BPF Malang

Image

Bestprofit | Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah dalam 2 Bulan

Bestprofit (27/2) – Pada hari Rabu, 26 Februari, harga minyak mengalami penurunan signifikan dan jatuh ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Penurunan ini dipicu oleh dua faktor utama: pertama, peningkatan yang mengejutkan dalam persediaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan melemahnya permintaan minyak, dan kedua, potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina yang menambah ketidakpastian di pasar energi global.

Penurunan Harga Minyak Mentah

Harga minyak mentah Brent turun sebesar 49 sen, atau 0,67%, menjadi $72,53 per barel, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 31 sen, atau 0,45%, menjadi $68,62 per barel. Kedua patokan harga minyak ini menetap di level terendah sejak 10 Desember, mencerminkan ketidakpastian pasar dan berkurangnya kekhawatiran terhadap pasokan minyak yang semula mendorong harga naik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Peningkatan Persediaan Bahan Bakar di AS

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan harga minyak adalah laporan mengejutkan mengenai persediaan bahan bakar di AS. Meskipun persediaan minyak mentah mengalami penurunan secara tak terduga, Badan Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan bensin dan sulingan justru meningkat. Hal ini menandakan adanya penurunan permintaan bahan bakar yang lebih besar, yang pada gilirannya membebani harga minyak.

Menurut Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho, pasar bereaksi dengan cepat terhadap penurunan harga minyak, meskipun persediaan minyak mentah AS menunjukkan tren penurunan. “Kami bereaksi secara spontan terhadap level terendah. Itu sedikit mengejutkan karena angka minyak mentah merupakan daya tarik yang cukup besar,” katanya. Penurunan harga minyak ini menunjukkan bahwa pasar energi global sangat sensitif terhadap data persediaan bahan bakar, yang bisa memberikan indikasi tentang kondisi permintaan di masa depan.

Potensi Kesepakatan Damai Rusia dan Ukraina

Faktor kedua yang membebani harga minyak adalah kemungkinan kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Pasar minyak terus memantau perkembangan di wilayah ini, terutama terkait dengan dampaknya terhadap pasokan energi global. Jika kesepakatan damai tercapai, hal ini dapat mengurangi ketegangan geopolitik dan menurunkan ketidakpastian yang selama ini mendongkrak harga minyak.

Ahli strategi komoditas ING mencatat bahwa prospek kesepakatan damai yang membaik antara Rusia dan Ukraina telah mempengaruhi pasar minyak. “Ini akan membawa kita selangkah lebih dekat ke pencabutan sanksi Rusia, menghilangkan sebagian besar ketidakpastian pasokan yang menggantung di pasar,” tambah mereka. Jika sanksi terhadap Rusia dicabut, pasokan minyak dari negara ini bisa kembali normal, yang berpotensi menurunkan harga minyak lebih lanjut.

Implikasi Kesepakatan Mineral antara AS dan Ukraina

Selain kesepakatan damai, pasar juga mencermati perkembangan kesepakatan mineral antara AS dan Ukraina. AS dan Ukraina dilaporkan telah menyepakati ketentuan rancangan kesepakatan mineral, yang merupakan bagian dari upaya Presiden AS Donald Trump untuk segera mengakhiri perang di Ukraina. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, kesepakatan ini bisa menjadi titik balik dalam dinamika politik global.

“Kesepakatan ini akan membawa kita lebih dekat ke normalisasi hubungan dan pencabutan sanksi terhadap Rusia. Hal ini dapat mengurangi ketidakpastian di pasar energi,” kata analis ING. Jika kesepakatan tersebut membawa hasil positif, hal ini bisa memperlambat ketegangan geopolitik yang selama ini mendukung harga minyak. Dengan demikian, pasar minyak akan kembali mencermati faktor-faktor fundamental seperti permintaan dan pasokan yang lebih stabil.

