ekonomi AS dipenuhi dengan sejumlah data penting dan pidato pejabat The Fed, yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter. Beberapa indikator yang menjadi sorotan adalah:

  • S&P Global Flash PMI – untuk mengukur aktivitas manufaktur dan jasa

  • Pesanan Barang Tahan Lama – sebagai indikator investasi dan belanja modal

  • Sentimen Konsumen Universitas Michigan – mengukur keyakinan konsumen terhadap ekonomi

Jika data-data ini menunjukkan pelemahan ekonomi, kemungkinan besar akan memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan, yang dapat kembali mendukung harga emas.


Kesimpulan: Harga Emas Turun, Tapi Fundamental Tetap Kuat

Meskipun harga emas turun tajam pada awal sesi perdagangan Rabu karena komentar Trump dan meningkatnya optimisme atas de-eskalasi konflik dagang, fundamental pasar emas tetap solid. Ketidakpastian ekonomi global, potensi stagflasi, dan ekspektasi penurunan suku bunga semuanya menjadi faktor pendukung bagi logam mulia ini.

Investor sebaiknya tidak terpaku pada fluktuasi jangka pendek, melainkan memperhatikan tren makroekonomi yang lebih besar. Dengan arus masuk yang kuat ke ETF emas dan pelemahan imbal hasil obligasi, emas masih memiliki tempat yang kokoh dalam portofolio sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.