BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Naik Karena Ketegangan Lebanon dan OPEC+

Bestprofit (4/12) – Harga minyak mengalami lonjakan lebih dari 2% pada Selasa, 3 Desember 2024, didorong oleh ketegangan politik di Timur Tengah, khususnya yang melibatkan Israel dan Lebanon, serta pengumuman yang semakin dekat terkait dengan kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi oleh OPEC+. Harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global, tercatat naik sebesar $1,79, atau 2,5%, menjadi $73,62 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami lonjakan yang signifikan, naik $1,84, atau 2,7%, menjadi $69,94 per barel. Kenapa harga minyak bisa bergerak begitu tajam? Mari kita ulas lebih lanjut penyebab lonjakan harga minyak ini.

Ketegangan di Timur Tengah Meningkatkan Kekhawatiran Pasar Minyak

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak adalah ketegangan politik yang meningkat di Timur Tengah, khususnya yang melibatkan Israel dan Lebanon. Pada 3 Desember, pasukan Israel mengancam akan menyerang Lebanon lebih lanjut jika gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah gagal ditegakkan. Ini adalah kelanjutan dari serangan-serangan yang telah dilakukan oleh Israel terhadap apa yang mereka sebut sebagai pejuang Hizbullah di Lebanon, yang dianggap telah melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati beberapa waktu lalu.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Meskipun konflik ini belum menyebabkan gangguan langsung terhadap pasokan minyak, ketegangan yang meningkat dapat menyebabkan ketidakpastian di pasar minyak global. Ketegangan di kawasan tersebut sering kali menambah volatilitas harga minyak karena Timur Tengah adalah rumah bagi sejumlah besar cadangan minyak dunia dan jalur transportasi energi yang vital. Jika ketegangan ini berkembang lebih jauh, maka ada potensi gangguan pasokan yang bisa mendorong harga minyak lebih tinggi. Lebanon, meskipun tidak menjadi penghasil minyak utama, berada di wilayah yang dekat dengan sejumlah negara besar penghasil minyak, seperti Arab Saudi, Iran, dan Irak. Oleh karena itu, ketegangan antara Israel dan Hizbullah memicu kekhawatiran pasar tentang potensi eskalasi yang lebih besar di kawasan tersebut, terutama jika Iran, yang merupakan sekutu Hizbullah, terlibat lebih jauh dalam konflik tersebut.

OPEC+ Mempersiapkan Perpanjangan Pemangkasan Produksi

Selain ketegangan politik di Timur Tengah, faktor lain yang turut mendorong lonjakan harga minyak adalah prospek perpanjangan pemangkasan produksi oleh OPEC+ yang diperkirakan akan diumumkan dalam pertemuan pada Kamis (5/12). OPEC+, yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak utama di dunia, termasuk Arab Saudi dan Rusia, telah berusaha untuk mengurangi pasokan minyak global guna menjaga kestabilan harga. Keputusan untuk memperpanjang pemangkasan pasokan hingga akhir kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan akan mengurangi surplus pasokan yang ada di pasar dan memperlambat penurunan harga minyak yang sudah terjadi. Meskipun harga minyak Brent saat ini diperdagangkan hampir 6% lebih rendah dari rata-rata jangka panjang, langkah OPEC+ untuk menahan produksi dapat menambah tekanan terhadap pasokan global dan mencegah penurunan harga lebih lanjut. Organisasi ini telah memperkenalkan kebijakan pemangkasan produksi untuk menanggapi prospek surplus pasokan di pasar minyak yang dapat mengarah pada penurunan harga lebih lanjut. Dengan memperpanjang kebijakan tersebut, OPEC+ berharap dapat menstabilkan pasar, meskipun ketegangan geopolitik dan dinamika permintaan global dapat mempengaruhi dampaknya.

