BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Capai Tertinggi 3 Pekan, Dipicu Sanksi Rusia dan Iran

Bestprofit (16/12) – Harga minyak mengalami kenaikan signifikan pada hari Jumat, 13 Desember 2024, dengan minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan level tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Kenaikan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk ekspektasi bahwa sanksi tambahan terhadap Rusia dan Iran dapat memperketat pasokan minyak global serta harapan bahwa suku bunga yang lebih rendah di Eropa dan Amerika Serikat dapat meningkatkan permintaan bahan bakar.

Kenaikan Harga Minyak pada Jumat (13/12)

Pada hari Jumat, harga minyak berjangka Brent naik $1,08, atau 1,5%, untuk menetap di $74,49 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik $1,27, atau 1,8%, dan ditutup pada $71,29 per barel. Penutupan ini mencatatkan level tertinggi bagi Brent sejak 22 November dan menjadi level tertinggi bagi WTI sejak 7 November.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Kenaikan harga minyak pada hari tersebut menandai pergerakan yang positif sepanjang minggu ini, dengan harga Brent mencatatkan kenaikan sekitar 5% untuk minggu ini, sedangkan WTI mencatatkan kenaikan 6%. Kenaikan ini mencerminkan sentimen pasar yang semakin positif terhadap prospek pasokan minyak global dan permintaan bahan bakar, yang dipicu oleh beberapa faktor ekonomi dan geopolitik.

Dampak Sanksi Terhadap Rusia dan Iran

Salah satu faktor utama yang mendukung kenaikan harga minyak adalah ekspektasi pasar terhadap kemungkinan sanksi tambahan terhadap negara-negara penghasil minyak besar, seperti Rusia dan Iran. Kedua negara ini, yang saat ini sudah menghadapi berbagai sanksi internasional, berpotensi terkena sanksi lebih lanjut yang dapat mengganggu pasokan minyak global. Rusia, sebagai salah satu eksportir minyak terbesar dunia, tengah berada dalam tekanan akibat perang di Ukraina dan kebijakan internasional yang mengisolasi ekonominya. Sanksi yang lebih ketat dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut pada produksi dan ekspor minyak Rusia, yang pada gilirannya dapat memperketat pasokan global. Dalam kondisi pasokan yang ketat ini, harga minyak cenderung mengalami kenaikan. Demikian pula, Iran, yang telah lama terjebak dalam sanksi internasional akibat program nuklirnya, berpotensi menghadapi sanksi tambahan dari negara-negara besar. Meskipun Iran baru-baru ini mengalami sedikit pemulihan dalam ekspor minyaknya, ancaman sanksi lebih lanjut dapat membatasi kemampuannya untuk memproduksi dan mengekspor minyak dalam jumlah besar, mengurangi pasokan minyak global.

Suku Bunga yang Lebih Rendah Mendukung Permintaan

Selain faktor geopolitik, kebijakan moneter yang lebih longgar, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat, juga turut memainkan peran penting dalam mendukung kenaikan harga minyak. Suku bunga yang lebih rendah, yang diperkirakan akan tetap diberlakukan oleh Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve AS, dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dengan mendorong pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi. Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman bagi perusahaan dan konsumen, yang dapat merangsang aktivitas ekonomi dan, pada gilirannya, meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar. Misalnya, sektor transportasi dan industri yang bergantung pada konsumsi energi cenderung mengalami permintaan yang lebih tinggi jika suku bunga tetap rendah dan ekonomi tumbuh. Lebih lanjut, suku bunga yang lebih rendah dapat menyebabkan investor mencari aset yang lebih berisiko dan berpotensi lebih menguntungkan, seperti komoditas energi, termasuk minyak. Hal ini dapat mendorong aliran modal ke pasar energi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan harga minyak.

