BPF Malang

Image

Bestprofit | Harga Minyak Turun, Permintaan Meningkat Tertahan Data Ekonomi Lemah

Bestprofit (7/1) – Pada hari Senin (6 Januari 2025), harga minyak mengalami penurunan meskipun ada sejumlah faktor yang mendukung harga minyak, seperti dolar AS yang lebih lemah dan perkiraan peningkatan permintaan energi akibat badai musim dingin. Namun, berita ekonomi yang pesimis dari Amerika Serikat dan Jerman berhasil menekan harga minyak. Pasar minyak terlihat bergejolak, dengan minyak mentah berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan setelah lima hari berturut-turut mengalami kenaikan.

Penurunan Harga Minyak pada 6 Januari 2025

Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 21 sen, atau 0,3%, menjadi $76,30 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen, atau 0,5%, menjadi $73,56 per barel. Meskipun terjadi penurunan, kedua patokan minyak mentah ini tetap berada dalam wilayah jenuh beli secara teknikal selama tiga hari berturut-turut. Hal ini menunjukkan adanya tekanan jual yang lebih besar, meskipun ada faktor bullish yang mendukung harga minyak.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Katalis Positif: Dolar AS yang Lebih Lemah

Salah satu faktor yang mendukung harga minyak adalah dolar AS yang lebih lemah pada hari Senin. Mata uang yang lebih lemah biasanya memberikan dukungan bagi komoditas berdenominasi dolar, seperti minyak, karena harga minyak menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Sebelumnya, dolar AS sempat menguat, tetapi pada awal Januari, indeks dolar AS mengalami penurunan sekitar 1%. Penurunan ini memberikan sedikit angin segar bagi harga minyak, tetapi tidak cukup untuk mengatasi sentimen negatif dari data ekonomi yang pesimis.

Proyeksi Peningkatan Permintaan Energi dari Badai Musim Dingin

Selain itu, proyeksi peningkatan permintaan energi untuk pemanas musim dingin juga memberikan dukungan pada harga minyak. Banyak wilayah di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan akan mengalami cuaca yang sangat dingin, yang dapat meningkatkan permintaan untuk energi pemanas. Ini sering kali menjadi faktor musiman yang mendukung permintaan minyak, terutama di negara-negara besar pengimpor energi. Meskipun demikian, meskipun badai musim dingin ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan energi, faktor-faktor ekonomi yang lebih luas tetap memberikan tekanan pada harga minyak.

Katalis Negatif: Data Ekonomi yang Pesimis dari AS dan Jerman

Di sisi lain, data ekonomi yang pesimis dari Amerika Serikat dan Jerman berhasil menekan harga minyak. Di Amerika Serikat, pesanan baru untuk barang-barang manufaktur turun pada bulan November 2024, seiring dengan melemahnya permintaan untuk pesawat komersial. Data ini mengindikasikan adanya pelambatan dalam sektor manufaktur, yang dapat berpotensi mempengaruhi permintaan energi, termasuk minyak. Selain itu, belanja bisnis untuk peralatan tampaknya melambat pada kuartal keempat, yang memperburuk sentimen terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS. Di Jerman, inflasi tahunan naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan Desember 2024, sebagian karena harga pangan yang lebih tinggi dan penurunan harga energi yang lebih kecil dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi ini menambah kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi di Eropa. Jerman, sebagai ekonomi terbesar di Eropa, memiliki pengaruh besar terhadap prospek ekonomi kawasan tersebut. Inflasi yang lebih tinggi dapat mempengaruhi daya beli konsumen dan menekan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat mengurangi permintaan energi, termasuk minyak.

Dampak Data Ekonomi terhadap Sentimen Pasar Minyak

Data ekonomi yang pesimis ini menambah ketidakpastian di pasar minyak. Meskipun ada faktor-faktor positif seperti dolar AS yang lebih lemah dan proyeksi cuaca dingin, berita negatif dari dua ekonomi besar dunia—Amerika Serikat dan Jerman—mengindikasikan kemungkinan penurunan permintaan energi dalam waktu dekat. Para investor dan pedagang minyak di pasar global kini harus memperhitungkan kedua faktor tersebut dengan hati-hati. Harga minyak juga dipengaruhi oleh pergerakan pasar global lainnya. Seiring dengan peningkatan ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global, para pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati dalam membuat keputusan investasi. Ketidakpastian ekonomi, baik di AS maupun Eropa, dapat mempengaruhi prospek permintaan minyak di masa depan.

Minat Terhadap Kontrak Berjangka Minyak yang Meningkat

Meskipun harga minyak mengalami penurunan pada hari Senin, minat terhadap perdagangan energi tetap tinggi. Pada hari Jumat (3 Januari 2025), minat terbuka terhadap kontrak berjangka WTI di Bursa Perdagangan New York melonjak menjadi 1,933 juta kontrak, yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2023. Peningkatan minat ini mencerminkan ketertarikan investor terhadap prospek harga minyak, meskipun adanya kekhawatiran mengenai pelambatan ekonomi global. Minat terbuka yang meningkat ini juga mencerminkan ketidakpastian di pasar energi. Ketika harga minyak naik, investor cenderung lebih tertarik untuk masuk ke pasar dan mencari peluang keuntungan. Namun, penurunan harga minyak yang terjadi pada awal minggu ini menunjukkan bahwa pasar tetap sensitif terhadap berita ekonomi yang berpotensi memperburuk outlook ekonomi global.

Prospek Harga Minyak ke Depan

Melihat ke depan, para analis memperkirakan bahwa harga minyak akan terus dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Dalam jangka pendek, harga minyak kemungkinan akan dipengaruhi oleh cuaca musim dingin yang dapat meningkatkan permintaan energi, serta pergerakan dolar AS dan kebijakan fiskal global. Namun, sentimen negatif yang muncul akibat data ekonomi yang lemah dari AS dan Jerman dapat menambah tekanan pada harga minyak. Di sisi lain, jika terdapat tanda-tanda pemulihan ekonomi yang lebih kuat di Tiongkok atau jika ketegangan geopolitik meningkat di Timur Tengah, harga minyak dapat kembali mengalami lonjakan. Pasar minyak tetap rentan terhadap perubahan dalam permintaan global dan ketidakpastian ekonomi yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhannya.

Kesimpulan

Harga minyak turun pada hari Senin (6 Januari 2025) meskipun ada sejumlah faktor yang mendukung, seperti dolar AS yang lebih lemah dan proyeksi peningkatan permintaan energi dari badai musim dingin. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh berita ekonomi yang pesimis dari Amerika Serikat dan Jerman, yang mengindikasikan penurunan permintaan minyak di masa depan. Meskipun demikian, minat terbuka terhadap kontrak berjangka minyak tetap tinggi, menunjukkan bahwa investor masih mencari peluang di pasar energi. Prospek harga minyak ke depan akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global, termasuk kebijakan fiskal Tiongkok, inflasi di Eropa, dan ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi pasokan dan permintaan minyak di seluruh dunia.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!