BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Stabil, Pasokan Jadi Sorotan

Bestprofit (18/7) – Harga minyak mentah global terus menunjukkan ketahanan dan kecenderungan menguat di tengah kondisi pasar yang kompleks. Kombinasi antara data ekonomi Amerika Serikat yang solid dan keketatan pasokan jangka pendek mendorong harga tetap berada di atas level penting. Para pelaku pasar kini memusatkan perhatian pada perkembangan pasokan global, ketegangan geopolitik, serta kebijakan negara-negara penghasil minyak.

Ekonomi AS Tangguh, Sentimen Risiko Menguat

Salah satu pendorong utama penguatan harga minyak dalam beberapa hari terakhir adalah data ekonomi dari Amerika Serikat. Meskipun negara ini berada di tengah tekanan akibat perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Washington, data makroekonomi terbaru menunjukkan ekonomi AS tetap tangguh.

Indikator seperti penjualan ritel, tenaga kerja, dan produksi industri menunjukkan performa yang stabil, meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global. Sentimen ini memberikan dukungan pada aset berisiko, termasuk minyak mentah, dan turut mendorong reli pasar ekuitas global.

Minyak mentah Brent, yang menjadi patokan harga internasional, diperdagangkan di atas $69 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) mendekati $67 per barel. Kenaikan lebih dari 1% dalam sesi sebelumnya menunjukkan adanya minat beli yang cukup kuat dari para investor.

Bestprofit | Minyak Lesu, Stok BBM Naik

Backwardation: Sinyal Pasar yang Ketat

Fenomena backwardation di pasar minyak mentah berjangka menjadi indikator utama yang memperkuat pandangan akan terbatasnya pasokan jangka pendek. Backwardation terjadi ketika harga kontrak jangka pendek lebih tinggi daripada harga kontrak jangka panjang, menandakan bahwa pembeli rela membayar lebih untuk pengiriman segera.

Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran pasar akan ketersediaan pasokan minyak dalam waktu dekat, meskipun OPEC+ telah melonggarkan sebagian pembatasan produksi. Dalam beberapa bulan terakhir, backwardation tetap bertahan, mengindikasikan adanya tekanan struktural di pasar yang tidak bisa sepenuhnya diatasi oleh penambahan produksi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Stok Minyak Global Naik, Tapi Tidak Merata

Sementara data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah global telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, distribusinya sangat tidak merata. Menurut analis dari Goldman Sachs, penumpukan stok lebih banyak terjadi di wilayah-wilayah yang kurang berpengaruh dalam mekanisme penetapan harga global.

Daan Struyven, Kepala Riset Minyak di Goldman Sachs, menyatakan bahwa stok di pusat-pusat penetapan harga utama, terutama di Amerika Serikat, masih berada pada level yang cukup rendah. Hal ini menciptakan tekanan tambahan terhadap harga, karena kekurangan pasokan di titik-titik strategis cenderung memberikan dampak lebih besar terhadap pergerakan harga global.

OPEC+ dan Produksi Minyak: Pelonggaran yang Terbatas

OPEC dan sekutunya (dikenal sebagai OPEC+) telah mulai melonggarkan kebijakan pembatasan produksi yang sebelumnya diberlakukan untuk menjaga stabilitas pasar selama pandemi COVID-19. Namun, meskipun pelonggaran ini dilakukan, pasar belum sepenuhnya merasakan peningkatan signifikan dalam ketersediaan pasokan.

Sebagian besar negara anggota OPEC+ masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kapasitas produksi karena keterbatasan infrastruktur, masalah investasi, dan tekanan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Hal ini membuat pasar tetap dalam kondisi pasokan yang ketat, meskipun ada niat untuk meningkatkan produksi.

Harga Minyak dalam Tren Naik Sejak Mei

Harga minyak telah menunjukkan tren penguatan sejak bulan Mei, didorong oleh meningkatnya permintaan musiman, pengurangan cadangan strategis di beberapa negara, serta ketegangan geopolitik di kawasan produsen utama.