Kebijakan Ekspor Minyak AS dan Potensi Dampaknya

Selain perkembangan geopolitik, kebijakan dalam negeri AS, terutama yang terkait dengan ekspor minyak, juga memiliki dampak signifikan terhadap harga minyak. Presiden AS Donald Trump telah mengambil inisiatif untuk mendukung ekspor minyak yang lebih tinggi oleh Irak, sebuah langkah yang berpotensi memengaruhi pasokan minyak global.

Analis Saxo Bank, Ole Hansen, menyebutkan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump juga dapat memicu perang dagang yang lebih luas, yang pada gilirannya dapat mengekang pertumbuhan ekonomi dan melemahkan permintaan energi. “Kebijakan tarif Trump dapat memperburuk ketegangan perdagangan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang pada akhirnya dapat mengurangi permintaan minyak,” jelas Hansen.

Pengaruh Sanksi terhadap Iran dan Venezuela

Selain itu, pasar juga sedang mengamati sanksi AS terhadap negara-negara penghasil minyak besar seperti Iran dan Venezuela. Meskipun ada pembicaraan mengenai pencabutan sanksi terhadap Venezuela, yang akan memungkinkan perusahaan-perusahaan minyak AS seperti Chevron untuk meningkatkan produksinya di negara tersebut, pasar minyak masih waspada terhadap dampak jangka panjang dari kebijakan sanksi ini.

Mantan Presiden AS Joe Biden mengizinkan Chevron untuk memperluas produksinya di Venezuela, yang berpotensi meningkatkan pasokan minyak mentah dari negara tersebut ke pasar internasional. Hal ini dapat menambah pasokan minyak global dan meredakan tekanan pada harga minyak. Namun, pemerintah Trump membatalkan konsesi tersebut, yang berarti kebijakan terkait Venezuela dan Iran tetap menjadi topik utama yang akan mempengaruhi harga minyak dalam waktu dekat.

Dampak Potensial dari Perang Dagang terhadap Pasokan dan Permintaan Minyak

Kekhawatiran tentang perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi juga telah meredakan kekhawatiran tentang pasokan minyak jangka pendek yang lebih ketat. Pasar kini lebih fokus pada dampak potensial dari kebijakan proteksionis yang dapat memengaruhi permintaan minyak global. Jika perang dagang eskalasi, dapat terjadi penurunan permintaan global, yang pada gilirannya akan mengurangi tekanan pada pasokan minyak.

Analis ANZ Bank mencatat bahwa meskipun ada ketegangan geopolitik dan sanksi terhadap Iran, kekhawatiran tentang ketatnya pasokan minyak dalam jangka pendek mulai mereda. “Kekhawatiran tentang permintaan global lebih besar daripada ketegangan pasokan dalam jangka pendek,” tulis mereka dalam catatan riset terbaru.

Prospek Jangka Pendek dan Jangka Panjang untuk Harga Minyak

Dalam jangka pendek, harga minyak kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh ketidakpastian politik dan ekonomi global. Jika kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina tercapai, ini bisa menurunkan ketegangan geopolitik dan meredakan ketidakpastian yang mendukung harga minyak. Di sisi lain, kebijakan proteksionis dan potensi perang dagang dapat menekan permintaan global dan mengurangi harga minyak.

Namun, dalam jangka panjang, faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi global, kebijakan energi, dan kondisi geopolitik yang stabil dapat memberikan dasar bagi harga minyak untuk menguat kembali. Oleh karena itu, meskipun harga minyak mengalami penurunan saat ini, pasar akan terus memantau perkembangan yang dapat mempengaruhi pasokan dan permintaan minyak di masa depan.

Kesimpulan

Pada hari Rabu, 26 Februari, harga minyak anjlok ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Penurunan ini dipicu oleh peningkatan mengejutkan dalam persediaan bahan bakar di AS yang menandakan melemahnya permintaan, serta potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina yang dapat meredakan ketegangan geopolitik. Pasar minyak kini sedang mencermati implikasi kebijakan AS terhadap ekspor minyak Irak dan potensi perang dagang yang dapat mempengaruhi permintaan energi global. Meskipun ada penurunan harga, faktor-faktor geopolitik dan ekonomi global akan terus membentuk arah pergerakan harga minyak dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!