
Bestprofit | Momentum Emas Melemah, NFP Jadi Sorotan
Bestprofit (2/5) – Harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan signifikan ke level terendah dalam dua minggu, mendekati $3.235 selama sesi awal Asia pada hari Jumat. Penurunan ini dipicu oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah mitra dagangnya, yang menyebabkan turunnya permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Situasi ini mencerminkan dinamika pasar global yang terus berkembang seiring dengan perubahan kebijakan geopolitik dan ekonomi makro.
Ketegangan Perdagangan Mereda, Daya Tarik Emas Menurun
Emas selama ini dikenal sebagai aset safe haven—artinya, investor cenderung beralih ke emas saat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi meningkat. Namun, pernyataan terbaru dari Presiden AS Donald Trump mengindikasikan potensi kesepakatan perdagangan dengan India, Korea Selatan, dan Jepang. Ketiga negara tersebut sebelumnya terlibat dalam kebijakan tarif yang ketat dengan AS. Kini, kesepakatan baru tengah diupayakan, yang dapat mengubah dinamika tarif menjadi perjanjian perdagangan formal.
Lebih lanjut, media pemerintah Tiongkok pada Kamis malam melaporkan bahwa AS telah menghubungi Tiongkok untuk memulai kembali pembicaraan terkait tarif yang dikenakan Trump, yang mencapai hingga 145%. Isyarat akan perbaikan hubungan dagang ini memberi sinyal positif kepada pasar, sehingga menekan permintaan terhadap emas sebagai alat lindung nilai dari ketidakpastian.
Bestprofit | Emas Melemah, Data AS Ditunggu
Penguatan Dolar AS Menekan Harga Emas
Dalam kondisi pasar yang stabil atau positif secara geopolitik, investor cenderung beralih dari aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas ke instrumen dengan potensi pengembalian yang lebih tinggi, termasuk mata uang dan saham. Dalam kasus ini, Dolar AS (USD) menguat menyusul kabar baik dari sektor perdagangan global.
Penguatan USD membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga permintaan global terhadap emas pun menurun. Seperti yang dikatakan oleh analis UBS, Giovanni Staunovo, “Pasar melihat ketegangan perdagangan mereda dan kurang khawatir tentang independensi Fed, sehingga mengurangi permintaan aset safe haven untuk saat ini.”
Kunjungi juga : bestprofit futures
Data Ekonomi AS dan Ekspektasi Suku Bunga Federal Reserve
Meski ketegangan perdagangan menurun, faktor fundamental ekonomi domestik AS juga turut memengaruhi harga emas. Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama tercatat lebih lemah dari yang diperkirakan, menunjukkan adanya perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat untuk merangsang aktivitas ekonomi.
Pemotongan suku bunga oleh The Fed biasanya mendorong harga emas naik. Ini karena suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang investasi di aset berbunga seperti obligasi, sehingga membuat emas lebih menarik sebagai alternatif. Namun, sejauh ini, ekspektasi tersebut belum cukup kuat untuk mendorong harga emas naik secara signifikan, mengingat kekuatan USD yang sedang berlangsung.
Fokus Pasar pada Data Ketenagakerjaan AS Bulan April
Fokus pasar selanjutnya tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS bulan April yang akan dirilis hari Jumat. Data ini sangat penting karena dapat menjadi indikator kuat arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Jika angka ketenagakerjaan atau upah ternyata lebih lemah dari ekspektasi, maka kemungkinan pemangkasan suku bunga akan meningkat. Dalam skenario tersebut, harga emas bisa mendapat dorongan naik.
Sebaliknya, jika data ketenagakerjaan menunjukkan hasil yang kuat, maka Fed kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunga atau bahkan menundanya, yang berarti tekanan pada harga emas masih akan berlanjut.
Emas Sebagai Aset Safe Haven: Peran dan Fungsinya
Di luar dinamika pasar jangka pendek, emas tetap memegang peranan penting dalam sistem keuangan global. Sejak zaman kuno, emas telah digunakan sebagai penyimpan nilai, alat tukar, dan simbol kekayaan. Keunikan emas adalah bahwa ia tidak terikat pada utang atau kewajiban negara tertentu, berbeda dengan mata uang fiat yang dapat terdepresiasi akibat inflasi atau kebijakan moneter.
Emas juga dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Ketika daya beli mata uang menurun, nilai emas cenderung tetap atau bahkan meningkat. Ini menjadikan emas sebagai salah satu aset paling diandalkan dalam portofolio investasi jangka panjang, khususnya saat ketidakpastian ekonomi meningkat.
Outlook Jangka Menengah: Antara Optimisme Global dan Risiko Terpendam
Meskipun harga emas saat ini dalam tren menurun, banyak analis memandang bahwa prospek jangka menengah masih mengandung potensi bullish, terutama jika ketegangan geopolitik kembali meningkat atau jika ekonomi global menunjukkan tanda-tanda perlambatan lebih lanjut.
Risiko yang tetap membayangi antara lain:
-
Potensi kebangkitan konflik dagang antara AS dan Tiongkok.
-
Ketidakpastian dalam kebijakan suku bunga The Fed.
-
Ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah atau Eropa Timur.
-
Ancaman inflasi akibat stimulus fiskal dan moneter besar-besaran.
Jika salah satu dari faktor ini memburuk, permintaan terhadap aset safe haven seperti emas bisa kembali menguat, mendorong harganya naik kembali di atas $3.300 atau lebih.
Kesimpulan
Harga emas yang turun ke level terendah dua minggu mencerminkan kelegaan pasar terhadap membaiknya hubungan perdagangan internasional, terutama antara AS dan mitra dagangnya seperti India, Jepang, dan Korea Selatan. Ditambah dengan kemungkinan dimulainya kembali pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok, pasar cenderung beralih dari aset safe haven seperti emas menuju aset berisiko yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi.
Namun, ketidakpastian tetap ada, terutama terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve dan data ekonomi mendatang seperti laporan ketenagakerjaan AS. Oleh karena itu, meski tren jangka pendek tampak bearish bagi emas, prospek jangka menengah hingga panjang masih bergantung pada bagaimana risiko global berkembang ke depannya.