BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Stabil, Reli Ekuitas AS Imbangi Kekhawatiran Ekonomi

Bestprofit (2/5) – Harga minyak mentah dunia cenderung stabil pada hari Kamis (1 Mei), ditopang oleh sentimen positif dari pasar ekuitas AS setelah laporan laba yang kuat dari raksasa teknologi Meta (NASDAQ:META) dan Microsoft (NASDAQ:MSFT). Namun, stabilitas harga ini juga diwarnai oleh sejumlah ketidakpastian, seperti penundaan pembicaraan nuklir AS-Iran, kekhawatiran atas ekonomi AS yang melambat, dan kemungkinan peningkatan produksi dari kelompok OPEC+.

Pergerakan Harga Minyak: Fluktuasi dalam Stabilitas

Pada pukul 12:30 siang waktu ET (1630 GMT), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tercatat turun 15 sen atau 0,3% menjadi $58,04 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent, patokan global, juga turun 18 sen atau 0,2% menjadi $60,90 per barel. Penurunan ini tergolong moderat jika dibandingkan dengan koreksi lebih dari 1% yang sempat terjadi sebelumnya di sesi perdagangan.

Meskipun harga terlihat stabil dalam jangka pendek, tren yang berkembang mencerminkan kondisi pasar energi global yang rentan terhadap sejumlah faktor geopolitik dan ekonomi.

Bestprofit | Harga Minyak Terendah dalam 2 Pekan

Dampak Laba Perusahaan Teknologi Terhadap Pasar Energi

Pendapatan kuartalan yang kuat dari Meta dan Microsoft memberikan dorongan signifikan pada pasar saham AS. Kinerja solid sektor teknologi meningkatkan selera risiko investor dan menciptakan sentimen pasar yang lebih positif secara umum.

Kenaikan indeks saham, seperti S&P 500 dan Nasdaq, berimbas pada harga komoditas seperti minyak karena investor lebih optimis terhadap prospek ekonomi dan permintaan energi global. Dengan kata lain, ketika saham menguat, pasar cenderung melihat masa depan yang lebih cerah, termasuk kemungkinan pemulihan permintaan energi pasca-pandemi dan ketegangan perdagangan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan AS-Iran: Pembicaraan Ditunda, Ketidakpastian Berlanjut

Salah satu faktor yang menahan penurunan harga minyak lebih dalam adalah penundaan pembicaraan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran. Putaran keempat yang dijadwalkan berlangsung di Roma ditunda tanpa kejelasan tanggal baru. Seorang pejabat senior Iran menyebutkan bahwa kelanjutan pembicaraan sangat bergantung pada pendekatan AS.

Ketidakpastian dalam hubungan AS-Iran memiliki dampak signifikan terhadap pasar minyak karena potensi pelonggaran sanksi terhadap Iran dapat membuka keran pasokan tambahan ke pasar global. Penundaan ini secara tidak langsung memberikan dukungan pada harga minyak karena mengurangi risiko kelebihan pasokan dalam waktu dekat.

OPEC+ dan Ancaman Produksi yang Lebih Tinggi

Meski ketegangan geopolitik menahan penurunan harga, prospek peningkatan produksi dari OPEC+ menjadi perhatian serius bagi pasar. Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, menyatakan bahwa harga minyak mentah masih berpotensi mengalami tekanan dalam waktu dekat, terutama karena sinyal OPEC+ untuk meningkatkan output.

Sumber Reuters mengungkapkan bahwa Arab Saudi, negara pemimpin de facto OPEC, menyatakan ketidakinginannya untuk menahan pasar dengan pengurangan produksi. Arab Saudi bahkan menyebut siap menghadapi periode harga rendah yang berkepanjangan.

Delapan negara anggota OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 5 Mei untuk memutuskan rencana produksi bulan Juni. Beberapa negara bahkan mendorong percepatan kenaikan produksi, yang jika disetujui, dapat menambah tekanan suplai di pasar yang masih dibayangi oleh permintaan yang rapuh.

Ekonomi AS Melemah: Dampak pada Permintaan Energi

Ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada kuartal pertama 2025, sebagaimana tercermin dalam data PDB yang dirilis pada hari Rabu. Perlambatan ini terjadi akibat lonjakan impor yang dilakukan bisnis untuk menghindari tarif yang lebih tinggi dalam kebijakan dagang pemerintahan Donald Trump.

Selain itu, penurunan kepercayaan konsumen menambah kekhawatiran akan prospek permintaan energi ke depan. Jika ekonomi AS terus menunjukkan tanda-tanda kelemahan, maka permintaan terhadap minyak dan produk olahan lainnya juga berpotensi menurun.

Dennis Kissler menambahkan bahwa kondisi ini telah mendorong banyak dana lindung nilai (hedge fund) untuk menjauh dari posisi beli jangka panjang di pasar minyak mentah, memperkuat tekanan pada harga.

Stok Minyak AS Menurun Tak Terduga: Sinyal Permintaan Tertahan?

Dalam laporan mingguan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi (EIA), stok minyak mentah AS tercatat turun secara tak terduga sebesar 2,7 juta barel pekan lalu. Angka ini sangat kontras dengan ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan sebesar 429.000 barel.

Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor serta aktivitas kilang yang lebih tinggi, yang biasanya menjadi indikator positif bagi permintaan. Namun, apakah ini mencerminkan tren yang berkelanjutan atau sekadar fluktuasi musiman masih perlu dikaji lebih lanjut.

Tarif dan Kebijakan Dagang: Risiko Resesi Global

Kebijakan dagang Presiden Trump yang tidak dapat diprediksi telah menciptakan gangguan signifikan terhadap alur perdagangan global. Tarif tinggi yang dikenakan pada berbagai negara menyebabkan lonjakan impor mendadak dan kekacauan dalam rantai pasokan. Akibatnya, banyak analis memperkirakan risiko resesi global meningkat tajam dalam tahun ini.

Jika resesi global benar-benar terjadi, maka permintaan energi akan terpukul keras, memperburuk prospek harga minyak dalam jangka menengah hingga panjang. Oleh karena itu, pelaku pasar sangat mewaspadai perkembangan kebijakan AS dan reaksi mitra dagangnya dalam beberapa bulan ke depan.

Kesimpulan: Harga Minyak dalam Keseimbangan Rawan

Secara keseluruhan, pergerakan harga minyak saat ini mencerminkan ketidakseimbangan antara berbagai kekuatan pasar. Di satu sisi, sentimen positif dari pasar saham AS dan penundaan pembicaraan nuklir AS-Iran membantu menopang harga. Di sisi lain, prospek peningkatan produksi OPEC+, pelemahan ekonomi AS, dan kekhawatiran akan resesi global menjadi tekanan besar bagi pasar minyak.

Pertemuan OPEC+ pada 5 Mei serta perkembangan data ekonomi AS dan pembicaraan geopolitik akan menjadi penentu utama arah harga minyak dalam waktu dekat. Investor dan pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap volatilitas tinggi dan memperhitungkan skenario risiko dari berbagai sisi.