BPF Malang

Image

Bestprofit | Minyak Terkoreksi Karena Tarif

Bestprofit (6/3) – Harga minyak mentah bertahan di dekat level terendah dalam enam bulan terakhir, tertekan oleh ketegangan perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump. Dengan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang diperdagangkan mendekati $66 per barel setelah mengalami penurunan lebih dari 5% dalam empat sesi terakhir, dan harga minyak Brent yang turun di bawah $70, pasar minyak dunia mengalami tekanan besar. Proyeksi ke depan memperlihatkan kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi, yang semakin diperburuk oleh kebijakan perdagangan yang memperburuk ketidakpastian global.

Dampak Tarif Trump Terhadap Harga Minyak

Ketegangan perdagangan yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Trump telah menciptakan ketidakpastian besar di pasar energi. Pada awal April, Trump melanjutkan penerapan tarif timbal balik yang lebih besar terhadap berbagai produk impor, yang termasuk produk energi, meskipun menunda beberapa pungutan pada produsen mobil dan mempertimbangkan pengecualian untuk beberapa produk pertanian tertentu.

Langkah-langkah tersebut telah memicu perang dagang yang lebih luas dengan negara-negara besar, seperti Kanada dan Tiongkok, yang mengambil tindakan balasan terhadap produk-produk AS. Reaksi ini telah memperburuk sentimen pasar, dengan para pelaku pasar yang khawatir bahwa ketegangan perdagangan ini dapat mengurangi permintaan energi secara global, khususnya di negara-negara dengan ekonomi terbesar seperti China dan AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penurunan Harga Minyak dalam Empat Sesi Terakhir

Harga minyak WTI telah jatuh lebih dari 5% selama empat sesi terakhir, dengan harga yang semakin tertekan menuju $66 per barel. Penurunan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan tarif AS yang mengganggu pasar energi global. Selain itu, ketidakpastian mengenai proyeksi permintaan energi global membuat investor dan trader semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi pada komoditas ini.

Minyak Brent, yang merupakan patokan harga minyak internasional, juga tidak luput dari tekanan tersebut. Pada hari Rabu, harga Brent ditutup di bawah $70 per barel, mencatatkan penurunan signifikan yang menambah kekhawatiran pasar mengenai stabilitas harga minyak di masa depan. Penurunan harga minyak ini mencerminkan dampak dari ketegangan perdagangan global yang terus berkembang, serta dampak dari kebijakan Trump yang menyebabkan gejolak di pasar energi.

Pengaruh Kebijakan Perdagangan Terhadap Permintaan Energi Global

Salah satu kekhawatiran utama pasar adalah potensi dampak kebijakan perdagangan Trump terhadap permintaan energi global. Negara-negara seperti China, yang merupakan konsumen energi utama dunia, telah mengurangi pembelian produk-produk energi dari AS sebagai respons terhadap tarif yang diberlakukan oleh Trump. Ketegangan yang meningkat ini dapat mengurangi konsumsi energi global secara signifikan, yang pada gilirannya dapat menurunkan harga minyak lebih jauh lagi.

Di sisi lain, meskipun kebijakan perdagangan AS memengaruhi permintaan, ada faktor lain yang juga berperan dalam pergerakan harga minyak. Misalnya, OPEC+ yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak utama dunia, telah mengindikasikan rencana untuk mulai menghidupkan kembali produksi yang terhenti pada bulan April. Keputusan ini menambah hambatan bagi kenaikan harga minyak, karena pasokan yang lebih besar dapat mengimbangi permintaan yang menurun, menjaga harga tetap berada di bawah tekanan.

Respons Kanada dan Tiongkok terhadap Tarif AS

Kanada, sebagai salah satu mitra dagang terbesar AS, telah menunjukkan respons terhadap kebijakan tarif Trump dengan memberlakukan tarif balasan pada produk-produk AS. Sebagai negara penghasil minyak utama, Kanada mempengaruhi pasar minyak global, dan kebijakan tarif yang lebih tinggi dapat mempengaruhi ekspor energi mereka ke AS, memperburuk ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.