Brent untuk pengiriman September tercatat sedikit berubah di level $69,51 per barel pada pukul 08.18 waktu Singapura, sementara WTI untuk pengiriman Agustus stabil di $67,52 per barel. Stabilitas ini mencerminkan konsolidasi harga setelah kenaikan tajam sebelumnya, dan menjadi sinyal bahwa pasar sedang menunggu katalis baru sebelum bergerak lebih jauh.

Fokus Pasar Bergeser ke Risiko Penurunan Pasokan

Dalam beberapa pekan terakhir, perhatian pelaku pasar tampaknya beralih dari kekhawatiran permintaan ke potensi gangguan pasokan. Ketidakpastian geopolitik di kawasan produsen seperti Timur Tengah, serta isu infrastruktur di Afrika Barat, meningkatkan risiko terjadinya gangguan aliran minyak global.

Selain itu, beberapa negara non-OPEC mengalami kendala teknis dan politik yang menghambat produksi. Contohnya, Nigeria dan Angola terus berjuang dengan produksi yang di bawah kapasitas karena masalah internal, sementara Iran dan Venezuela masih terhambat oleh sanksi internasional.

Fokus terhadap risiko pasokan ini memperkuat prospek harga minyak tetap tinggi dalam jangka pendek hingga menengah, apalagi jika permintaan global terus menunjukkan pemulihan seiring membaiknya ekonomi negara-negara besar.

Goldman Sachs dan Morgan Stanley: Prospek Masih Kuat

Dua bank investasi besar, Goldman Sachs dan Morgan Stanley, baru-baru ini menyampaikan pandangan positif terhadap pasar minyak. Keduanya sepakat bahwa meskipun persediaan minyak global terlihat meningkat, fundamental pasar tetap mendukung harga yang lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

Morgan Stanley menyoroti bahwa peningkatan persediaan di beberapa lokasi lebih bersifat musiman dan sementara. Sementara itu, Goldman Sachs menekankan bahwa titik-titik strategis seperti Cushing (pusat penyimpanan minyak mentah utama di AS) masih mencatatkan level stok yang rendah, yang artinya ada ruang bagi harga untuk naik lebih lanjut jika pasokan tidak segera pulih.

Dampak Terhadap Negara Importir dan Eksportir Minyak

Naiknya harga minyak memberikan dampak yang beragam bagi perekonomian global. Bagi negara-negara eksportir minyak seperti Arab Saudi, Rusia, dan Uni Emirat Arab, penguatan harga tentu menjadi kabar baik yang mendongkrak pendapatan negara.

Namun, bagi negara-negara pengimpor seperti India, Jepang, dan sebagian besar negara Eropa, harga minyak yang tinggi bisa menjadi beban. Hal ini berpotensi meningkatkan biaya impor energi, mendorong inflasi, dan memperlambat pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Bank sentral di berbagai negara juga harus menyesuaikan kebijakan moneter mereka dalam menanggapi tekanan inflasi akibat harga energi yang tinggi, sehingga menciptakan tantangan tambahan dalam menjaga stabilitas ekonomi makro.

Kesimpulan: Harga Minyak Bertahan, Ketegangan Pasokan Jadi Sorotan

Secara keseluruhan, harga minyak global tetap bertahan di level tinggi karena kombinasi kekuatan ekonomi AS dan keketatan pasokan jangka pendek. Fenomena backwardation, rendahnya stok di pusat penetapan harga, dan risiko geopolitik semuanya berkontribusi pada ketegangan di pasar.

Meskipun produksi OPEC+ telah meningkat, pasar masih belum merasakan pelepasan tekanan yang cukup signifikan. Sementara itu, pandangan dari lembaga keuangan besar mengisyaratkan bahwa tren bullish harga minyak mungkin masih akan berlanjut dalam waktu dekat.

Investor dan pelaku industri disarankan untuk memantau perkembangan global dengan saksama, termasuk data ekonomi utama, pertemuan OPEC+, serta perkembangan geopolitik, guna mengantisipasi pergerakan harga yang bisa berdampak besar pada strategi energi dan perdagangan global.