BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Turun Usai Stok AS Naik

Bestprofit (15/5) – Harga minyak dunia turun tipis pada hari Rabu setelah data resmi menunjukkan peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Penurunan harga ini menandai kembalinya kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan, meskipun sebelumnya harga sempat menyentuh level tertinggi dalam dua minggu terakhir.

Harga Brent dan WTI Melemah

Harga minyak mentah Brent turun sebesar 40 sen atau sekitar 0,6%, menjadi $66,23 per barel pada pukul 12:04 siang waktu EDT (1604 GMT). Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) — patokan minyak mentah AS — mencatat penurunan 33 sen atau 0,52%, menjadi $63,34 per barel.

Kedua patokan minyak tersebut sebelumnya diperdagangkan mendekati puncaknya dalam dua minggu terakhir, mencerminkan optimisme pasar. Namun, publikasi data mingguan dari pemerintah AS menjadi katalis utama dalam perubahan sentimen.

Bestprofit | Minyak Stabil Usai Reli Perdagangan

Lonjakan Stok Minyak Tak Terduga Guncang Pasar

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah meningkat 3,5 juta barel pada minggu lalu, sehingga totalnya menjadi 441,8 juta barel. Data ini sangat bertentangan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters, yang sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 1,1 juta barel.

Kejutan ini segera menggoyahkan optimisme pasar yang telah terbentuk dalam beberapa sesi terakhir. Lonjakan pasokan biasanya dipandang sebagai indikasi melemahnya permintaan, atau pasokan yang terlalu tinggi untuk menyerap konsumsi global saat ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kenaikan Impor dan Data API Tambah Tekanan

Penurunan harga minyak semakin diperkuat oleh laporan bahwa impor minyak mentah AS naik sebesar 422.000 barel per hari minggu lalu, menurut data EIA. Lonjakan ini menambah tekanan dari sisi penawaran, membuat pasar semakin khawatir akan membanjirnya pasokan dalam waktu dekat.

Selain itu, data American Petroleum Institute (API) — yang dirilis sehari sebelum data EIA — juga menunjukkan kenaikan stok minyak mentah sebesar 4,3 juta barel. Meskipun data API sering kali berbeda dengan angka EIA, kesamaan tren antara keduanya memperkuat keyakinan bahwa pasar sedang menuju surplus pasokan.

Analis UBS, Giovanni Staunovo, mengomentari situasi ini:

“Yang pasti, peningkatan minyak mentah dalam angka API tidak membantu,” katanya, menegaskan bahwa data tersebut berperan besar dalam tekanan jual yang terjadi pada hari Rabu.

Peran OPEC+ dan Perkiraan Pasokan Global

Dalam konteks yang lebih luas, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya — yang tergabung dalam aliansi OPEC+ — telah mulai meningkatkan pasokan minyak ke pasar. Keputusan ini bertujuan untuk menyeimbangkan permintaan global yang mulai pulih, terutama dari sektor transportasi dan industri.

Namun pada hari Rabu, OPEC merevisi turun perkiraannya terhadap pertumbuhan pasokan minyak dari produsen di luar OPEC+, termasuk Amerika Serikat. Hal ini mencerminkan penilaian bahwa peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC mungkin tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.

Meski begitu, analis energi tetap skeptis. Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, menyatakan:

“Mereka (OPEC) tidak mengubah profil permintaan mereka tetapi menambahkan lebih banyak barel. Pada titik tertentu, pasokan hanya akan membanjiri permintaan dan membuat pasar turun.”

Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Kembali Dipertanyakan

Salah satu kekhawatiran utama pasar saat ini adalah ketimpangan antara pertumbuhan permintaan dan pasokan. Meskipun banyak negara telah melonggarkan pembatasan mobilitas dan aktivitas ekonomi setelah pandemi, tingkat pemulihan permintaan masih belum sepenuhnya stabil. Sementara itu, produksi minyak terus meningkat dari berbagai penjuru dunia.

Ini menciptakan kekhawatiran bahwa pasar akan berada dalam kondisi oversupply, yang pada akhirnya bisa menekan harga minyak lebih dalam jika permintaan tidak mampu mengejar lonjakan pasokan.

Sentimen Pasar Berubah dari Bullish ke Netral

Dalam beberapa minggu terakhir, pasar minyak menunjukkan kecenderungan bullish, didorong oleh optimisme pemulihan global dan ekspektasi pengetatan pasokan oleh OPEC+. Namun, data terbaru tentang persediaan dan produksi mengganggu narasi tersebut, memaksa investor dan trader untuk merevaluasi posisi mereka.

Penurunan harga hari Rabu menjadi tanda bahwa sentimen pasar mulai bergeser dari optimis menjadi netral, dengan bias kehati-hatian yang meningkat.

Faktor Risiko Lain: Kebijakan Moneter dan Geopolitik

Selain faktor pasokan dan permintaan, investor juga memperhatikan risiko eksternal lain yang bisa mempengaruhi harga minyak, seperti kebijakan suku bunga dari bank sentral utama, khususnya Federal Reserve AS. Kenaikan suku bunga cenderung menguatkan dolar AS, yang pada gilirannya dapat membuat minyak — yang dihargai dalam dolar — menjadi lebih mahal bagi pembeli global.

Ketegangan geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah, juga bisa mempengaruhi pasokan dan memperkuat volatilitas harga. Namun dalam konteks saat ini, tekanan utama datang dari data fundamental pasokan, bukan dari gangguan geopolitik.

Strategi Pasar: Menanti Data Tambahan

Para pelaku pasar kini menanti data tambahan dalam beberapa hari ke depan, termasuk perkembangan ekspor OPEC, laporan produksi dari ladang minyak AS, serta sinyal baru dari pertemuan OPEC+ berikutnya. Semua faktor ini akan menjadi penentu arah selanjutnya harga minyak.

Trader jangka pendek diperkirakan akan lebih berhati-hati, dengan kecenderungan untuk menjual saat ada tanda-tanda kelebihan pasokan. Sementara investor jangka panjang masih mengamati apakah harga dapat bertahan di atas level teknikal kunci.

Kesimpulan: Pasar Berpotensi Volatil, Fokus pada Fundamental

Penurunan tipis harga minyak pada hari Rabu merupakan respons pasar terhadap kejutan dari sisi pasokan. Kenaikan persediaan minyak mentah AS dan peningkatan impor memperkuat kekhawatiran akan kondisi oversupply, terutama jika permintaan global tidak tumbuh secepat yang diharapkan.

Meskipun harga belum mengalami koreksi tajam, perubahan sentimen dari optimis menjadi hati-hati menjadi sinyal penting bahwa pasar memasuki fase baru yang lebih terukur dan waspada. Faktor fundamental, termasuk data produksi dan kebijakan OPEC+, akan tetap menjadi kunci dalam menentukan pergerakan harga minyak ke depan.