BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Naik, Pasar Respon Sanksi Iran

Bestprofit (23/4) – Harga minyak dunia mengalami kenaikan signifikan pada hari Selasa (22/4), ditopang oleh kombinasi sanksi baru dari Amerika Serikat terhadap Iran dan penguatan di pasar ekuitas global. Pemulihan harga ini terjadi setelah aksi jual tajam pada sesi perdagangan sebelumnya, yang dipicu oleh kekhawatiran atas kebijakan suku bunga AS dan perkembangan negosiasi nuklir antara AS dan Iran.

Kenaikan Harga Minyak Brent dan WTI

Harga minyak mentah Brent naik sebesar $1,18 atau sekitar 1,8% menjadi $67,44 per barel. Sementara itu, kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei naik sebesar $1,23 atau 2% menjadi $64,32 per barel, sebelum kontrak tersebut berakhir pada penutupan sesi. Kontrak WTI untuk Juni, yang kini lebih aktif diperdagangkan, juga mencatatkan kenaikan serupa menjadi $63,47 per barel.

Kenaikan ini menandai pemulihan yang cukup tajam dari penurunan harga lebih dari 2% yang terjadi pada hari Senin. Lonjakan harga ini mencerminkan reaksi pasar terhadap perkembangan geopolitik serta pergerakan di pasar saham yang memengaruhi sentimen investor terhadap aset berisiko seperti minyak.

Bestprofit | Pasar Minyak Tenang, Tarif AS Jadi Sorotan

Sanksi Baru AS terhadap Iran: Tekanan pada Pasokan Global

Pendorong utama reli harga minyak adalah pengumuman sanksi baru oleh pemerintah AS terhadap Iran. Washington menargetkan industri gas minyak cair dan pengiriman minyak mentah Iran serta jaringan perusahaan terkait, dalam upaya memperketat tekanan terhadap ekspor energi negara tersebut.

John Kilduff, mitra di Again Capital yang berbasis di New York, mengatakan bahwa meskipun pembicaraan nuklir antara AS dan Iran menunjukkan kemajuan, belum adanya kesepakatan konkret dapat mengarah pada skenario di mana aliran minyak dari Iran benar-benar dihentikan.

“Entah kesepakatan nuklir disetujui atau AS mencoba mendorong aliran minyak Iran ke nol, dan itu semakin tampak seperti skenario aliran nol,” ujarnya.

Ketidakpastian ini memperkuat kekhawatiran akan pasokan global yang lebih ketat, khususnya jika Iran, salah satu produsen utama OPEC, benar-benar tidak bisa lagi mengekspor minyak secara legal.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penguatan Pasar Ekuitas Dorong Selera Risiko

Di sisi lain, penguatan pasar saham global turut mendukung kenaikan harga minyak. Saham-saham di AS menguat pada hari Selasa karena para investor mulai kembali fokus pada laporan pendapatan perusahaan, sehari setelah aksi jual besar yang dipicu oleh komentar Presiden Trump tentang Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Menurut analis dari Mizuho, Robert Yawger, pasar ekuitas yang kuat mencerminkan meningkatnya selera risiko investor, yang biasanya berkorelasi positif dengan harga minyak.

“Pasar ekuitas yang bangkit menunjukkan bahwa investor merasa lebih percaya diri, dan itu mendukung pasar minyak,” jelas Yawger.

Sinyal pemulihan ini membantu harga minyak bangkit dari penurunan sebelumnya, meskipun masih dibayangi oleh kekhawatiran jangka panjang terkait pertumbuhan ekonomi global.

Tarif dan Ketegangan Dagang Tetap Jadi Risiko Utama

Kekhawatiran terhadap kebijakan tarif AS dan ketegangan dagang global masih menjadi ancaman besar bagi prospek harga minyak dalam jangka menengah hingga panjang. Dana Moneter Internasional (IMF) pada hari Selasa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025, mengutip tarif tertinggi dalam seabad terakhir serta ketegangan yang meningkat antara AS dan China.

Marcus McGregor, kepala riset komoditas di Conning, menjelaskan bahwa tarif dan hambatan dagang memiliki dampak langsung pada permintaan energi global.

“(Tarif AS) berisiko memperlambat perdagangan global, mengganggu rantai pasokan, dan meningkatkan biaya di seluruh industri utama yang mengonsumsi energi – yang semuanya dapat secara signifikan mengurangi permintaan minyak,” katanya.

Meskipun Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan optimisme bahwa ketegangan dengan China dapat diredakan, ia juga menegaskan bahwa proses negosiasi belum dimulai dan kemungkinan besar akan menjadi proses yang panjang dan sulit.

Ekspektasi Persediaan AS Turun: Dukungan Tambahan untuk Harga

Faktor lain yang mendukung harga minyak adalah proyeksi penurunan stok minyak mentah AS dalam laporan mingguan yang akan dirilis. Jajak pendapat Reuters pada hari Selasa menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS diperkirakan mengalami penurunan, yang biasanya menjadi sinyal positif bagi pasar karena menunjukkan adanya peningkatan permintaan atau pengurangan pasokan.

Jika data resmi dari Energy Information Administration (EIA) yang dirilis kemudian mengonfirmasi penurunan tersebut, harga minyak kemungkinan akan terus mendapatkan dorongan tambahan.

Rusia Turunkan Proyeksi Harga Minyak Tahun 2025

Sementara itu, pemerintah Rusia melalui kementerian ekonominya menurunkan proyeksi harga rata-rata minyak mentah Brent untuk tahun 2025 hampir 17% dari perkiraan yang mereka buat pada bulan September sebelumnya. Revisi ini menunjukkan pandangan yang lebih hati-hati dari Rusia terhadap pasar energi global dalam jangka panjang, seiring ketidakpastian yang terus membayangi.

Langkah ini bisa menjadi sinyal bahwa negara-negara produsen minyak sedang bersiap menghadapi kemungkinan permintaan yang melemah atau perubahan struktural dalam pasar energi global, termasuk transisi ke energi terbarukan dan kebijakan lingkungan yang lebih ketat.


Kesimpulan: Pasar Minyak Masih Volatil, Tapi Faktor Pendukung Muncul

Harga minyak dunia menunjukkan pemulihan yang kuat pada hari Selasa, ditopang oleh sanksi baru AS terhadap Iran, penguatan pasar saham, dan potensi penurunan stok minyak AS. Namun, kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global, ketegangan dagang, serta prospek kebijakan tarif AS masih membayangi pasar.

Investor dan analis tetap berhati-hati, menyadari bahwa pemulihan harga saat ini dapat dengan cepat berbalik jika perkembangan geopolitik atau ekonomi berubah secara drastis. Ketidakpastian yang tinggi membuat harga minyak tetap rentan terhadap berita dan kebijakan baru, menjadikannya salah satu komoditas paling volatil di pasar global saat ini.