Bestprofit | Minyak Naik di Tengah Lonjakan Permintaan
Bestprofit (8/7) – Harga minyak mentah naik lebih dari 1% pada perdagangan hari Senin (07/7), didorong oleh meningkatnya permintaan meskipun ada kekhawatiran atas kenaikan produksi dari kelompok produsen OPEC+ serta ketidakpastian terkait kebijakan tarif baru Amerika Serikat. Investor tampak lebih fokus pada prospek konsumsi energi global, terutama dari Amerika Serikat, di tengah libur panjang Hari Kemerdekaan.
Kenaikan ini menandai pemulihan signifikan dari penurunan tajam yang terjadi di awal sesi, mencerminkan optimisme pasar terhadap kekuatan permintaan global di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian perdagangan.
Harga Minyak Rebound dari Posisi Terendah
Minyak mentah Brent berjangka mengalami kenaikan sebesar 79 sen atau 1,2%, diperdagangkan pada level $69,08 per barel pada pukul 02:05 p.m. ET (18:05 GMT). Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat naik 29 sen atau 0,4%, menjadi $67,29 per barel. Kedua patokan harga sempat merosot ke level masing-masing $67,22 dan $65,40 di awal sesi sebelum pulih menjelang penutupan.
Pergerakan harga ini mencerminkan dinamika pasar yang sangat sensitif terhadap perkembangan geopolitik, kebijakan produksi, dan sinyal permintaan energi dunia. Menurut para analis, rebound harga sebagian besar ditopang oleh data permintaan yang solid menjelang musim panas di Amerika Utara.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Permintaan Musiman Mengangkat Sentimen Pasar
Meningkatnya permintaan dari sektor transportasi dan perjalanan di AS menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak. Statistik industri menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang bepergian untuk liburan Hari Kemerdekaan melalui darat dan udara mencapai rekor tertinggi. Hal ini mendongkrak proyeksi konsumsi bensin dan bahan bakar jet, dua produk utama yang berbasis minyak mentah.
Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, mengatakan bahwa meskipun pasokan global mengalami peningkatan, lonjakan permintaan berhasil menjaga harga tetap stabil dan bahkan naik. “Gambaran pasokan jelas terlihat meningkat, namun permintaan yang lebih kuat tetap di atas ekspektasi juga,” katanya.
Produksi OPEC+ Naik: Risiko atau Kesempatan?
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), pada Sabtu lalu, menyepakati peningkatan produksi sebesar 548.000 barel per hari (bph) untuk bulan Agustus, lebih tinggi dari kenaikan rata-rata 411.000 bph selama tiga bulan sebelumnya.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi bertahap untuk mengembalikan produksi ke level pra-pandemi. Menurut catatan RBC Capital yang dipimpin oleh Helima Croft, keputusan tersebut akan membawa kembali hampir 80% dari pemotongan sukarela sebesar 2,2 juta bph dari delapan negara OPEC.
Namun kenyataannya, realisasi peningkatan produksi masih tertinggal dari target. Analis menyebut bahwa sebagian besar pasokan tambahan berasal dari Arab Saudi, sementara beberapa anggota OPEC lainnya menghadapi kendala logistik dan kapasitas yang menghambat produksi mereka.
Arab Saudi Naikkan Harga Jual ke Asia
Menunjukkan kepercayaan terhadap permintaan yang kuat, Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) minyak Arab Light untuk Asia pada bulan Agustus ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kenaikan ini menunjukkan bahwa Riyadh memperkirakan permintaan di Asia akan tetap solid, bahkan ketika ada kekhawatiran akan perlambatan ekonomi akibat ketegangan perdagangan global.
Langkah ini juga dipandang sebagai sinyal bahwa produsen utama dunia bersiap menghadapi harga minyak yang lebih tinggi dalam jangka menengah, jika permintaan terus melampaui pasokan.
Ketidakpastian Tarif AS Masih Membayangi
Di sisi lain, pasar tetap dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan perdagangan AS. Pemerintahan Presiden Trump belum memberikan rincian tentang tarif baru yang akan diberlakukan, meskipun sebelumnya mengisyaratkan adanya kenaikan terhadap beberapa negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan.
Pejabat AS menyatakan bahwa akan ada pengumuman dalam 48 jam ke depan mengenai kebijakan perdagangan, dengan batas waktu negosiasi pada 9 Juli. “Kotak masuk saya penuh dengan tawaran terakhir dari negara-negara mitra,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Analis mencemaskan bahwa tarif yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan pada akhirnya menurunkan permintaan energi, termasuk minyak mentah.
Namun, perpanjangan tenggat waktu tarif dan nada yang lebih moderat dari Washington sedikit meredakan kekhawatiran tersebut. Jeffrey McGee dari Makai Marine Advisors menyebut bahwa AS terlihat menjauh dari “tarif hukuman”, yang membantu mengangkat sentimen pasar yang sempat suram sejak April.
Ketegangan Geopolitik Menambah Ketidakpastian
Selain faktor ekonomi, geopolitik turut memengaruhi harga minyak. Kelompok Houthi Yaman yang didukung Iran mengklaim telah menenggelamkan sebuah kapal kargo di Laut Merah menggunakan kombinasi tembakan, roket, dan kapal kendali jarak jauh bermuatan bahan peledak. Ini merupakan serangan laut pertama yang diketahui tahun ini, memperburuk situasi keamanan di kawasan strategis bagi pengiriman minyak.
Sementara itu, dinamika Timur Tengah semakin kompleks. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu Presiden Trump di Gedung Putih untuk membahas isu Gaza dan pembebasan sandera, di tengah upaya AS menjadi mediator antara Israel dan Hamas.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa Iran bersedia berdialog dengan AS untuk menyelesaikan perbedaan, tetapi kepercayaan menjadi tantangan besar menyusul serangan udara oleh AS dan Israel terhadap wilayahnya.
Proyeksi ke Depan: Apakah Harga Akan Terus Naik?
Analis Goldman Sachs memperkirakan OPEC+ akan mengumumkan peningkatan produksi sebesar 550.000 barel per hari lagi dalam pertemuan berikutnya pada 3 Agustus. Namun, jika realisasi pasokan tetap tertinggal dan permintaan tidak surut, harga minyak berpotensi naik lebih tinggi.
Kombinasi antara ketegangan geopolitik, pertumbuhan permintaan, dan kebijakan perdagangan AS akan menjadi faktor penentu dalam pergerakan harga minyak dalam beberapa pekan ke depan. Volatilitas kemungkinan tetap tinggi karena pasar mencoba menyeimbangkan ekspektasi permintaan dengan ketidakpastian pasokan dan regulasi.
Kesimpulan
Harga minyak berhasil naik lebih dari 1% pada Senin, mencerminkan optimisme pasar terhadap permintaan yang kuat meskipun ada kekhawatiran atas kenaikan produksi OPEC+ dan ketidakjelasan tarif AS. Momentum libur nasional di AS menjadi pendorong utama peningkatan konsumsi, sementara langkah Arab Saudi menaikkan harga jual juga menunjukkan keyakinan terhadap prospek pasar.
Namun, ketidakpastian dari sisi geopolitik dan kebijakan perdagangan masih menjadi risiko utama. Investor dan pelaku pasar akan terus mencermati keputusan OPEC+, pengumuman dari pemerintah AS, serta dinamika di Timur Tengah untuk menentukan arah pergerakan harga minyak dalam waktu dekat.















