BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Turun, Dolar Menguat

Bestprofit (9/1) – Pada hari Rabu, 8 Januari 2025, harga minyak mengalami penurunan yang signifikan, turun lebih dari 1%, setelah sebelumnya sempat mencatatkan kenaikan. Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar AS yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli di luar AS, serta lonjakan besar dalam persediaan bahan bakar di AS yang membebani pasar. Meskipun ada faktor pengetatan pasokan global, terutama dari Rusia dan negara-negara anggota OPEC, tekanan dari data persediaan bahan bakar AS dan kondisi dolar yang lebih kuat berhasil membalikkan tren kenaikan harga minyak.

Penurunan Harga Minyak Mentah Brent dan WTI

Pada akhir sesi perdagangan, minyak mentah Brent ditutup turun 89 sen, atau 1,16%, menjadi $76,23 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Februari turun 93 sen, atau 1,25%, menjadi $73,32 per barel. Kedua patokan harga minyak ini sebelumnya sempat mencatatkan kenaikan lebih dari 1% pada awal sesi, namun akhirnya mengalami penurunan yang cukup signifikan seiring dengan beredarnya data yang kurang menguntungkan di pasar.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Dolar Kuat Terhadap Harga Minyak

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga minyak pada hari Rabu adalah penguatan dolar AS. Dolar yang lebih kuat cenderung menekan harga minyak karena menjadikan komoditas energi ini lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain selain dolar. Dengan kata lain, ketika dolar menguat, pembeli di luar AS harus membayar lebih banyak untuk membeli minyak dalam dolar. Pada sesi perdagangan tersebut, penguatan dolar ini terjadi seiring dengan rilis data ekonomi AS yang menunjukkan hasil yang lebih baik dari yang diperkirakan, yang mengindikasikan perekonomian AS yang lebih tangguh dan memperkuat ekspektasi akan kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve (The Fed). Dolar yang menguat ini menambah tekanan bagi pasar minyak yang sudah menghadapi tantangan dari sisi pasokan dan permintaan global.

Lonjakan Persediaan Bahan Bakar AS

Selain dolar yang kuat, lonjakan yang signifikan dalam persediaan bahan bakar AS juga memberikan tekanan besar terhadap harga minyak. Menurut data yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA), stok bensin AS meningkat sebesar 6,3 juta barel pada minggu lalu menjadi 237,7 juta barel. Peningkatan ini jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh analis, yang sebelumnya mengharapkan kenaikan hanya sebesar 1,5 juta barel. Selain bensin, persediaan minyak sulingan juga meningkat tajam. Stok minyak sulingan naik 6,1 juta barel menjadi 128,9 juta barel, jauh melebihi ekspektasi yang hanya memperkirakan kenaikan sebesar 600.000 barel. Sementara itu, persediaan minyak mentah mengalami penurunan, meskipun tidak sebesar yang diharapkan. Stok minyak mentah AS turun 959.000 barel menjadi 414,6 juta barel, lebih rendah dari ekspektasi analis yang memperkirakan penarikan sebesar 184.000 barel. Kenaikan besar dalam persediaan bahan bakar ini menunjukkan bahwa permintaan di pasar domestik AS tidak sekuat yang diperkirakan, atau mungkin ada ketidakseimbangan dalam distribusi pasokan. Lonjakan persediaan ini menciptakan kekhawatiran bahwa permintaan global mungkin lebih lemah dari yang diperkirakan, yang berkontribusi pada penurunan harga minyak.

Pengetatan Pasokan Global Membatasi Penurunan Harga

Meskipun harga minyak mengalami penurunan pada hari Rabu, ada beberapa faktor pengetatan pasokan yang membatasi kerugian lebih lanjut. Salah satunya adalah penurunan produksi minyak dari negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Menurut laporan OPEC, produksi minyak dari kelompok negara penghasil minyak ini turun pada bulan Desember setelah dua bulan berturut-turut mengalami peningkatan. Pemeliharaan ladang minyak di Uni Emirat Arab (UEA) menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan produksi dalam kelompok OPEC pada bulan Desember. Meski ada peningkatan produksi dari negara-negara seperti Nigeria, penurunan produksi dari UEA membuat total produksi OPEC lebih rendah daripada bulan sebelumnya. Hal ini berkontribusi pada ketegangan pasokan global yang seharusnya mendukung harga minyak.

Produksi Minyak Rusia Turun

Selain OPEC, produksi minyak dari Rusia juga menjadi faktor penting yang menahan penurunan harga minyak lebih lanjut. Data dari kementerian energi Rusia menunjukkan bahwa produksi minyak negara tersebut pada bulan Desember rata-rata mencapai 8,971 juta barel per hari, yang sedikit lebih rendah dari target produksi yang telah ditetapkan negara tersebut. Produksi yang lebih rendah dari Rusia, salah satu eksportir minyak terbesar di dunia, memberikan dukungan bagi harga minyak mentah global. Namun, meskipun produksi Rusia lebih rendah dari target, beberapa analis memperkirakan harga minyak dapat mengalami penurunan rata-rata sepanjang tahun 2024, terutama karena peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC yang mungkin mengimbangi penurunan pasokan dari negara-negara penghasil minyak utama seperti Rusia dan anggota OPEC.

Prospek Harga Minyak di Tahun 2024

Melihat ke depan, para analis memperkirakan harga minyak dapat mengalami penurunan rata-rata sepanjang tahun 2024. Salah satu alasan utama adalah diperkirakan akan ada peningkatan produksi minyak dari negara-negara non-OPEC. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara penghasil minyak lainnya di luar OPEC diperkirakan akan meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat. Namun, meskipun ada peningkatan pasokan, tantangan dalam hal permintaan tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Jika pertumbuhan ekonomi global melambat atau permintaan energi tidak meningkat sesuai harapan, pasokan yang lebih besar ini mungkin tidak cukup untuk mendorong harga minyak naik.

Kesimpulan

Pada 8 Januari 2025, harga minyak mengalami penurunan lebih dari 1%, yang dipicu oleh beberapa faktor, termasuk penguatan dolar AS dan lonjakan besar dalam persediaan bahan bakar AS. Meskipun ada faktor pengetatan pasokan global, terutama dari OPEC dan Rusia, data persediaan yang lebih tinggi dari perkiraan di AS menciptakan tekanan lebih besar pada harga minyak. Dolar yang lebih kuat memperburuk kondisi dengan membuat minyak lebih mahal bagi pembeli di luar AS, sementara data persediaan yang menunjukkan ketidakseimbangan dalam pasokan dan permintaan di pasar domestik AS memberi sinyal bahwa pemulihan permintaan global mungkin tidak secepat yang diharapkan. Meskipun ada faktor yang membatasi penurunan harga, prospek harga minyak di tahun 2024 tetap penuh ketidakpastian, dengan potensi peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC yang dapat memberi tekanan lebih lanjut pada harga. Di sisi lain, pengetatan pasokan global yang didorong oleh penurunan produksi OPEC dan Rusia dapat memberikan beberapa dukungan terhadap harga minyak, namun penguatan dolar dan ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para pelaku pasar minyak di tahun mendatang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!