BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Naik, Trump Tekan Iran

Bestprofit (26/6) – Harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis setelah pernyataan Presiden Donald Trump yang menegaskan kelanjutan kampanye tekanan maksimum terhadap Iran, di tengah laporan penurunan besar stok minyak mentah Amerika Serikat. Sinyal geopolitik dan data fundamental pasar ini mendorong investor untuk kembali optimis, meskipun ketidakpastian masih menyelimuti pasar energi global.

Kenaikan Harga Pasca Pernyataan Trump

Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kembali menembus di atas $65 per barel, mencatat kenaikan 0,9% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah Brent ditutup mendekati $68 per barel, menandai rebound dari penurunan tajam yang terjadi pada awal pekan.

Kenaikan ini dipicu oleh pernyataan langsung dari Presiden AS Donald Trump yang menegaskan bahwa ia tidak akan mundur dari strategi tekanan maksimum terhadap Iran, khususnya sektor minyak negara tersebut.

“Saya tidak menyerah,” kata Trump, merujuk pada kebijakan yang secara eksplisit menargetkan pendapatan minyak Iran atau apa yang disebut sebagai “petrodolar Teheran.”

Pernyataan ini memberikan sinyal kuat bahwa sanksi terhadap Iran akan tetap berlaku dan kemungkinan tidak akan dilonggarkan dalam waktu dekat, meskipun ada indikasi bahwa pembicaraan diplomatik bisa terjadi dalam waktu dekat.

Bestprofit | Gencatan Senjata Tekan Harga Minyak 6%

Iran dan AS: Ketegangan Berlanjut di Tengah Gencatan Senjata

Sebelumnya, harga minyak sempat mengalami penurunan dua hari terbesar sejak 2022, menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Langkah tersebut sempat meredakan kekhawatiran investor akan gangguan pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah—salah satu wilayah kunci produksi dan distribusi energi global.

Namun, komentar Trump yang menyatakan bahwa konflik “secara efektif berakhir” setelah pemboman AS terhadap situs nuklir Iran menjadi pernyataan kontroversial yang memperkeruh situasi. Meskipun ada sinyal gencatan senjata, prospek ketegangan geopolitik tetap tinggi, dan ini terus menciptakan tekanan psikologis terhadap pasar minyak.

Di saat yang sama, Trump juga menyebut bahwa pembicaraan lebih lanjut dengan Iran mungkin akan berlangsung minggu depan. Hal ini menciptakan ambiguitas: di satu sisi, diplomasi membuka peluang stabilisasi pasar; namun di sisi lain, tekanan ekonomi terhadap Iran tetap menjadi kebijakan resmi Washington.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Stok Minyak Mentah AS Turun Tajam

Selain ketegangan geopolitik, pasar juga mendapat dorongan dari data fundamental yang menunjukkan penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS. Data pemerintah menunjukkan bahwa stok minyak mentah turun selama lima minggu berturut-turut, kali ini menyusut sebesar 5,84 juta barel, menjadi level terendah musiman dalam 11 tahun terakhir.

Penurunan persediaan ini menandakan bahwa permintaan domestik tetap kuat, atau bahwa pasokan tetap ketat di tengah potensi gangguan pasokan global. Bahkan, di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, stok juga mengalami penurunan tiga minggu berturut-turut, menyentuh level terendah sejak Februari.

Data ini memperkuat keyakinan investor bahwa pasar minyak bisa kembali menuju keseimbangan pasokan-permintaan, yang dalam beberapa bulan terakhir sempat terganggu oleh ketidakpastian geopolitik, fluktuasi ekonomi global, dan kebijakan produksi yang hati-hati dari OPEC+.

OPEC+ dan Prospek Produksi: Fokus ke Pertemuan 6 Juli

Fokus pasar kini beralih ke pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 6 Juli 2025. Dalam pertemuan ini, aliansi produsen minyak terbesar dunia akan memutuskan arah kebijakan produksi untuk bulan Agustus.

Menurut laporan yang beredar, Rusia dikabarkan terbuka terhadap kenaikan produksi, apabila aliansi menganggap bahwa permintaan pasar mendukung langkah tersebut. Namun, keputusan ini masih sangat tergantung pada dinamika harga, perkembangan geopolitik, serta tekanan dari negara konsumen utama.

OPEC+ selama ini telah memainkan peran penting dalam menyeimbangkan pasar dengan menyesuaikan tingkat produksi berdasarkan fluktuasi global. Di tengah potensi meningkatnya permintaan pada paruh kedua tahun ini, pasar berharap OPEC+ bisa bertindak bijak dalam menjaga kestabilan harga tanpa menciptakan oversupply.

Faktor Tambahan: Musim Panas dan Konsumsi Energi

Selain geopolitik dan kebijakan produksi, musim panas di belahan bumi utara juga mulai berdampak pada permintaan energi, terutama di sektor transportasi. Konsumsi bensin dan bahan bakar jet cenderung meningkat di musim ini, yang dapat mempercepat penurunan stok minyak jika pasokan tidak ditambah.

Beberapa analis memperkirakan bahwa permintaan minyak global bisa meningkat sekitar 2 juta barel per hari selama bulan Juli dan Agustus, menjadikannya periode krusial bagi produsen minyak untuk menyesuaikan volume produksi dan distribusi mereka.

Sentimen Pasar Masih Rentan

Meskipun harga minyak menunjukkan pemulihan, sentimen pasar tetap rapuh. Harga minyak sangat sensitif terhadap setiap berita mengenai Iran, Israel, dan AS. Potensi sanksi tambahan atau gangguan pasokan dari Selat Hormuz, misalnya, dapat langsung mendorong lonjakan harga dalam waktu singkat.

Di sisi lain, pernyataan diplomatik yang membuka peluang perundingan damai dapat membuat harga berbalik turun, menciptakan volatilitas yang tinggi. Dengan latar belakang ini, para pelaku pasar dihadapkan pada dilema: apakah akan berspekulasi terhadap kenaikan harga atau menunggu kepastian arah kebijakan internasional.

Kesimpulan: Minyak Menguat di Tengah Campuran Sentimen

Harga minyak yang naik tipis di atas $65 untuk WTI dan mendekati $68 untuk Brent mencerminkan keseimbangan rapuh antara faktor fundamental dan geopolitik. Pernyataan Presiden Trump tentang kelanjutan tekanan terhadap Iran menjadi pendorong utama sentimen bullish, yang diperkuat oleh data penurunan stok minyak mentah AS.

Namun, prospek jangka pendek hingga menengah masih akan sangat bergantung pada:

  • Arah pembicaraan AS-Iran minggu depan

  • Keputusan OPEC+ pada pertemuan 6 Juli

  • Data konsumsi energi musiman

  • Perkembangan geopolitik di Timur Tengah

Investor dan analis akan terus mencermati faktor-faktor ini untuk menentukan posisi pasar selanjutnya. Yang pasti, minyak kembali menjadi pusat perhatian global, dan setiap pernyataan atau kebijakan bisa menggerakkan harga secara signifikan dalam waktu singkat.Jika Anda ingin artikel ini dibuat dalam versi yang lebih ringan atau populer untuk keperluan blog atau media sosial, saya bisa bantu ubah gaya penulisannya.