BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Mentah WTI Turun, Tapi Naik Mingguan

Bestprofit (17/2) – Pada hari Jumat, 14 Februari 2025, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun sekitar 0,8%, mencapai $70,7 per barel. Meskipun demikian, harga minyak ini mencatatkan kenaikan sekitar 1% untuk minggu ini. Penurunan harga minyak ini terjadi setelah adanya aksi ambil untung oleh para investor, meskipun masih ada harapan yang kuat tentang potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina yang dapat meredakan kekhawatiran terhadap pasokan energi global.

Harapan Damai Rusia-Ukraina Meredakan Kekhawatiran Pasokan

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah WTI adalah harapan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung lama mungkin akan segera berakhir. Harapan ini muncul setelah Presiden Donald Trump mengumumkan niatnya untuk memulai pembicaraan damai antara kedua negara. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga mengisyaratkan minat mereka untuk mengakhiri konflik yang telah menyebabkan ketidakpastian besar di pasar energi global.

Kehadiran harapan kesepakatan damai ini telah meredakan kekhawatiran pasokan energi, terutama karena Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Ketegangan yang berlangsung antara Rusia dan negara-negara Barat, termasuk sanksi terhadap Rusia, telah mempengaruhi aliran pasokan minyak global. Jika terjadi kesepakatan damai dan sanksi terhadap Moskow dicabut, pasokan energi global dapat meningkat, yang dapat menurunkan ketegangan di pasar minyak mentah.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Potensi Pencabutan Sanksi terhadap Rusia dan Dampaknya pada Pasokan Energi

Potensi pencabutan sanksi terhadap Rusia menjadi salah satu faktor penting yang memberikan dukungan terhadap pasar minyak. Sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina, berbagai sanksi internasional telah diberlakukan terhadap Moskow, yang membatasi ekspor energi Rusia. Namun, jika konflik ini mereda dan pembicaraan damai berhasil, kemungkinan sanksi yang diberlakukan terhadap sektor energi Rusia dapat dicabut.

Meskipun demikian, Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bahwa meskipun ada potensi pencabutan sanksi, ekspor minyak Rusia mungkin akan berlanjut melalui jalur alternatif. Rusia memiliki kapasitas untuk mengalihkan ekspor minyaknya ke negara-negara yang tidak terlibat dalam sanksi internasional, seperti China dan India, yang dapat mengurangi dampak sanksi pada pasokan global. Dengan demikian, meskipun ada potensi peningkatan pasokan energi global, pasar minyak tetap harus mengawasi perkembangan lebih lanjut terkait kesepakatan damai dan sanksi.

Penundaan Tarif Timbal Balik AS Memberikan Stabilitas Harga Minyak

Selain harapan mengenai kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, penundaan tarif timbal balik antara Amerika Serikat (AS) dan China juga memberikan stabilitas pada harga minyak. Pada pekan ini, investor semakin optimis mengenai potensi perjanjian perdagangan antara kedua negara besar tersebut. Penundaan tarif tersebut memberikan harapan bahwa ketegangan perdagangan yang telah berlangsung lama dapat mereda, yang akan berdampak positif terhadap ekonomi global.

Secara langsung, kesepakatan perdagangan yang stabil antara AS dan China dapat memperlancar aliran perdagangan energi global, termasuk minyak. Penundaan tarif dan potensi kesepakatan perdagangan dapat meningkatkan permintaan untuk minyak mentah, karena keduanya adalah konsumen energi utama di dunia. Oleh karena itu, penundaan tarif ini memberikan dorongan positif bagi pasar minyak, meskipun tetap ada volatilitas yang perlu diwaspadai.

Ketidakpastian Ekonomi Iran Memperburuk Pasar Energi

Sementara itu, ketidakpastian mengenai kebijakan ekonomi terhadap Iran juga menjadi faktor yang memberikan ketegangan tambahan di pasar minyak. Menteri Keuangan AS Scott Bessent baru-baru ini mengisyaratkan bahwa AS mungkin akan meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Iran. Hal ini mengarah pada spekulasi bahwa AS dapat memberlakukan sanksi baru terhadap Iran, yang akan mempengaruhi ekspor minyak negara tersebut.

