BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Tertekan Pasokan OPEC+

Bestprofit (6/5) – Harga minyak dunia menunjukkan stabilitas relatif setelah mengalami tekanan jual tajam sebelumnya. Meski sempat turun 2% pada awal pekan, harga minyak mentah kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Namun, prospek pasokan yang lebih besar dari kelompok OPEC+ dan ketegangan geopolitik serta perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok menambah lapisan ketidakpastian terhadap arah pasar minyak ke depan.

Harga Minyak Pulih Setelah Penurunan Awal

Pada perdagangan terakhir, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di atas level $57 per barel setelah anjlok 2% pada hari Senin. Di sisi lain, minyak mentah Brent, acuan global, menutup sesi di dekat $60 per barel. Meskipun menunjukkan stabilitas, harga kedua benchmark utama ini masih jauh dari posisi tertingginya pada tahun ini.

Penurunan tajam harga awal pekan ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, salah satunya adalah kekhawatiran pasar terhadap peningkatan produksi oleh negara-negara penghasil minyak dalam kelompok OPEC+.

Bestprofit | Minyak Stabil, Reli Ekuitas AS Imbangi Kekhawatiran Ekonomi

OPEC+ dan Masalah Kedisiplinan Produksi

OPEC+ yang terdiri dari negara-negara OPEC dan beberapa produsen non-OPEC seperti Rusia, semula menyepakati pemangkasan produksi untuk menstabilkan pasar. Namun, laporan terbaru mengindikasikan bahwa beberapa anggota tidak sepenuhnya mematuhi kuota produksi yang telah disepakati.

Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto OPEC, memperingatkan bahwa produksi bisa meningkat lebih lanjut jika anggota-anggota yang kelebihan produksi tidak kembali ke batas yang telah ditentukan. Delegasi yang mengetahui langsung kebijakan internal menyebut bahwa Arab Saudi akan mengambil tindakan keras terhadap ketidakpatuhan tersebut, menyusul keputusan Riyadh untuk meningkatkan produksi minyak secara signifikan pada bulan Juni.

Ketidakpatuhan ini berpotensi menenggelamkan upaya OPEC+ dalam menyeimbangkan pasar, sehingga membebani prospek harga minyak jangka menengah hingga panjang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Tekanan Bearish dari Sisi Permintaan: Perang Dagang AS-Tiongkok

Selain dari sisi pasokan, ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok, terus menjadi faktor utama yang menekan harga minyak. Sengketa tarif yang berkepanjangan mengancam pertumbuhan ekonomi global, yang pada akhirnya berimplikasi pada permintaan energi, termasuk minyak.

Presiden AS Donald Trump mengindikasikan bahwa ia bersedia untuk mempertimbangkan penurunan tarif terhadap China “pada suatu saat,” namun ia juga menyatakan tidak memiliki rencana untuk berbicara langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam waktu dekat. Ketidakpastian ini menambah kekhawatiran investor bahwa konflik dagang bisa terus berlanjut, menunda pemulihan ekonomi dunia dan memperlambat konsumsi bahan bakar.

Level Harga Minyak Mendekati Titik Terendah Empat Tahun

Harga minyak berjangka kini berada dalam tekanan yang cukup berat dan mendekati level terendahnya dalam empat tahun terakhir. Jika tekanan pasokan dan permintaan terus berlanjut, maka tidak menutup kemungkinan harga minyak bisa jatuh lebih dalam, menembus support teknikal penting di sekitar $55 per barel untuk WTI dan $58 untuk Brent.

Para analis memperkirakan bahwa kombinasi dari kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan global akan terus menimbulkan tekanan negatif terhadap harga, kecuali jika ada kejutan positif seperti perjanjian dagang atau intervensi pasar dari OPEC+.

Tindakan Arab Saudi: Kenaikan Harga Minyak ke Asia

Menariknya, meskipun pasar global dibayangi oleh risiko kelebihan pasokan, Arab Saudi justru mengambil langkah menaikkan harga jual minyaknya ke pasar Asia. Langkah ini dipandang sebagai strategi untuk menjaga margin keuntungan di tengah kompetisi ketat, namun juga bisa menjadi sinyal bahwa Riyadh tetap yakin dengan prospek permintaan di Asia, khususnya dari negara-negara seperti India dan Tiongkok.

Namun demikian, kenaikan harga jual resmi (official selling price/OSP) ke Asia dapat menimbulkan resistensi pembeli dan meningkatkan daya saing produsen lain, seperti Rusia atau produsen shale oil di Amerika Serikat.

Ketidakpastian Global Membayangi Pasar Energi

Situasi saat ini mencerminkan bahwa pasar energi berada dalam titik yang sangat rapuh. Di satu sisi, produsen besar bergulat dengan kepatuhan produksi dan strategi harga. Di sisi lain, ketidakpastian global yang muncul dari faktor geopolitik, pandemi berkepanjangan, dan perlambatan ekonomi membuat proyeksi permintaan sulit diprediksi.

Bank-bank investasi besar seperti Goldman Sachs dan JP Morgan masih mempertahankan pandangan hati-hati terhadap harga minyak. Mereka menekankan pentingnya pemulihan ekonomi global yang solid sebagai syarat untuk reli harga yang berkelanjutan.

Apa yang Bisa Mengubah Arah Pasar?

Untuk membalikkan tren bearish ini, diperlukan pemicu eksternal yang signifikan. Beberapa faktor yang berpotensi mengubah arah pasar antara lain:

  1. Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok: Jika kedua negara menunjukkan itikad untuk meredakan ketegangan, sentimen pasar bisa langsung berubah positif, memicu lonjakan permintaan energi.

  2. Pemangkasan Produksi Tambahan dari OPEC+: Komitmen nyata dan implementasi disiplin produksi yang lebih ketat bisa membantu menyeimbangkan pasar dalam jangka menengah.

  3. Gangguan Pasokan Tak Terduga: Ketegangan geopolitik atau bencana alam yang menghambat produksi atau distribusi minyak bisa menjadi katalis kenaikan harga mendadak.

  4. Pemulihan Ekonomi yang Lebih Cepat dari Perkiraan: Jika data ekonomi utama menunjukkan percepatan pemulihan global, maka permintaan terhadap energi bisa meningkat, mendorong harga naik.

Kesimpulan: Stabil Tapi Rentan

Harga minyak dunia saat ini berada dalam kondisi stabil namun sangat rentan terhadap berbagai tekanan, baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Peningkatan produksi oleh OPEC+ dan ketidakpastian hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok menjadi dua faktor dominan yang menekan pasar. Meskipun harga menunjukkan tanda-tanda stabilisasi setelah penurunan tajam, tidak ada jaminan bahwa tren ini akan bertahan dalam jangka pendek.

Pelaku pasar dan investor disarankan untuk terus memantau perkembangan geopolitik dan keputusan OPEC+ dengan cermat, karena keduanya akan memainkan peran kunci dalam menentukan arah harga minyak ke depan.