BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Stabil, Pasar Optimis

Bestprofit (3/7) – Harga minyak dunia mencatat stabilitas yang relatif tenang pada perdagangan terbaru, menyusul lonjakan harga terbesar dalam hampir dua pekan terakhir. Sentimen pasar dipengaruhi oleh optimisme dari serangkaian kesepakatan dagang yang dicapai Amerika Serikat dengan sejumlah negara, termasuk kesepakatan terbaru dengan Vietnam. Kondisi ini menambah harapan bahwa lebih banyak perjanjian akan tercapai sebelum tenggat waktu penting pada minggu depan.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di atas $67 per barel, setelah melompat lebih dari 3% pada hari Rabu. Sementara itu, minyak mentah Brent ditutup mendekati $69, tepatnya di $69,11 per barel untuk kontrak September, naik sekitar 3% dari sesi sebelumnya.

Kesepakatan Dagang Jadi Pendorong Sentimen Positif

Kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Vietnam menjadi elemen utama yang mengangkat harga minyak baru-baru ini. Ini adalah kesepakatan ketiga yang diumumkan dalam waktu singkat, setelah kesepakatan serupa dengan Inggris dan Tiongkok. Ketiga kesepakatan ini menunjukkan adanya keseriusan dari negara-negara mitra dagang AS untuk mempercepat perundingan menjelang tenggat waktu penting pada 9 Juli.

Pasar minyak merespons positif perkembangan ini. Optimisme atas hubungan dagang yang membaik mendorong prospek pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya meningkatkan proyeksi permintaan minyak. Karena minyak adalah komoditas yang sangat sensitif terhadap proyeksi permintaan global, suasana perdagangan yang lebih positif menjadi bahan bakar untuk kenaikan harga.

Bestprofit | Minyak Naik Jelang Rapat OPEC+

Perdagangan Minyak Mulai Tenang Setelah Gejolak Geopolitik

Dalam beberapa pekan terakhir, pasar minyak mentah mengalami volatilitas tinggi yang sebagian besar dipicu oleh risiko geopolitik, terutama di kawasan Timur Tengah. Ketegangan di wilayah tersebut, termasuk potensi eskalasi konflik antara negara-negara penghasil minyak, sempat menimbulkan kekhawatiran akan terganggunya pasokan global.

Namun, ketegangan mulai mereda, dan perdagangan pun mulai bergerak dalam kisaran yang lebih tenang. Dalam kondisi ini, para pelaku pasar mulai mengalihkan fokus mereka kembali ke faktor-faktor fundamental seperti negosiasi dagang, permintaan minyak global, serta dinamika pasokan dari negara-negara produsen utama.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Potensi Tarif Masih Jadi Ancaman Bagi Permintaan Minyak

Meskipun perkembangan perjanjian perdagangan membawa angin segar, kekhawatiran terhadap potensi kebijakan tarif masih menghantui pasar. Jika perundingan gagal mencapai titik temu sebelum tenggat waktu, maka tarif yang lebih tinggi dari AS dapat diberlakukan, terutama pada barang-barang dari mitra dagang seperti Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Tarif yang lebih tinggi dapat memperlambat perdagangan internasional dan menurunkan pertumbuhan ekonomi global. Dampak langsungnya adalah penurunan permintaan terhadap bahan bakar dan produk minyak lainnya. Oleh karena itu, pelaku pasar tetap berhati-hati menilai arah harga minyak hingga ada kepastian lebih lanjut mengenai arah kebijakan perdagangan AS.

Menanti Pertemuan OPEC+: Pasokan Jadi Sorotan

Selain isu perdagangan, perhatian pasar juga tertuju pada pertemuan penting OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung pada hari Minggu mendatang. Koalisi negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia ini diharapkan akan membahas dan memutuskan langkah selanjutnya terkait produksi minyak mentah global.

Menurut berbagai analis, OPEC+ kemungkinan akan menyetujui peningkatan pasokan berikutnya, mengingat harga minyak yang cukup tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Namun, keputusan ini tidak akan mudah karena harus mempertimbangkan keseimbangan antara menjaga harga agar tetap menguntungkan, dan menghindari tekanan dari konsumen besar seperti AS agar tidak menaikkan produksi secara berlebihan.

Kebijakan OPEC+ menjadi sangat penting karena kelompok ini menyumbang sebagian besar pasokan minyak dunia. Setiap perubahan dalam kuota produksi dapat berdampak langsung pada harga minyak global, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Harga Minyak Terkini: Stabil Setelah Kenaikan

Hingga pagi hari waktu Singapura, kontrak WTI untuk pengiriman Agustus tercatat turun 0,3% ke level $67,27 per barel. Penurunan ringan ini terjadi setelah lonjakan tajam lebih dari 3% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, kontrak Brent untuk pengiriman September ditutup menguat di $69,11 per barel, mengonfirmasi reli kuat pada hari Rabu.

Kenaikan ini mencerminkan perubahan sentimen pasar yang kini lebih optimis terhadap stabilitas dan arah kebijakan ekonomi global. Namun, pelaku pasar tetap mencermati berbagai perkembangan penting yang dapat memicu perubahan tren secara mendadak.

Outlook Harga Minyak Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, harga minyak kemungkinan akan tetap terombang-ambing di antara sentimen optimisme atas perbaikan hubungan dagang dan kehati-hatian terhadap ketidakpastian arah kebijakan tarif dan keputusan OPEC+. Jika pertemuan OPEC+ menghasilkan kesepakatan peningkatan produksi secara moderat, pasar kemungkinan akan merespons dengan positif.

Namun, apabila terjadi lonjakan suplai yang signifikan atau jika perjanjian dagang tidak tercapai sebelum tenggat waktu 9 Juli, maka harga bisa kembali tertekan. Kondisi ini menjadikan pekan mendatang sebagai periode yang sangat penting dalam menentukan arah harga minyak untuk kuartal ketiga 2025.

Kesimpulan: Stabil Tapi Rentan Terhadap Gejolak

Harga minyak saat ini berada dalam fase stabil, tetapi tetap rentan terhadap berbagai perkembangan global. Kesepakatan dagang terbaru antara AS dan Vietnam membawa angin positif, namun bayang-bayang potensi tarif dan kebijakan pasokan OPEC+ masih membayangi pasar. Keseimbangan antara optimisme dan kehati-hatian ini membuat pasar minyak bergerak hati-hati namun tetap berpotensi mengalami lonjakan jika ada katalis kuat yang muncul.

Investor dan pelaku pasar disarankan untuk memantau dengan seksama perkembangan perundingan perdagangan internasional, hasil pertemuan OPEC+, serta data ekonomi global yang bisa mengindikasikan arah permintaan minyak mentah dalam beberapa bulan ke depan.