BPF Malang

Image

Bestprofit | Harga Minyak Anjlok karena Surplus Pasokan dan Permintaan Lemah dari Tiongkok

Bestprofit (18/11) – Harga minyak berjangka ditutup pada level terendah dalam lebih dari dua bulan pada hari Jumat, 15 November 2024, mengakhiri pekan dengan kerugian signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk ekspektasi surplus pasokan minyak global pada tahun depan, penguatan dolar AS, serta kekhawatiran yang terus berlanjut terkait permintaan minyak dari Tiongkok, negara pengimpor minyak terbesar di dunia. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun hampir 2,5%, sementara minyak mentah Brent, patokan global, juga tercatat mengalami penurunan. Di tengah penurunan harga minyak, harga produk olahan seperti bensin dan minyak pemanas juga mengalami penurunan, meskipun gas alam mencatatkan kenaikan. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga minyak, termasuk dinamika pasar energi global, pengaruh dolar AS, serta tren permintaan dari Tiongkok.
Kunjungi juga : demo bpf, demo bestprofit futures

Penurunan Harga Minyak: Faktor Penyebab Utama

Beberapa faktor utama telah berkontribusi pada penurunan harga minyak berjangka pada hari Jumat, termasuk prospek surplus pasokan minyak global yang meningkat, penguatan dolar AS, dan ketidakpastian terkait permintaan dari Tiongkok.

1. Ekspektasi Surplus Pasokan Minyak Tahun Depan

Salah satu faktor terbesar yang memengaruhi penurunan harga minyak adalah ekspektasi surplus pasokan minyak mentah yang semakin besar pada tahun 2025. Pasokan minyak global diperkirakan akan melebihi permintaan pada tahun depan, seiring dengan peningkatan produksi dari negara-negara penghasil utama. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, telah meningkatkan produksi minyak dalam beberapa bulan terakhir untuk memenuhi permintaan yang relatif stabil dari negara-negara konsumen utama. Namun, ekspektasi bahwa pasokan akan tetap melimpah sementara permintaan global menunjukkan tanda-tanda pelambatan telah menekan harga. OPEC juga menghadapi tantangan dari Amerika Serikat yang terus meningkatkan produksi shale oil (minyak serpih). Meskipun OPEC dan sekutunya berusaha untuk mengendalikan pasokan minyak melalui kebijakan pemotongan produksi, lonjakan produksi minyak serpih AS diperkirakan akan mengimbangi upaya tersebut, menciptakan kelebihan pasokan yang dapat menekan harga lebih lanjut.

2. Penguatan Dolar AS

Penguatan dolar AS juga menjadi faktor penting yang menekan harga minyak. Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Dolar yang lebih kuat membuat minyak, yang diperdagangkan dalam dolar, lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Ketika dolar menguat, harga minyak mentah menjadi lebih mahal untuk negara-negara yang mengimpor minyak, yang dapat menurunkan permintaan. Kenaikan dolar juga mencerminkan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (The Fed) mungkin akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama, yang dapat mengurangi permintaan global untuk energi. Meskipun ada ketidakpastian global, dolar yang kuat biasanya menciptakan tekanan tambahan pada harga minyak, karena investor beralih ke aset berdenominasi dolar untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi.

3. Kekhawatiran Permintaan dari Tiongkok

Kekhawatiran tentang permintaan minyak dari Tiongkok, yang merupakan pengimpor minyak mentah terbesar di dunia, juga terus membebani pasar. Permintaan energi dari Tiongkok telah melambat dalam beberapa bulan terakhir, akibat dari pelambatan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Meskipun Tiongkok terus berusaha untuk mendorong pemulihan ekonominya, ketidakpastian dalam sektor industri dan ekspor masih membatasi permintaan energi domestik. Pada kuartal ketiga 2024, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tercatat lebih lambat dari yang diperkirakan, dengan sektor-sektor seperti manufaktur dan konstruksi yang menunjukkan tanda-tanda penurunan. Meskipun pemerintah Tiongkok telah meluncurkan kebijakan stimulus untuk mendorong pemulihan ekonomi, kekhawatiran tentang permintaan energi yang lemah dari Tiongkok terus membayangi prospek harga minyak global.