Iran adalah salah satu produsen minyak utama di Timur Tengah, dan ketidakpastian mengenai kebijakan terhadap negara ini dapat mempengaruhi pasokan energi global. Sanksi terhadap Iran dapat mengurangi ekspor minyak dari negara tersebut, yang dapat menciptakan ketatnya pasokan global dan mendorong harga minyak lebih tinggi. Oleh karena itu, perkembangan kebijakan terhadap Iran tetap menjadi perhatian besar bagi investor dan analis pasar minyak.

Peningkatan Permintaan Global Menjadi Faktor Penopang Harga Minyak

Salah satu faktor yang mendukung harga minyak adalah peningkatan permintaan global. Menurut analis JPMorgan, permintaan minyak global saat ini telah mencapai 103,4 juta barel per hari. Peningkatan ini didorong oleh konsumsi bahan bakar untuk mobilitas, serta kebutuhan energi untuk pemanas di beberapa wilayah dunia yang mengalami musim dingin.

Permintaan yang terus meningkat menunjukkan bahwa pasar minyak tetap memiliki dasar yang kuat untuk mempertahankan harga yang stabil. Peningkatan konsumsi energi ini terjadi di banyak negara, terutama di Asia dan Eropa, yang terus meningkatkan pembelian minyak mentah. Kenaikan permintaan ini memberikan keyakinan bahwa pasar minyak dapat mengatasi ketegangan geopolitik dan sanksi ekonomi, dan harga minyak dapat terus berada pada level yang tinggi.

Volatilitas Harga Minyak Mentah

Namun, meskipun ada banyak faktor yang mendukung harga minyak, volatilitas tetap menjadi bagian dari pasar energi. Pada hari Jumat, harga minyak mentah WTI turun sekitar 0,8%, meskipun tetap mengalami kenaikan sekitar 1% untuk minggu ini. Volatilitas ini mencerminkan ketidakpastian yang ada di pasar, terutama terkait dengan perkembangan konflik geopolitik, kebijakan perdagangan, dan perubahan dalam kebijakan moneter global.

Ketidakpastian mengenai kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, penundaan tarif antara AS dan China, serta kebijakan terhadap Iran tetap menjadi faktor yang mengarah pada fluktuasi harga minyak. Para investor dan analis pasar energi akan terus memantau perkembangan terkait faktor-faktor ini untuk memproyeksikan arah harga minyak dalam waktu dekat.

Prospek Jangka Panjang untuk Harga Minyak

Meskipun harga minyak mentah mengalami volatilitas, prospek jangka panjang tetap positif. Permintaan global yang terus meningkat, harapan akan kesepakatan damai, serta potensi pencabutan sanksi terhadap Rusia dan pengurangan ketegangan perdagangan global dapat memberikan dukungan kuat bagi pasar minyak. Selain itu, kebijakan moneter yang lebih longgar di negara-negara besar dan stabilitas ekonomi global dapat meningkatkan kebutuhan energi, yang pada gilirannya mendukung harga minyak yang lebih tinggi.

Namun, risiko tetap ada, termasuk kemungkinan ketegangan politik, perubahan kebijakan ekonomi, atau gangguan pasokan yang dapat mempengaruhi harga minyak dalam waktu singkat. Oleh karena itu, meskipun prospek jangka panjang untuk minyak tetap optimis, pasar tetap harus berhati-hati terhadap potensi pergeseran yang dapat terjadi di pasar energi global.

Kesimpulan

Harga minyak mentah WTI pada 14 Februari 2025 menunjukkan tren yang beragam, dengan penurunan 0,8% pada hari Jumat tetapi mengalami kenaikan 1% untuk minggu ini. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pasar minyak termasuk harapan kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, potensi pencabutan sanksi terhadap Rusia, dan penundaan tarif perdagangan antara AS dan China. Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan terhadap Iran dan peningkatan permintaan global juga memberikan dampak signifikan pada harga minyak. Meskipun volatilitas tetap ada, pasar minyak tetap memiliki potensi untuk stabil dan tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan global dan kebijakan ekonomi yang lebih kondusif.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!