Kenaikan Harga Minyak Menghadapi Pasokan yang Ketat

Di sisi pasokan, beberapa faktor juga berkontribusi pada prospek yang lebih ketat. Selain sanksi terhadap negara-negara penghasil minyak utama, seperti Rusia dan Iran, sejumlah negara penghasil minyak lainnya, termasuk anggota OPEC dan negara-negara mitra, sedang berupaya mempertahankan kesepakatan pemangkasan produksi yang telah mereka buat untuk menstabilkan pasar minyak global. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama dengan negara-negara non-OPEC, seperti Rusia, telah berkomitmen untuk memangkas produksi minyak guna mendukung harga pasar. Meskipun beberapa negara anggota OPEC menghadapi tekanan untuk meningkatkan produksi karena kebutuhan ekonomi domestik, kesepakatan tersebut masih berfungsi untuk mengurangi pasokan yang berlebihan dan mendorong harga lebih tinggi. Di sisi lain, gangguan pasokan yang terjadi akibat bencana alam atau ketegangan geopolitik juga bisa memperburuk situasi. Misalnya, ketegangan di kawasan Timur Tengah atau gangguan di jalur perdagangan utama bisa berdampak langsung pada pasokan minyak global dan menyebabkan lonjakan harga.

Permintaan Energi yang Stabil Mendorong Prospek Kenaikan

Di samping ketegangan pasokan, permintaan global terhadap energi, khususnya minyak, juga diperkirakan akan tetap stabil. Permintaan minyak dunia, meskipun sedikit terpengaruh oleh ketegangan ekonomi global atau penurunan pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah, masih didorong oleh kebutuhan energi di negara-negara besar seperti China dan India. China, sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, masih menunjukkan permintaan yang solid meskipun ada tantangan ekonomi domestik. Negara ini, bersama dengan India, diperkirakan akan terus mendorong permintaan minyak di Asia. Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan peningkatan kegiatan industri, kedua negara ini akan tetap menjadi pendorong utama konsumsi energi global. Selain itu, negara-negara berkembang lainnya yang tengah mengalami urbanisasi dan industrialisasi yang cepat juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi energi mereka. Oleh karena itu, meskipun ada risiko ekonomi jangka pendek, prospek jangka panjang untuk permintaan energi tetap kuat.

Proyeksi Harga Minyak ke Depan

Melihat tren pasar dan berbagai faktor yang mempengaruhi harga minyak, para analis memperkirakan bahwa harga minyak berpotensi terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan mendatang. Ketidakpastian geopolitik, sanksi terhadap negara-negara penghasil minyak, serta kebijakan moneter yang lebih longgar dapat terus mendukung harga minyak. Namun, faktor-faktor seperti fluktuasi permintaan di pasar global, perubahan kebijakan energi di negara-negara besar, serta potensi gangguan pasokan akan terus menjadi variabel yang memengaruhi harga minyak. Jika pasokan minyak dari negara-negara besar seperti Rusia atau Iran terganggu lebih lanjut, harga minyak bisa melanjutkan tren bullish. Di sisi lain, jika ada perubahan kebijakan yang mengarah pada peningkatan produksi, atau jika krisis ekonomi global memperlambat pertumbuhan permintaan, harga minyak bisa menghadapi koreksi.

Kesimpulan

Pada hari Jumat, 13 Desember 2024, harga minyak mengalami kenaikan sekitar 2%, dengan minyak Brent dan WTI mencatatkan level tertinggi dalam tiga minggu. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi terhadap sanksi tambahan terhadap Rusia dan Iran, serta dampak dari kebijakan suku bunga yang lebih rendah yang dapat meningkatkan permintaan energi global. Meskipun ada tantangan jangka pendek, prospek jangka panjang untuk harga minyak tetap positif, didukung oleh ketegangan geopolitik, kebijakan moneter yang lebih longgar, dan permintaan energi yang stabil. Dalam konteks ini, harga minyak berpotensi melanjutkan tren naik, meskipun risiko terhadap pasokan dan permintaan global tetap perlu diperhatikan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!