Pergerakan Harga Minyak: WTI dan Brent

Pada penutupan perdagangan Jumat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember tercatat turun $1,68, atau hampir 2,5%, menjadi $67,02 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga ini mencatatkan level terendah sejak 10 September 2024 dan mengalami penurunan mingguan sebesar 4,8%. Penurunan harga minyak WTI dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor-faktor di atas, termasuk ekspektasi surplus pasokan dan penguatan dolar yang membatasi permintaan global. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, yang merupakan patokan global, turun $1,52, atau 2,1%, untuk ditutup di $71,04 per barel di ICE Futures Europe. Harga Brent juga mencatatkan penurunan mingguan sebesar 3,8%, dan menetap pada level terendah sejak 11 September 2024. Penurunan harga Brent mencerminkan ketidakpastian yang terus berlanjut di pasar minyak global, meskipun ada upaya dari negara-negara penghasil minyak untuk membatasi produksi guna menjaga keseimbangan pasar.

Penurunan Harga Produk Minyak: Bensin dan Minyak Pemanas

Selain harga minyak mentah, harga produk olahan minyak juga mengalami penurunan yang signifikan pada hari Jumat. Bensin untuk pengiriman Desember turun 1,6%, menjadi $1,9493 per galon, yang mencatatkan kerugian mingguan sebesar 3,1%. Sementara itu, harga minyak pemanas untuk pengiriman Desember turun 1,9%, menjadi $2,1709 per galon, dengan kerugian mingguan sebesar 3%. Penurunan harga bensin dan minyak pemanas ini mencerminkan tekanan harga yang meluas di pasar energi, meskipun stok bahan bakar di AS relatif stabil. Penurunan harga produk olahan ini juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan global dan kekhawatiran yang lebih luas tentang prospek ekonomi dunia. Meskipun permintaan untuk bahan bakar domestik di AS relatif stabil, kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global, terutama di Tiongkok, berkontribusi pada penurunan harga energi secara keseluruhan.

Kenaikan Harga Gas Alam

Di sisi lain, gas alam untuk pengiriman Desember mencatatkan kenaikan pada hari Jumat, naik 1,4%, dan ditutup pada $2,823 per juta British thermal unit (MMBtu). Kenaikan harga gas alam ini mencatatkan keuntungan mingguan sebesar 5,8%, yang sebagian besar didorong oleh peningkatan permintaan untuk pemanasan di wilayah yang mengalami cuaca dingin, serta gangguan pasokan akibat pemeliharaan infrastruktur di beberapa wilayah. Namun, meskipun harga gas alam mencatatkan kenaikan, fluktuasi harga energi lainnya, termasuk minyak mentah dan bensin, terus menekan sentimen pasar secara keseluruhan. Gas alam mungkin mengalami kenaikan permintaan musiman, tetapi harga minyak yang lebih rendah tetap mendominasi pasar energi global.

Prospek Pasar Minyak: Ketidakpastian Berlanjut

Secara keseluruhan, pasar minyak menghadapi ketidakpastian yang besar ke depannya. Ekspektasi surplus pasokan, penguatan dolar AS, serta kekhawatiran terhadap permintaan dari Tiongkok menunjukkan bahwa harga minyak mungkin akan tetap tertekan dalam waktu dekat. Meski demikian, harga minyak bisa mengalami volatilitas seiring dengan perubahan kondisi pasar, termasuk perkembangan kebijakan produksi OPEC, situasi geopolitik, dan perubahan kebijakan energi di negara-negara konsumen utama. Untuk investor dan analis pasar energi, fokus akan tetap pada faktor-faktor utama ini, yang akan menentukan arah pergerakan harga minyak dalam beberapa bulan ke depan. Jika ekspektasi surplus pasokan dan lemahnya permintaan berlanjut, harga minyak dapat tertekan lebih jauh. Sebaliknya, jika ada peningkatan permintaan mendekati musim dingin atau jika pasokan global mulai berkurang, harga minyak dapat kembali naik. Namun, dengan ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik yang terus berkembang, prospek harga minyak tetap penuh tantangan.

Kesimpulan

Harga minyak mentah mengalami penurunan signifikan pada hari Jumat, 15 November 2024, akibat ekspektasi surplus pasokan, penguatan dolar AS, dan kekhawatiran berlanjut terkait permintaan dari Tiongkok. Penurunan harga minyak ini mencatatkan level terendah dalam lebih dari dua bulan dan berkontribusi pada kerugian mingguan yang signifikan. Meskipun ada lonjakan harga gas alam, pasar energi global secara keseluruhan masih tertekan oleh ketidakpastian mengenai pasokan dan permintaan. Ke depan, harga minyak kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebijakan produksi OPEC, keadaan ekonomi global, dan perubahan dalam dinamika permintaan energi.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!