Sementara itu, Tiongkok, sebagai konsumen energi terbesar dunia, juga mengadopsi langkah serupa dengan memberlakukan tarif pada produk-produk energi AS. Tiongkok memiliki pengaruh besar dalam pasar minyak global, dan penurunan permintaan dari negara ini dapat memperburuk situasi pasar yang sudah tegang. Dengan meningkatnya ketegangan perdagangan, para pelaku pasar semakin khawatir bahwa pertumbuhan ekonomi global dapat melambat, yang akan mengurangi permintaan energi secara keseluruhan.

OPEC+ dan Rencana Pemulihan Produksi

Selain ketegangan perdagangan, pasar minyak juga dipengaruhi oleh kebijakan produksi negara-negara penghasil minyak. OPEC+ telah mengisyaratkan bahwa mereka berencana untuk mulai menghidupkan kembali produksi minyak yang sempat terhenti pada bulan April. Keputusan ini dapat meningkatkan pasokan minyak global, yang akan membuat tekanan lebih besar pada harga minyak, mengingat permintaan yang lebih rendah karena ketegangan perdagangan dan potensi pelambatan ekonomi.

Keputusan OPEC+ untuk mengurangi produksi minyak pada tahun lalu telah memberikan dukungan terhadap harga minyak, tetapi sekarang dengan rencana untuk kembali meningkatkan produksi, pasar menghadapi ketidakpastian baru. Jika produksi meningkat lebih cepat daripada permintaan, harga minyak bisa tetap tertekan dalam jangka panjang.

Perkiraan Harga Minyak di Masa Depan

Berdasarkan perkembangan terkini, beberapa pengamat pasar mulai mengubah proyeksi harga minyak mereka. Salah satunya adalah Morgan Stanley, yang memangkas estimasi harga minyak Brent hingga akhir tahun 2025. Morgan Stanley memprediksi bahwa Brent akan diperdagangkan pada kisaran $60-an per barel selama paruh kedua tahun ini, menandakan bahwa tekanan dari kebijakan perdagangan dan peningkatan pasokan dari OPEC+ dapat terus membebani pasar minyak.

Proyeksi ini mengindikasikan bahwa meskipun ada beberapa faktor yang mendukung pemulihan harga minyak, seperti pemulihan ekonomi global pasca-pandemi, ketegangan perdagangan dan kebijakan produksi OPEC+ yang lebih longgar tetap menjadi hambatan besar bagi harga minyak untuk kembali ke level yang lebih tinggi.

Dampak Jangka Panjang Terhadap Pasar Energi Global

Ketegangan perdagangan yang disebabkan oleh kebijakan tarif Trump, ditambah dengan keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi, menciptakan tantangan besar bagi pasar energi global. Jika kebijakan perdagangan berlanjut dan pasokan minyak meningkat lebih cepat daripada permintaan, harga minyak bisa terus tertekan dalam jangka panjang.

Namun, ketidakpastian ini juga menciptakan peluang bagi investor dan produsen energi untuk mencari cara baru dalam menanggapi tantangan tersebut. Investasi dalam teknologi energi terbarukan dan diversifikasi sumber energi mungkin akan menjadi kunci untuk mengatasi volatilitas harga minyak yang dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan kebijakan global.

Kesimpulan

Harga minyak tetap berada di dekat level terendah dalam enam bulan terakhir, tertekan oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang memicu ketegangan perdagangan global. Penurunan harga minyak ini mencerminkan kekhawatiran tentang prospek permintaan energi yang terpengaruh oleh kebijakan perdagangan dan keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Sementara beberapa lembaga seperti Morgan Stanley memangkas proyeksi harga minyak, ketidakpastian tetap menyelimuti pasar minyak, dengan faktor-faktor geopolitik dan ekonomi global yang terus berperan dalam menentukan arah harga minyak di masa depan.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!