Pemantauan Ketegangan Iran-Israel di Pasar Minyak

Selain ketegangan antara Israel dan Hizbullah, para pedagang juga akan memperhatikan ketegangan yang terus berkembang antara Israel dan Iran. Iran, sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia, memiliki pengaruh besar terhadap pasar energi global. Ketegangan antara kedua negara ini dapat menyebabkan gangguan pasokan energi, mengingat Iran mengontrol Selat Hormuz, yang merupakan jalur pengiriman minyak utama dunia. Analis UBS Giovanni Staunovo mencatat bahwa meskipun konflik Lebanon saat ini belum mempengaruhi pasokan minyak langsung, pasar minyak tetap cemas dengan potensi eskalasi lebih lanjut, terutama antara Iran dan Israel. Pedagang minyak akan terus memantau perkembangan ini dengan seksama, karena ketegangan yang lebih lanjut dapat mendorong harga minyak untuk naik lebih tinggi, mengingat potensi gangguan pasokan energi dari kawasan tersebut.

Dampak Pemangkasan OPEC+ terhadap Pasar Energi

OPEC+ memainkan peran kunci dalam stabilisasi pasar energi global. Kelompok ini memproduksi sekitar setengah dari total minyak dunia, sehingga keputusan mereka untuk memotong atau memperpanjang produksi dapat mempengaruhi pasokan global. Dalam hal ini, keputusan untuk memperpanjang pemangkasan pasokan dapat berfungsi sebagai penyangga terhadap penurunan harga minyak yang lebih dalam. Meskipun pasar minyak global masih menghadapi prospek surplus pasokan yang dapat menekan harga, OPEC+ berusaha untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan dengan cara mengurangi produksi. Langkah ini penting karena harga minyak yang rendah dapat mengurangi pendapatan negara penghasil minyak yang sangat bergantung pada ekspor energi, seperti Arab Saudi dan Rusia. Dengan perpanjangan pemangkasan pasokan yang diperkirakan, OPEC+ berusaha menjaga pasar tetap seimbang dan memastikan bahwa harga minyak tidak jatuh terlalu rendah. Hal ini diharapkan dapat mencegah dampak negatif terhadap perekonomian negara-negara penghasil minyak serta menjaga stabilitas harga minyak di pasar global.

Prospek Harga Minyak di Tahun 2025

Melihat proyeksi ke depan, harga minyak kemungkinan akan tetap rentan terhadap berbagai faktor, baik dari sisi geopolitik maupun keputusan kebijakan dari OPEC+. Ketegangan yang terus berlangsung di Timur Tengah, terutama yang melibatkan Israel, Lebanon, dan Iran, akan terus menjadi pemicu volatilitas harga minyak. Selain itu, keputusan OPEC+ yang terus menjaga kebijakan pemangkasan produksi akan membantu mencegah terjadinya penurunan harga yang tajam. Namun, faktor-faktor ekonomi lainnya, seperti pertumbuhan permintaan global dan perubahan kebijakan energi di negara-negara besar konsumen minyak, juga akan memengaruhi arah harga minyak di tahun 2025. Para analis memperkirakan bahwa meskipun ada potensi lonjakan harga akibat ketegangan geopolitik, faktor-faktor ekonomi seperti pemulihan pasca-pandemi dan kebijakan energi transisi akan terus memengaruhi permintaan minyak di pasar.

Kesimpulan

Harga minyak yang naik lebih dari 2% pada Selasa, 3 Desember 2024, dipicu oleh ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, khususnya terkait dengan ancaman serangan Israel terhadap Lebanon, serta prospek perpanjangan pemangkasan pasokan oleh OPEC+. Meskipun ketegangan tersebut tidak mengganggu pasokan minyak secara langsung, pasar tetap khawatir dengan potensi eskalasi yang dapat memengaruhi pasar energi global. Keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pemangkasan produksi juga diperkirakan akan membatasi surplus pasokan dan mendukung harga minyak. Pasar akan terus memantau perkembangan ini dan dampaknya terhadap harga minyak global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!