BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Naik Usai Kesepakatan Dagang

Bestprofit (7/5) – Harga minyak dunia melanjutkan tren penguatannya setelah melonjak lebih dari 3% dalam sesi sebelumnya. Pemulihan ini dipicu oleh kesepakatan Amerika Serikat dan Tiongkok untuk melanjutkan perundingan dagang, memberi harapan baru bahwa konflik perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut akan mereda.

West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, mendekati angka $60 per barel, sementara Brent, patokan minyak internasional, berhasil menembus level $62 per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir.

Bestprofit | Minyak Tertekan Pasokan OPEC+

Kesepakatan Dagang: Titik Balik Ketegangan AS-Tiongkok

Langkah diplomatik antara AS dan Tiongkok ini menjadi angin segar bagi pasar energi global. Setelah berbulan-bulan mengalami ketegangan, kedua negara sepakat untuk kembali ke meja perundingan. Perwakilan dari Departemen Keuangan dan Perdagangan AS dijadwalkan melakukan perjalanan ke Swiss pekan ini untuk bertemu dengan delegasi Tiongkok.

Pertemuan ini merupakan diskusi resmi pertama sejak Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tambahan besar-besaran pada produk Tiongkok, yang sempat mengguncang pasar global. Dengan dimulainya kembali dialog, pelaku pasar menilai bahwa potensi penurunan eskalasi perang dagang dapat meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi global, yang pada akhirnya mendorong permintaan energi, termasuk minyak mentah.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Lonjakan Harga Minyak: WTI dan Brent Pulih Tajam

Pada hari Selasa, harga WTI mencatatkan kenaikan harian tertajam dalam hampir tiga minggu, menunjukkan reaksi pasar yang sangat positif terhadap perkembangan geopolitik ini. Brent, yang sering dijadikan acuan harga minyak global, berhasil ditutup di atas $62 per barel, sebuah pencapaian signifikan setelah beberapa pekan mengalami tekanan.

Kenaikan harga ini menunjukkan bahwa pasar kembali memperhitungkan skenario pemulihan ekonomi global. Dengan perdagangan internasional yang membaik, aktivitas industri dan transportasi diperkirakan meningkat, yang berarti konsumsi bahan bakar juga akan naik.

Tekanan dari Sisi Pasokan: Tantangan dari OPEC+ dan Produksi Global

Meski sentimen pasar saat ini lebih positif, harga minyak mentah masih menghadapi sejumlah tantangan struktural dari sisi pasokan. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), yang selama ini membatasi produksi untuk mendukung harga, justru kini berencana untuk meningkatkan pasokan.

Langkah OPEC+ ini dipandang sebagai hambatan baru bagi harga minyak, terutama jika peningkatan pasokan dilakukan sebelum permintaan benar-benar pulih. Tekanan semacam ini dapat memperlemah pemulihan harga, terutama jika disertai dengan pertumbuhan produksi dari negara-negara non-OPEC seperti AS dan Kanada.

Dampak Terhadap Produksi Minyak Serpih AS

Produsen minyak serpih (shale oil) AS juga mulai merasakan tekanan dari fluktuasi harga yang tajam. Menurut Diamondback Energy Inc., salah satu produsen independen terbesar di Permian Basin, penurunan harga minyak belakangan ini bisa menyebabkan perlambatan atau bahkan penurunan produksi shale.

Produksi minyak serpih sangat sensitif terhadap harga karena biaya operasional yang tinggi. Jika harga jatuh di bawah titik impas, perusahaan bisa memilih untuk mengurangi aktivitas pengeboran. Hal ini pada akhirnya bisa menciptakan keseimbangan pasokan di pasar global, namun dalam jangka pendek bisa menambah ketidakpastian.

Persediaan Minyak AS Turun: Sinyal Positif Tambahan

Data dari American Petroleum Institute (API), sebuah asosiasi industri energi, menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun sebesar 4,49 juta barel pada pekan lalu. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan global dan menunjukkan peningkatan permintaan domestik.

Tak hanya itu, stok minyak juga dilaporkan menurun di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma. Penurunan persediaan ini memberi sinyal bahwa pasar fisik minyak AS sedang mengencang, mendukung tren harga yang sedang naik.

Faktor Makroekonomi Global yang Mempengaruhi Harga Minyak

Seiring membaiknya hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok, pelaku pasar juga mulai memantau indikator ekonomi global lainnya seperti pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, dan aktivitas industri. Semua faktor ini berperan dalam menentukan tingkat permintaan energi dunia.

Pemulihan ekonomi Tiongkok secara khusus menjadi fokus penting, mengingat negara tersebut merupakan konsumen energi terbesar kedua di dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur dan sektor jasa di Tiongkok menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, yang memperkuat pandangan bahwa permintaan minyak dari Asia bisa meningkat kembali dalam waktu dekat.

Outlook Harga Minyak: Optimisme vs Realitas Pasar

Meskipun kenaikan harga minyak saat ini didorong oleh optimisme pasar, banyak analis memperingatkan bahwa volatilitas masih akan tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Ketidakpastian seputar hasil konkret dari perundingan dagang, serta dinamika baru dari sisi produksi global, akan terus menjadi faktor penentu.

Investor disarankan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan kemunduran dalam pembicaraan dagang atau kebijakan tak terduga dari OPEC+. Selain itu, respons pasar terhadap data ekonomi makro dan laporan persediaan mingguan juga akan memberikan arahan jangka pendek bagi harga minyak.

Kesimpulan: Pasar Minyak Kembali Bergairah, Tapi Masih Rentan

Harga minyak mentah dunia mengalami kebangkitan yang signifikan setelah kabar positif mengenai kelanjutan dialog dagang antara AS dan Tiongkok. Harapan akan meredanya ketegangan perdagangan global meningkatkan kepercayaan investor terhadap permintaan energi ke depan.

Namun, kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan global dan ketidakpastian kebijakan produsen besar seperti OPEC+ masih membayangi. Selain itu, dinamika produksi minyak serpih AS dan fluktuasi data persediaan juga berpotensi menciptakan volatilitas dalam jangka pendek.

Dengan banyaknya faktor yang saling bertentangan ini, pasar minyak mentah diperkirakan akan tetap dinamis dan penuh tantangan dalam waktu dekat, meski prospek jangka menengahnya terlihat lebih cerah dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.